BAB I
PERMASALAHAN
YANG ADA DI AIR TERJUN SRI SRI GETHUK
Kesan
yang pertama muncul di benak banyak orang yang mengetahui informasi tentang
atau pernah menginjakkan kaki di wilayah Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah gersang dan tandus. Kesan ini tidak
sepenuhnya keliru, mengingat memang wilayah ini adalah daerah perbukitan batu
kapur dan dimana-mana di setiap sudut dan bagiannya Anda akan menemukan begitu
banyak daerah koral dan karang. Secara topografi, Gunung Kidul adalah daerah
berbatu sehingga salah satu permasalahan yang sering timbul di daerah ini
adalah permasalahan persediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari warga.
Namun lambat laun, masalah ruwetnya air bersih mulai terpecahkan berkat
beberapa kebijakan pemerintah yang terus mengupayakan kelayakan persediaan air
bersih bagi penduduk.
Wilayah yang tampak berbatu-batu
tersebut sebenarnya adalah wilayah yang sangat kaya sumber air. Anda mungkin
tidak percaya bahwa di bawah permukaan tanah yang berbatu karang terdapat
begitu banyak sungai bawah tanah yang tidak pernah kering di sepanjang tahun.
Anda bisa membuktikannya dengan mengunjungi tempat-tempat wisata yang menarik
di sana, dan Anda pasti akan terheran-heran bahwa dari dalam bebatuan yang
memenuhi hampir seluruh permukaan wilayah tersebut, mengalir air yang bening
dan menyejukkan.
Wilayah yang di permukaan tampak gersang
ini, kini tampak berubah hijau. Pepohonan jati dan pohon-pohon lain yang
ditanami warga telah menciptakan pemandangan hijau di mana-mana. Beberapa tahun
terakhir, wilayah Gunung Kidul telah berkembang menjadi salah satu tujuan
wisata utama di Yogyakarta. Daerah ini memiliki rangkaian pantai-pantai yang
sangat indah, goa-goa alam dengan stalagtit dan stalagmit yang indah serta
sungai yang mengalir dan juga makanan khasnya. Salah satu yang saat ini menarik
banyak wisatawan adalah Air Terjun Sri Gethuk dan Kali Oyo. Melihat
sungai Oyo ini, semua wisatawan yang datang pasti akan t sangat terkesan bahwa
di antara perbukitan batu kapur mengalir sebuah sungai yang cukup besar dan
dalam, yang airnya bersumber dari dalam bebatuan di hulunya. Luar biasa dan
menyegarkan menyaksikan air yang tampak bening mengalir tenang tanpa riak.
Gunung Kidul memiliki puluhan pantai indah nan
eksotis di pesisir selatan. Selain itu, terdapat potensi wisata alam, seperti
Gunung Nglanggeran, Telaga Suling, Lembah Karst Mulo, air terjun Sri Gethuk,
serta ada sekitar 700 gua. Salah satu gua yang terkenal yakni Gua Pindul di
Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo.
Untuk menggarap potensi besar itu, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul terus berbenah dengan melakukan perbaikan infrastruktur dan terus berupaya menarik investor.
Untuk menggarap potensi besar itu, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul terus berbenah dengan melakukan perbaikan infrastruktur dan terus berupaya menarik investor.
Apa kendala utama pembangunan di Gunung Kidul?
Gunung Kidul itu merupakan wilayah dengan kondisi geografis serta sosial ekonomi yang spesifik dan unik. Ini membutuhkan usaha keras dan sekaligus menjadi tantangan. Kendala utamanya, tentunya infrastuktur.
Bagaimana menyikapi hal itu?
Gunung Kidul dikenal sebagai daerah yang rawan kekeringan saat musim kemarau. Padahal, kita ini memiliki potensi air yang sangat luar biasa dan melimpah. Ada sekitar 100 sungai bawah tanah di Gunung Kidul dan itu menjadi potensi besar untuk sumber air.
Sayangnya, itu belum bisa kita garap sebagai salah
satu sumber air untuk masyarakat. Apabila sungai bawah tanah itu bisa kita
ambil airnya lalu kita salurkan ke masyarakat baik untuk kebutuhan sehari-hari
maupun pertanian, saya yakin persoalan kekeringan dan segala macam yang
mengikutinya bakal terselesaikan. Apalagi, mata pencaharian utama penduduk
merupakan petani.
Apa yang menghambat pengolahan air bawah tanah tersebut?
Masalah utamanya kita minim dana. APBD Gunung Kidul saat ini hanya 1,2 triliun rupiah. Dari angka sebesar itu, 720 miliar rupiah sudah habis untuk belanja pegawai, seperti gaji. Ini yang menjadi masalah utama bagi pengembangan infrastruktur, di samping kendala lain seperti teknologi. APBD Gunung Kidul, merupakan yang terkecil dibandingkan dengan wilayah lain di DIY. Bisa Anda bayangkan, dengan sisa anggaran sebesar itu, apa yang bisa dilakukan?
Adakah terobosan untuk mengatasi persoalan tersebut?
Terobosan yang terus kita lakukan yakni dengan mengolah berbagai potensi yang kita miliki, terutama potensi pariwisata. Potensi pariwisata kita itu sangat besar karena laut kita selebar 72 km, puluhan pantai yang masih asri, ada sekitar 700 gua. Belum lagi wisata alam lainnya.
Apa yang menghambat pengolahan air bawah tanah tersebut?
Masalah utamanya kita minim dana. APBD Gunung Kidul saat ini hanya 1,2 triliun rupiah. Dari angka sebesar itu, 720 miliar rupiah sudah habis untuk belanja pegawai, seperti gaji. Ini yang menjadi masalah utama bagi pengembangan infrastruktur, di samping kendala lain seperti teknologi. APBD Gunung Kidul, merupakan yang terkecil dibandingkan dengan wilayah lain di DIY. Bisa Anda bayangkan, dengan sisa anggaran sebesar itu, apa yang bisa dilakukan?
Adakah terobosan untuk mengatasi persoalan tersebut?
Terobosan yang terus kita lakukan yakni dengan mengolah berbagai potensi yang kita miliki, terutama potensi pariwisata. Potensi pariwisata kita itu sangat besar karena laut kita selebar 72 km, puluhan pantai yang masih asri, ada sekitar 700 gua. Belum lagi wisata alam lainnya.
Kemudian peninggalan bersejarah dan desa wisata.
Ini yang harus kita gali, kita garap, kita kembangkan, kita coba untuk menarik
investor, dan kemudian baru kita pasarkan. Saya yakin, dengan kita manage
sedemikian rupa, kita (Gunung Kidul) akan mengeruk keuntungan melimpah.
Saat ini saja, dari sektor pariwisata sudah menyumbang 120 miliar rupiah untuk PAD (pendapatan asli daerah). Nilai ini sudah luar biasa karena di tahun sebelumnya sumbangan PAD dari pariwisata hanya 30 miliar rupiah. Ini belum maksimal. Oleh karena itu, kita butuh investor untuk mengembangkannya, di samping penyebaran informasi akan potensi wisata di Gunung Kidul.
Saat ini saja, dari sektor pariwisata sudah menyumbang 120 miliar rupiah untuk PAD (pendapatan asli daerah). Nilai ini sudah luar biasa karena di tahun sebelumnya sumbangan PAD dari pariwisata hanya 30 miliar rupiah. Ini belum maksimal. Oleh karena itu, kita butuh investor untuk mengembangkannya, di samping penyebaran informasi akan potensi wisata di Gunung Kidul.
Saat ini kunjungan wisata masih
didominasi oleh wisatawan domestik. Dengan pemasaran yang baik disertai
informasi dan sarana pendukung berupa infrastruktur yang memadai, kita
mengharapkan pariwisata di Gunung Kidul terus menggeliat, wisatawan asing akan
semakin banyak yang datang.
Dampak dari banyaknya pengunjung
di objek wisata Sri Getuk, Bleberan, Playen salah satunya adalah omzet yang
naik. Namun hal itu tidak begitu dirasakan oleh padukuhan di sekitar objek
wisata tersebut.
Seperti contoh Padukuhan Sawahan
I. Dukuh Sawahan I, Sudadi, mengatakan ia melihat dengan jelas pengunjung
membludak di objek wisata tersebut saat liburan Natal dan Tahun Baru 2014
kemarin, akan tetapi untuk kontribusi ke padukuhan-padukuhan masih sangat
minim. Pada akhir tahun 2012 Padukuhan Srikoyo I hanya mendapatkan Rp 3 juta
untuk pembangunan atau pengembangan daerah wisata di setiap padukuhan di Desa
Bleberan.
"Saya hanya mengusulkan
untuk pembenahan administrasinya. Tahun 2012 kita dapat bantuan 3 juta rupiah,
tapi masak dengan pengunjung sekian, omzet sekian per padukuhannya hanya diberi
3 juta rupiah ? Belum yang tahun 2013 kemarin, saya tahu pengunjung berlipat
jumlahnya, mestinya segera direkap dan transparan pengelolaannya. Kalau
sekarang tetap hanya 3 juta rupiah, itu tidak cukup untuk pembangunan atau
untuk pengembangan daerah wisata di sini. Selain itu, kalau bisa warga atau
karang taruna disini atau di padukuhan lain diberi kesempatan untuk ikut
bekerja disana," kata Sudadi, Jumat (10/01/2014).
Hal ini ditanggapi positif oleh
ketua pengelola objek wisata Sri Getuk, Tri Harjono. Menurutnya, Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dari objek wisata Sri Getuk tahun 2012 ada Rp 64 juta dan
masuk BUMdes. Selanjutnya SHU di tahun 2012 juga dibagikan untuk 11
padukuhan di Desa Bleberan, masing-masing memang hanya Rp 3 juta untuk
pengembangan potensi wisata di setiap padukuhan. Kemudian bantuan alat kesenian
untuk 5 padukuhan yaitu Ngrancang, Menggoran I, Menggoran II, Srikoyo dan
Sawahan II.
Belum lagi bantuan pelaksanaan
rasulan dibeberapa padukuhan.
bagaimanapun untuk meratakan semua padukuhan. Baru itu yang mampu kita
berikan. Selain masalah keuangan, pihaknya juga sebenarnya ingin melibatkan
pemuda atau karangtaruna Desa Bleberan. Tapi kalau seluruhnya tidak akan bisa.
Intinya kondisi saat ini belum memungkinkan untuk menyerap seluruh warga atau
karang taruna agar bisa terlibat di objek wisata ini ini menurut pengelolannya
.
Tri Harjono berharap, setiap
padukuhan lebih kreatif dalam mengembangkan potensi apa yang ada di
padukuhannya masing-masing. Tidak hanya sektor wisata, namun bisa budaya,
oleh-oleh dan sebagainya. "Malah di sepanjang Sungai Tanjung tepatnya juga
di Padukuhan Tanjung, Bleberan bisa dimanfaatkan untuk wisata juga. Sekarang
sudah mulai dilakukan pengadaan gethek. Maksud nya agar bisa seperti Sri Gethuk
itu, sehingga bisa member lapangan kerja yang lebih luas seperti itu .
Terkait tata letak warung makan
di objek wisata air terjun Sri Getuk yang tidak teratur, Tri Harjono mengaku
akan menerapkan konsep penataan yang baru. Harapannya bisa meningkatkan
pendapatan pedagang melalui tata ruang dan letak yang benar.
Pihak pengelola sudah
membicarakan dengan paguyuban pedagang masalah tata letak warung makan dan
sudah kita konsep. Jadi nanti untuk warung yang tadinya dibawah kita letakkan
diatas supaya pengunjung lebih mudah mengakses, baik itu warung makan maupun
cinderamata. Sampai saat ini warung makan besar berjumlah 8 dan warung kecil
hingga 16 buah.
Ia mengaku kesulitan dalam
mengkonsep tata letak penempatan warung. Namun dia berencana akan segera
menerapkan konsep yang sudah jadi itu pada bulan Januari 2014 ini.
Bulan ini mulai mereka terapkan
konsep tata letak warung makan dan cindera mata tersebut. Untuk peletakannya mereka
gunakan sistem undian. Di bawah juga tetap digunakan, namun khusus untuk tempat
istirahat dan makan pengunjung saja.
Permasalahan :
1.
Dampak
ekonomi belum berkontribusi langsung ke masyarakat desa sekitar
Di Desa Bleberan, salah satu
desa di Gunung Kidul, dekat air terjun Sri Gethuk, justru air berlimpah.
Masyarakat daerah itu tidak perlu menadah hujan lagi. Kontras sekali dengan
daerah-daerah sekelilingnya. Bagaikan oase di tengah padang pasir.
Sepantasnya Gunung Kidul adalah
pusat sumber air (gunung gitu loh). Tapi sepertinya permukaan tanah di sana
terlalu keras atau terlalu mahal untuk digali. Kebetulan di desa Bleberan itu
aliran air dalam tanahnya mencuat ke luar. Mungkin karena itu diberi nama
“bleber”, airnya sampai bleber-bleber.
Beruntung. Beruntung sekali
Indonesia pada umumnya punya air tanah yang berlimpah.
Sebenarnya pengelolaan di Air
Terjun hanya di pegang oleh perangkat desa saja sehingga masih banyak kekurangnnya
dan bahkan dampaknya tidak merata .
Idealnya pariwisata adalah suatu kegiatan yang bisa mendongkrak kehidupan
perekonomian masyarakat sekitar jika dijalankan. Contohnya seperti membuka
warung makan, tempat pemancingan, lahan parkir, menjual berbagai pernak pernik
yang khas di daerah tersebut. Ini juga diterapkan di Objek Wisata Air Terjun
Sri Gethuk yang menonjolkan wisata alammnya. Sehingga dengan adanya hal
tersebut berdampak positif yang berguna meningkatkan perekonomian masyarakat
sekitar.
Memberikan penghasilan atau
pendapatan bagi masyarakat sekitar adalah prinsip ekowisata yang harus
diperhatikan, hal ini dilakukan karena obyek atau potensi wisata tersebut
dimiliki oleh seluruh warga masyarakat sekitar sehingga yang harus mendapatkan
keuntungan atau pendapatan adalah masyarakat itu sendiri. Tetapi di Kawasan Air
Terjun Sri Gethuk ini masyarakat belum 100% merasakan atau mendapatkan
keuntungan dengan keberadaan obyek wisata ini.
2.
Kurangnya penyerapan
tenaga kerja dari masyarakat dalam kegiatan pariwisata
Potensi
yang dimilki oleh air terjun sri gethuk tentunya akan sangat berpengaruh pada
penyerapan tenaga kerja di desa setempat maupun desa sekitar kawasan sekitar
tersebut . Tapi pada kenyataanya hanya beberapa orang tertentu saja yang dapat mengelolanya dan menjadi
tenaga kerja terjadi kesenjangan social
antar warga dimana yang dianggap tidak mampu tidak masuk menjadi tenaga kerja ,
pada dasranya warga disini hanya kurang informasi tentang kegiatan pariwisata
perlu adanya pelatihan-pelatihan rutin dan seminar-seminar pengetahuan tentang
sadar wisata dan pariwisata berkelanjutan bisa dari lemabaga pemerintah , lembaga
pendidikan pariwisata atau mahasiswa pariwisata yang sedang melakukan studi
lapangan atau bisa juga dari investor . Dengan demikian penyerapan tenaga kerja
akan merata dan akan secara maksimal masyarakat akan merasakan dampak positif
terbangunnya kawasan wisata di desa mereka sehingga mereka tidak harus jauh-jauh
pergi ke kota-kota besar untuk bekerja namun mereka bisa bekerja di desa mereka
dekat dengan keluarga mereka dan bisa termotivasi untuk terus berinovasi dalam
pengembangan kawasan wisata tersebut .
3.
Masih kurangnya fasilitas yang tersedia
Air terjun Sri gethuk adalah kawasan wisata yang
belum lama diresmikan . Sebelumnya masyarakat sekitar tidak mngetahui adanya
potensi wisata tersebut mereka cenderung hanya memanfaatkan aliran air sungai
untuk mengairi area persawahan mereka dan untuk kebutuhan sehari-hari atau
rumah tangga . Fasilitas yang ada disini masih kurang . Kamar mandi yang dibuat
seadanya dari hasil gotong royong masyarakat dalam pembangunnya jadi masih
terlihat kotor . Pemerintah juga kurang memperhatikan tentang fasilitas-fasilitas
seperti ini jadi hanya dibangun apa adanya tanpa ada pembenahan . Fasilitas sarana dan prasarana di kawasan ini memang belum memadai
terlebih sarana jalan yang masih berbatu dan naik turun. Jika tidak ingin jalan
kaki, di daerah dekat Goa Rancang disediakan angkutan yang akan membawa Anda ke
wisata Air Terjun Slempret, namun kendaraan roda empat ini hanya ada setiap
hari minggu saja. Sementara untuk bisa sampai ke lokasi air terjun, Anda bisa
menyewa perahu gethek atau perahu tradisional dari bambu yang sudah dilengkapi
dengan kincir air. Per orang dikenakan biaya Rp 10.000,00 pulang pergi. Untuk
perahu karet memang tersedia dan baru ada satu unit milik Tim SAR yang
sewaktu-waktu digunakan dalam kondisi yang urgent ataupun emergency.
Fasilitas pendukung di
kawasan wisata air terjun ini pun baru hanya ada perahu gethek yang dibuat
secara swadaya oleh masyarakat yang menghabiskan dana Rp 6,5 Juta. Harapannya
kawasan wisata air terjun ini bisa menjadi obyek wisata unggulan kabupaten
Gunungkidul dan semua komponen dapat membantu untuk mempromosikan potensi
wisata ini.
4.
Belum berkembangnya kegiatan/ usaha ikutan
pariwisata di sekitar desa sebagai
imbas perkembangan daya tarik
Kegiatan
usaha di air terjun sri gethuk ini sangatlah masih kurang . Masyarakat sekitar
memang sudah membuat bangunan-banguanan semi permanen untuk menjual makanan
atau minuman tetapi hanya sebatas itu padahal jika bisa lenih dilihat lebih
lanjut masyarakat setempat khususnya pari ibu-ibu bisa membuat makanan khas dan
membuat pusat oleh-oleh di sekitar kawasan wisata mengingat belum banyaknya
masyarakat yang membangunan pusat oleh-oleh dikawasan tersebut ini akan menjadi
imbas positif adanya perkembangan wisata . Perlu juga adanya pelatihan tata boga untuk
masyarakat disini sehingga masyarakat akan lebih mandiri untuk mengembangkan
usahanya .
5.
Belum maksimalnya perkembangan objek karena banyak
sekali spot-spot yang menarik dan bisa menarik wisatawan untuk datang
Objek
wisata air terjun sri gethuk sangat menyedot perhatian wisatawan terutama
wisatwan domestic . Objek wisata alam ini sangatlah indah dengan pemandangan
yang sangat memukau . Tapi masih banyak sekali spot-spot yangkurang
dimaksimalkan . Semisalkan flying fox hanya dibuka saat weekend saja padahal
jika dibuka setiap hari akan semakin menyedot perhatian wisatawan sehingga
wisatawan yang datang pada saat hari biasa bisa ikut merasakannya . Sungainya
juga bisa dijadikan area rafting namun masih jarang digunakan . Sebenarnya
lebih baik dibuatkan paket-paket yang menarik khusus dihari biasa bisa sama
dengan weekend .
6.
Akses jalan menuju tempat wisata tersebut masih
sangat susah dan bahkan ada yang belum di aspal .
Kawasan wisata ini bisa dibilang masih asri dan
masih sangat baru sekali , sehingga dalam akses menuju tempatnya sangatlah
sulit karena masih dalam perbaikan jalan . Jalannya yang melewati hutan jati
dan kayu putih , serta akan melewati rumah-rumah warga desa dan juga wisatawan
akan menemukan jalan yang sama sekali belum diaspal hanya jalan bergelombang
dan penuh dengan batu karst khas gunungkidul . Namun untuk sekarang ini
pemerintah ikut turun tangan dalam memperbaiki akses menuju air terjunsri
gethuk ini mengingat kawasan
ini sedikit banyak akan menyumbang pendapatan daerah pada sector pariwisata .
Sejumlah
warga Desa Bleberan, Kecamatan Playen mengaku tidak merasakan dampak dari
keramaian objek wisata air terjun Sri Gethuk sejak awal 2012 lalu itu. Mereka
menilai pendapatan Sri Gethuk hanya dinikmati sekelompok orang. Kepala Dusun
Sawahan Suhardi mengaku kecewa dengan pengelolaan Sri Gethuk. Warga di dusunnya
tidak bisa ikut mengelola dengan alasan sudah terlalu banyak pemandu wisata.
Lebih kecewa lagi karena ia tidak bisa mengakses informasi pendapatan Sri
Gethuk.
Menurut
Suhardi, di Bleberan ada 11 dusun tetapi yang mengelola hanya warga Dusun
Menggoran Satu dan Menggoran Dua. Setiap dusun pernah diberikan uang Rp3 juta
pada di pertengahan 2013 lalu. Bagi Suhardi, bukan persoalan uang tiga juta
melainkan bagaimana pengelolaan Sri Gethuk bisa mengangkat semua warga di
Bleberan
Harno,
mengakui keramaian Sri Gethuk menimbulkan kecemburuan sosial di antara
masyarakat. Diakui dia, tidak mungkin semua masyarakat Bleberan dilibatkan
dalam pengelolaan karena sekarang terlalu banyak, ada sekitar 100 tenaga
pengelola. Harno mengaku sudah sering melaporkan pendapatan dan pengeluaran ke
BUMDes tetapi belum tertata rapi sehingga laporan tidak sampai kepada semua
masyarakat. Menurut dia, pendapatan Sri Gethuk pada 2012 lalu sebesar Rp1
miliar lebih dan tahun lalu juga dikisaran Rp1 miliar.
Permasalah
yang ada di air terjun sri gethuk ini masih sangat wajar mengingat objek wisata
ala mini bisa dibilang masih baru , masih banyak yang perlu diperbaiki oleh
pihak pengelolanya . Tidak hanya itu peran serta pemerintah , stakeholder , dan
juga investor sangat berpengaruh disini demi perbaikian semua saran fasilitas
baik juga pengetahuan masyarakatnya perlu untuk ditingkatkan .
Permasalahn berikutnya terjadi kesenjangan
social ketidakadilan yang dirasakan masyarakat desa yang tidak dilibatkan
kedalam pengelolaan kawasan wisata ini . Ini tentunya sangat tidak baik
seharusnya mereka atau seluruh warga diberi pengarahan dari pihak pemerintah
diberi informasi-informasi
,
BAB II
KEGIATAN
YANG BISA DILAKUKAN DI AIR TERJUN SRI GETHUK
Terletak
di antara ngarai Sungai Oya yang dikelilingi areal persawahan nan hijau, Air
Terjun Sri Gethuk selalu mengalir tanpa mengenal musim. Gemuruhnya menjadi
pemecah keheningan di bumi Gunungkidul yang terkenal kering.
Selain bisa
menikmati pemandangan yang ada di objek ini, pengunjung bisa menikmati budaya
yang ditawarkan Desa Bleberan seperti upacara kenduri rasulan, upacara kenduri nyadranan
dan sebagainya
Wisatawan yang berkunjung bisa
melakukan kegiatan seperti naik perahu sederhana yang dibuat oleh masyarakat
berupa drum-drum besar dan kayu .Selama perjalanan menyusuri sungai Oya menuju
air terjun, pengunjung disuguhi suasana teduh, nyaman, hening dan pemandangan
batuan cadas berrelief di kanan kiri..
Air Terjun Sri Gethuk atau dengan nama lain Air Terjun Slempret
memiliki keunikan tersendiri karena bercabang pada dua celah tebing dan muncul
dari sela-sela tebing karst yang gersang. Air tejun ini memiliki ketinggian
sekitar 80 meter dan berada tepat di tepi Sungai Oyo. Ada tiga sumber
mata air yang menyembur di sekitar air terjun Sri Gethuk, yaitu mata air Dung
Poh, Ngandong dan Ngumbul.
Salah satu
prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah diterima secara ekologis
atau kemajuan teknologi yang ada di sekitar objek tersebut. Ini terbukti pada
transportasi di Objek Wisata Air Terjun Sri Gethuk yang sebelumnya menggunakan
gethek dan sekarang rakit. Dimana
transportasi tersebut dikelola langsung oleh masyarakat lokal.
Sepuluh objek wisata (obwis) di
Gunungkidul diakui menjadi kawasan Geopark Nasional Gunungsewu. Lokasinya
meliputi Gunung Nglanggeran, Endapan Laut Miosen Awal Sambipitu, Goa Pindul,
Kompleks Kali Suci, luweng Jomblang, Pantai Siung Wediombo, lembah kering purba
Sadeng, Air terjun Bleberan, Goa Jlamprong dan Luweng Cokro.
Pengelolaan geopark, lanjut Agus,
dimaksudkan memberikan manfaat bagi masyarakat. Salah satunya pengembangan
kawasan wisata seperti di Gunung Nglanggeran dan Goa Pindul yang sudah dikelola
masyarakat, sehingga mendatangkan kesejahteraan. Termasuk kawasan karst, bisa
dikembangkan menjadi industri ukir batu yang memunculkan pendapatan bagi warga.
Dalam
kawasan Air Terjun Sri Gethuk kelestarian kawasan sungguh diperhatikan, tetapi
kawasan ini masih dalam pengembangan dan pembangunan sehingga terjadi pembukaan
kawasan, tetapi nantinya kan di reboisasi kembali.
Salah
satu prinsip dari Ekowisata adalah Atraksi / daya tarik dominan berbasis alam (nature-based).
Sri Gethuk adalah kawasan berbasis alam sehingga masuk dalam kriteria kawasan
EKOWISATA.
Environmentally educative adalah pembelajaran di lingkungan atau adanya nilai edukasi
yang diberikan oleh kawasan wisata ini kepada para pengunjung.
Nilai
edukasi yang diberikan oleh kawasan air terjun Sri Gethuk ini sangatlah banyak.
Wisatawan
bisa belajar tentang pertanian di desa wisata , belajar fotografi karena spot
air terjun adalah tempat yang paling sering digunakan fotografer untuk
mengambil foto , dan juga bisa mempelajari tengtang kebudayaan-kebudayaan serta
adat di desa wisata tersebut banyak sekali yang dapat menjadi nilai edukasi .
Kepuasan
pelanggan atau Generates tourist satisfaction adalah hal yang penting
dalam kegiatan ekowisata. Tourist atau pengunjung akan kembali ke obyek wisata
atau mengajak kerabat untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut apabila
merasakan kepuasan dalam kegiatan wisatanya di obyek wisata tersebut atau
bisanya kita sebut dengan repeater .
Air Terjun Sri Gethuk dan Goa
Rancang Kencana adalah obyek wisata alam yang terletak di Padukuhan Menggoran,
Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunungkidul. Goa Rancang Kencana dan Air
Terjun Sri Gethuk terletak disatu kawasan yang berjarak 750 m, dengan
perjalanan menuju air terjun sri gethuk bisa di tempuh dengan kendaraan ataupun
tracking(jalan kaki) menyusuri area persawahan. air terjun tersebut berasal
dari 3 sumber mata air yang jernih mengalir disepanjang tahun, mata air yang
mengalir dari ketiga sumber tersebut dengan rata-rata debit 30 – 60
liter/detik, sehingga dilokasi tersebut tidaklah seperti di daerah gunungkidul
yang terkenal dengan daerah kering. air terjun sri gethuk di apit oleh tebing
yang sangat tinggi dengan ketinggian sampai dengan 50 m dengan suasana alam yang
sangat romantis.
Walaupun Objek
ini masih terbilang baru di Kabupaten Gunungkidul sehingga infrastruktur pun
masih terbatas, tetapi untuk mendukung kenyamanan wisatawan di objek wisata Air
Terjun Sri Gethuk juga disediakan beberapa fasilitas yang cukup memadai seperti
:
• Toilet
• Warung dan
tempat peristirahatan
• Mushola
• Tempat
Pemancingan
• Tempat parkir
• Cinderamata
Isu-isu strategis juga
menjadi bahasan diantaranya mengenai Gunungkidul sebagai geopark nasional yang
belum lama ini disampaikan oleh Presiden RI kepad Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul. Usulan konsep Geopark saat ini menunggu persetujuan oleh UNESCO
untuk diakui secara internasional. Rencananya april tahun ini akan dievaluasi
akhir oleh pihak UNESCO untuk menentukan kelayakan ekowisata yang sedang
dikembangkan di Gunungkidul. Hasil penilaian kriteria yang dibuat oleh UNESCO
akan diumumkan sekitar November 2014. Sebanyak 11 Geosite yang diajukan antara
lain Gunung Api Purba Nglanggeran, Endapan Laut Miosen Awal Sambipitu, Goa
Pindul, Goa Kali Suci, Luweng Jomblang, Pantai Siung Wediombo, Lembah Purba
Sadeng, Air Terjun Bleberan “Sri Gethuk”, Goa Jlamprong dan Luweng Cokro.
Status Geopark apabila nantinya didapat maka akan semakin menarik investor
berskala internasional untuk pembangunan Gunungkidul yang tetap berwawasan
lingkungan dan budaya. “Konsep Geopark pegunungan karst ini juga akan
melibatkan kerjasama berbagai pihak terutama warga masyarakat yang menjadi
inisiator obyek wisata beserta komunitas penggiat lingkungan.
Eksotisme
Grand Canyon di daerah utara Arizona, Amerika Serikat tentunya tak bisa
disangkal lagi. Grand Canyon merupakan bentukan alam berupa jurang dan tebing
terjal yang dihiasi oleh aliran Sungai Colorado. Nama Grand Canyon kemudian
diplesetkan menjadi Green Canyon untuk menyebut obyek wisata di Jawa Barat yang
hampir serupa, yakni aliran sungai yang membelah tebing-tebing tinggi.
Gunungkidul sebagai daerah yang sering diasumsikan sebagai wilayah kering dan
tandus ternyata juga menyimpan keindahan serupa, yakni hijaunya aliran sungai
yang membelah ngarai dengan air terjun indah yang tak pernah berhenti mengalir
di setiap musim. Air terjun tersebut dikenal dengan nama Air Terjun Sri Gethuk.
Kabupaten
Gunung Kidul, dahulu sangat terkenal dan identik dengan kekeringan, hutan gundul,
tanah tandus dan berbatu. Namun saat ini kesan itu mestinya sudah hilang
ditelan semilir angin dan rimbunnya pohon pohon hutan di rakyat yang
menutupi berbagai tanah yang dahulunya kosong dan tandus. Pohon pohon seperti
jati dan mahoni begitu mendominasi selain kelapa, rambutan, sengon, dan lain
lain.
Di
beberapa kecamatan terutama yang mempunyai pantai memang masih terasa aroma
kering di musim kemarau. Namun jangan salah jika kita semua mengunjungi suatu
tempat di Kecamatan Playen, desa Bleberan . Disitu ada suatu tempat yang sangat
elok, berlimpah air, hamparan sawah yang sangat subur dan tentu yang sedang
naik daun dan sangat terkenal sekarnag adalah tempat yang bernama Air Terjun Sri Getuk. Air di seputar
tempat ini sangat melimpah karena memang beberapa mata air muncul dari
dalam tanah dan beberapa alirannya masuk melalui tebing yang yang sangat
tinggi masuk ke dalam Sungai Oya, sungai yang tidak pernah kering dan
mengalir sepanjang musim. Air terjun itu terpecah menjadi tiga bagian
yang meluncur sangat deras..itulah indahnya Air Terjun Sri Gethuk di Kecamatan Playen Gunung Kidul.
Jika
kita ingin berekreasi ke Air Terjun
Sri Gehtuk ini dari Yogyakarta kita akan menempuh jarak sekitar 45 km.
Dari yogyakarta ke arah Gunungkidul kemudian naik tanjakan yang lumayan terjal
di Piyungan dan bukit Pathuk Gunung Kidul. Terus kemudian akan melalui hutan
negara di Bunder terus sampai ketemu pertigaan traficlight di Gading
kemudian belok kanan ke arah Playen. Setelah sampai Playen belok kanan
arah kecamatan Paliyan dan sekitar 2 km kita akan ketemu pertigaan dan belok
kanan. Di pertigaan tersebut kita sudah akan melihat banyak petunjuk jalan yang
akan membimbing kita secara mudah untuk dapat menjangkau air terjun Sri Gethuk.
Dari pertigaan tadi kita masih harus menuempuh perjalanan lagi sepanjang
7 km. Tinggal 7 km dan sudah lumayan dekat, tapi jangan salah karena jalan
tersebut agak kurang baik dan cenderung rusak, jadi jalannya juga pelan
pelan..memang sih saat itu beberapa bagian jalan sudah mulai diperbaiki dan
aspal juga masih terasa baru. Namun rupaya masih lumayan panjang juga yang
rusak jadi kita perlu musti hati hati. Satu setengah jam perjalanan kita sampai
di lokasi.
Something
to see ( sesuatu yang bisa dilihat)
Di
objek wisata alam sri gethuk ini kita bisa melihat pemandangan yang indah area
persawahan dan area perkebunan kayu putih dan kayu jati . Lingkungan yang masih
asri dan masih sejuk menambah keindahan di tempat ini . Sungai yang masih
bersih dan bebas sampah juga membuat wisatawan semakin hari semakin ingin
berkunjung di kawasan ini . Selain itu yang tidak kalah indah yaitu Air Terjun
Sri Gethuk yang diabawahnya terdapat batu-batuan yang menambah keindahan yang
syang dilewatkan wisatawan untuk melihatnya .
Something
to do ( sesuatu yang bisa dilakukan )
Di
objek wisata alam Sri Gethuk ini kita bisa bermain air dibawah air terjun ini ,
yang dipercaya sebagai mitos bila mencuci muka disini akan awet muda ini karena
pada zaman dahulu sering digunakan untuk bidadari mandi . Di Kawasan ini juga
ada spot memancing , setelah wisatawan menikmati air terjun bisa dengan naik
kapal , jalan kaki menyusuri sungai ataupun bermain flaying fox wisatawan juga
bisa memancing di area ini karena terdapat area pemancingan disini yang
dikelola oleh masyarakat local sendiri .
Something
to see ( sesuatu yang bisa di beli )
Di
kawasan objek wisata alam air terjun Sri Gethuk ini banyak sekali warung-warung
yang rata-rata milik masyarakat local dengan menjajakan makanan ringan , makanan
tradisional , gethuk khas kawasan ini , serta cinderamata khas dari objek
wisata ala ini unuk sekedar dinikmati disini ataupun untuk buah tangan
oleh-oleh teman , keluarga dan saudara .
Paket Wisata Desa Wisata Bleberan :
HTM (Goa Rancang Kencono + Air Terjun Sri Getuk) :
Rp. 5.000,00/orang
Naik Perahu : Rp. 10.000,00/orang (dewasa),
Anak-anak Rp. 5.000 untuk anak-anak
Sewa Pelampung : Rp. 5.000,00/pcs
Asal muasal nama Sri Gethuk.
Air terjun Sri gethuk
terletak di Padukuhan Menggoran yang berdekatan dengan lokasi wisata Gua
Rancang Kencono, dengan arah dari Gua Rancang Kencono menuju ke arah
Barat sejauh 750 meter. Air terjun Sri Gethuk juga dikenal dengan
nama Air terjun Slempret karena lokasi air terjun tersebut bertempat di lokasi
Blok Slempret. Slempret adalah jenis alat music yang dengan cara ditiup .
Menurut
Pak Ngabdani Ketua Kelompok Tani yang mengelola wisata tersebut. Asal muasal
nama Gethuk sebetulnya bukan makanan tradisional yang berasal dari singkong
itu, tapi sebetulnya adalah Kethuk salah satu jenis perangkat gamelan jawa.
Namun lidah kita lebih mudah menyebut Gethuk mengingat sebelumnya ada kata Sri,
jadi hanyalah untuk memudahkan saja. Menurut beliau, pada jaman kakek-kakek
buyutnya. Di seputar air terjun tersebut terdapat kerajaan lelembut yaitu semacam makhluk halus
yang tentu tidak kasat mata. Pada hari dan saat saat tertentu konon di kerajaan
tersebut sering spel atau
latihan menabuh gamelan tersebut. Suara gamelan tersebut sangat nyaring di dengar
oleh warga desa Bleberan. Suatu ketika ada sedikit keributan karena salah satu
alat gamelannya hilang. Gamelan yang hilang itu namanya Kethuk. Maka terkenalah
air terjun tersebut bernama Sri Kethuk..atau kemudian juga dan malah lebih
dikenal dengan nama Sri Gethuk. Lokasi ini selanjutnya oleh pemerintah desa
dikembangkan menjadi lokasi wisata dan dibuka sejak tahun 2007.
Setelah
sampai dilokasi parkir, ada dua cara untuk mencapai lokasi air terjun. Pertama
dengan berjalan kaki melintasi areal persawaan sekitar 1.5 km atau yang kedua
menuruni anak tangga yang sudah lumayan disemen menuju dermaga di tepi Sungai
Oya untuk naik secamam perahu Gethek yang sdah dimodifikasi menjadi lebih
modern. Drum drum dari plastik ditata sedemikian rupa dan beri alas papan untuk
berdiri penumpang serta diberi pagar besi untuk pengaman. Perahu ini muat
sekitar 7-8 penumpang dan berjalan digerakkan oleh mesin diesel kecil untuk
memutar turbin. Penumpang dikenai biaya Rp.10.000, - pulang balik per orang
untuk naik perahu ini. Perahupun berjalan pelan kita bisa sambil memotret
dan mencari obyek-obyek yang cocok yang sangat indah sepanjang perjalanan 5
menit ini. Pemandangan kiri dan kanan yang sangat indah tebing-tebing hijau
yang masih asli dank has daerah pedesaan .
Terletak
di Desa Wisata Bleberan, Air Terjun Sri Gethuk menjadi salah satu spot wisata
yang sayang untuk dilewatkan. Untuk mencapai tempat ini Anda harus naik
kendaraan melewati areal hutan kayu putih milik PERHUTANI dengan kondisi jalan
yang bervariasi mulai dari aspal bagus hingga jalan makadam. Memasuki Dusun
Menggoran, tanaman kayu putih berganti dengan ladang jati yang rapat.
Sesampainya di areal pemancingan yang juga berfungsi sebagai tempat parkir,
terdapat dua pilihan jalan untuk mencapai air terjun. Pilihan pertama yakni
menyusuri jalan setapak dengan pemandangan sawah nan hijau berhiaskan nyiur
kelapa, sedangkan pilihan kedua adalah naik melawan arus Sungai Oya. Tentu saja
memilih untuk naik rakit sederhana yang
terbuat dari drum bekas dan papan sangat sederhana sekali tetapi juga sangat nyaman
disana kita juga bisa menyewa plampung .
Sungai
Oya terlihat begitu hijau dan tenang, menyatu dengan keheningan tebing-tebing
karst yang berdiri dengan gagah di kanan kiri sungai. Suara rakit yang melaju
melawan arus sungai menyibak keheningan pagi. Disana kita juga bisa menyewa
seorang pemandu wisata agar kita juga tahu tentang Sri Gethuk , seorang pemandu
menceritakan asal muasal nama Air Terjun Sri Gethuk. Berdasarkan cerita yang
dipercayai masyarakat, air terjun tersebut merupakan tempat penyimpanan kethuk
yang merupakan salah satu instrumen gamelan milik Jin Anggo Meduro. Oleh karena
itu disebut dengan nama Air Terjun Sri Gethuk. Konon, pada saat-saat tertentu
masyarakat Dukuh Menggoran masih sering mendengar suara gamelan mengalun dari
arah air terjun.
Di samping itu, tempat tersebut adalah merupakan lokasi yang
sangat subur karena didukung dengan 3 sumber mata air yang cukup besar, yaitu
Sumber Mata Air Dong Poh, Ngandong, dan Ngumbul dengan rata–rata debit 30
sampai 60 l/dtk sehingga lokasi tersebut seperti di daerah Ngarai. Bahkan
ketika di sana kita seperti berada di luar Gunungkidul, seakan-akan kita berada
di Bali dengan Subaknya.
Menurut
legenda nama Slempret sebenarnya adalah berasal dari kata Slompret yang
merupakan alat musik tiup. Konon cerita bahwa lokasi tersebut adalah merupakan
tempat atau pusatnya para jin atau makhluk halus yang tidak dapat dilihat
dengan kasat mata atau dapat di katakan bahwa tempat tersebut merupakan tempat
yang sangat angker dengan nama pimpinan para jin tersebut adalah Jin Anggo Menduro.
Jin
ini merupakan yang sangat menyukai dengan berbagai kesenian, hal tersebut dapat
dibuktikan bahwa di tempat tersebut pada saat–saat tertentu akan terdengar
suara atau dengan bahasa Jawa disebut pandulon yang suara tersebut kalau di
dengarkan di lokasi Padukuhan Menggoran dan sekitarnya suara tersebut berasal
dari lokasi air terjun. Tapi, kalau didekati suara itu akan hilang, suara
tersebut adalah suara dramben dengan suara yang sangat dominan adalah suara
slompret maka tempat tersebut di kenal sebagai sebutan Slompret atau kemudian
di sebut Slempret
maka yang terkenal sampai dengan saat ini lokasi tersebut dengan Air terjun
Slempret karena air tersebut berada di lokasi daerah Slempret. Namun,
sebenarnya air terjun tersebut bernama Air Tejun Sri Gethuk
Seperti
pada cerita awal bahwa tempat tersebut merupakan pusatnya par para jin yang di
dalamnya sebagi pimpnannya adalah Jin Angga Manduro, jin yang sangat suka
dengan segala kesenian yang di antaranya adalah dramben dan juga gamelan. Di
saat tertentu tempat ini juga sering terdengar sura gamelan atau suara
kerawitan tapi jika di dekati suara ini juga tidak ada atau disebut hanya
merupakan pandulon yang menyuarakan gamelan. Dalam cerita legenda Gamelan ini juga
dapat dipinjam oleh manusia yang mempunyai kemampuan lebih dan juga dapat di
manfaatkan untuk tabuan selayaknya gamelan biasa yang dapat kasat mata.
Dalam
cerita legenda di lokasi wisata Slempret tersebut ada beberap tempat untuk
menyimpan gamelan milik Anggo Menduro di antaranya lokasi Mergangsan dan juga
Srikethuk. Mergangsan ini berada di sebelah bawah lokasi Sungai Oyo tempat
tersebut disebut Mergangsan karena dipergunakan sebagai tempat menyimpan gongso atau gamelan. Dan, Sri Kethuk
berada di lokasi air terjun tempat tersebut di sebut Sri kethuk karena
dipergunakan oleh Jin Anggo Menduro sebagai tempat penyimpanan salah satu
instrumen gamelan dengan nama Kethuk. Hingga kini nama tersebut menjadi Sri Gethuk.
Di samping itu, tempat tersebut adalah merupakan lokasi yang
sangat subur karena didukung dengan 3 sumber mata air yang cukup besar, yaitu
Sumber Mata Air Dong Poh, Ngandong, dan Ngumbul dengan rata–rata debit 30
sampai 60 l/dtk sehingga lokasi tersebut seperti di daerah Ngarai. Bahkan
ketika di sana kita seperti berada di luar Gunungkidul, seakan-akan kita berada
di Bali dengan Subaknya.
Menurut
legenda nama Slempret sebenarnya adalah berasal dari kata Slompret yang
merupakan alat musik tiup. Konon cerita bahwa lokasi tersebut adalah merupakan
tempat atau pusatnya para jin atau makhluk halus yang tidak dapat dilihat
dengan kasat mata atau dapat di katakan bahwa tempat tersebut merupakan tempat
yang sangat angker dengan nama pimpinan para jin tersebut adalah Jin Anggo Menduro.
Jin
ini merupakan yang sangat menyukai dengan berbagai kesenian, hal tersebut dapat
dibuktikan bahwa di tempat tersebut pada saat–saat tertentu akan terdengar
suara atau dengan bahasa Jawa disebut pandulon yang suara tersebut kalau di
dengarkan di lokasi Padukuhan Menggoran dan sekitarnya suara tersebut berasal
dari lokasi air terjun. Tapi, kalau didekati suara itu akan hilang, suara
tersebut adalah suara dramben dengan suara yang sangat dominan adalah suara
slompret maka tempat tersebut di kenal sebagai sebutan Slompret atau kemudian
di sebut Slempret
maka yang terkenal sampai dengan saat ini lokasi tersebut dengan Air terjun
Slempret karena air tersebut berada di lokasi daerah Slempret. Namun,
sebenarnya air terjun tersebut bernama Air Tejun Sri Gethuk
Seperti
pada cerita awal bahwa tempat tersebut merupakan pusatnya para jin yang di
dalamnya sebagi pimpnannya adalah Jin Angga Manduro, jin yang sangat suka
dengan segala kesenian yang di antaranya adalah dramben dan juga gamelan. Di
saat tertentu tempat ini juga sering terdengar sura gamelan atau suara
kerawitan tapi jika di dekati suara ini juga tidak ada atau disebut hanya
merupakan pandulon yang menyuarakan gamelan. Dalam cerita legenda Gamelan ini
juga dapat dipinjam oleh manusia yang mempunyai kemampuan lebih dan juga dapat
di manfaatkan untuk tabuan selayaknya gamelan biasa yang dapat kasat mata.
Dalam
cerita legenda di lokasi wisata Slempret tersebut ada beberap tempat untuk
menyimpan gamelan milik Anggo Menduro di antaranya lokasi Mergangsan dan juga Srikethuk.
Mergangsan ini berada di sebelah bawah lokasi Sungai Oyo tempat tersebut
disebut Mergangsan karena dipergunakan sebagai tempat menyimpan gongso atau gamelan. Dan, Sri Kethuk
berada di lokasi air terjun tempat tersebut di sebut Sri kethuk karena dipergunakan
oleh Jin Anggo Menduro sebagai tempat penyimpanan salah satu instrumen gamelan
dengan nama Kethuk. Hingga kini nama tersebut menjadi Sri Gethuk
Wisata
Umum adalah wisatawan yang datang setiap saat tanpa melihat agenda wisata yang
ada. Wisatawan datang bisa menikmati dua obyek wisata sekaligus yaitu Goa
Rancang Kencana dan Air Terjun Sri Gethuk dengan fasilitas Welcome
Drink, makan, pemandu, jasaraharja.
- PAKET WISATA + OUTBOND
Paket Wisata + Outbond Yaitu
wisatawan akan di pandu di lokasi outbond Goa Rancang + Air Terjun Sri
Gethuk dengan berbagai permainan yang akan membuat wisatawan puas. Paket ini
dengan fasilitas welcome drink, snack, kelapa muda, makan, peralatan-peralatan
game, pemandu, jasaraharja.
- CAMPING GROUND
Area Goarancang Kencana selain
menjadi obyek wisata juga merupakan bumi perkemahan yang sejuk, nyaman dan aman
dengan fasilitas air, listrik, MCK serta tempat ibadah. Paket Camping meliputi
beberapa pilihan yaitu Camping Ground 2 hari 1 malam, Camping Ground
2 hari 2 malam, 3 hari 2 malam juga kami menyediakan camping family 1 hari 1
malam.
- PAKET TRAIL & FUNBIKE
Paket Trail & Funbike adalah
wisata yang menyusuri dan berpetualang mengelilingi desa wisata kami dengan
trail atau dengan sepeda gunung bersama pemandu dengan track yang menantang
namun menyenangkan. seluruh peserta akan start dari area sri gethuk dan finish
di sri gethuk juga.
- HOMESTAY
Paket wisata homestay ini adalah
paket wisata untuk wisatawan yang ingin menikmati desa wisata kami sesuai waktu
yang diinginkan. Kami telah menyiapkan beberapa rumah penduduk sebagai tempat
menginapnya dengan jumlah sesuai permintaan, dengan fasilitas rumah yang bersih
nyaman, dan alami.
Selama ini kita mengenal kawasan
Gunung Kidul yang meliputi 65% wilayah Yogyakarta sebagai kawasan perbukitan kapur (karst
) yang dikenal dengan nama karst Gunung Sewu.
Gunung kidul merupakan daerah
tandus dan selalu menderita kekurangan air pada musim
kemarau akibat
kondisi geomorfologinya sebagai kawasan karst.
Namun, yang tidak banyak
diketahui oleh masyarakat, bahwa meskipun minim mata air dan sungai permukaan,
ternyata di bawah tanah gunung kidul merupakan tandon air raksasa.
Selain itu tandon air
raksasa tersebut, ternyata juga memiliki sistem sungai bawah tanah
yang mampu mengalirkan air sebanyak 40 – 200 liter/detik.
Kepala Bappeda Gunung Kidul menerangkan, “…Ketersediaan
air di Gunung Kidul yang ada di bawah tanah itu, lebih dari
cukup. Bahkan, kalau memiliki teknologi dan modal yang
memadai, Gunung Kidul mampu memasok kebutuhan air Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah,”
Berdasarkan data ASC
(acintyacunyata Speleological Club), karst Gunung Sewu
memiliki sekitar 243 gua bawah tanah yang telah terpetakan.
Dan 10% di antaranya memiliki potensi air. Dari penelitian
lanjutan diasumsikan setiap debit air 1 liter per detik mampu
memenuhi kebutuhan sekitar 1000 jiwa.
Kini, kabupaten gunung kidul
sedang menganggarkan dana sekitar 10 – 15 miliar rupiah, untuk
melakukan pemetaan lokasi sungai bawah tanah. Sumber air yang sedang dalam
proses pengembangan ini, yakni Gua Sri Gethuk, Gua Pindul, Seropan,
dan Gua Bribin.
Proyek eksploitasi sungai gua
Bribin berada di kecamatan Semanu, Gunung kidul.
Proyek ini menjadi proyek penggalian sungai bawah tanah pertama di dunia. Air
yang disedot dari dalam gua dialirkan ke bak penampung utama setingi 2,5
m, kemudian dialirkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk
setempat.
Teknologi pengangkatan air di gua
Bribin akan diadopsi untuk
menanggulangi krisis air di wilayah karst lain yang
meliputi 15,4 juta Ha di Indonesia.
Namun kegiatan bermotif ekonomi
pada sistem ini harus dilakukan dengan penuh kehati‐hatian
serta dibatasi peruntukannya, kesadaran masyarakat pun perlu dibangun untuk
membantu meningkatkan kualitas penyimpanan air di wilayah karst tersebut dengan
reboisasi dan mengurangi aktivitas penambangan batu gamping.
Goa
Rancang Kencono Merupakan Sebuah Goa Bersejarah yang berada tak jauh dari Air
Terjun Sri Gethuk, Goa Rancang Kencono pernah digunakan oleh para wali dalam
berkumpul, mendiskusikan strategi penyebaran Agama Islam di pulau jawa, dari
tempat ini lah muncul ide ide emas / kencono, yang kemudian menjadi sebuah nama
“Goa Rancang Kencono”, Rancang yang berarti perencanaan dan kencono yang berarti
emas.
secara kasat mata goa rancang kencono terdiri dari 3 ruangan, ruangan pertama yang disebut aula,ruang persembahan dan ruang petapa, diruang petapa ini terdapat pintu gaib yang disebut “gembok”, yang berarti kunci, orang yang melakukan semedi di ruang petapa saat dikabulkan hajatnya maka pintu gembok ini akan terbuka dan akan membentuk lorong yang tembus ke lereng merapi.
Di dalam Goa Rancang Kencana terdapat sebuah pohon besar yang bernama pohon “klumpit”, pohon ini telah berumur lebih dari 300 tahun, konon ceritanya pohon klumpit ini merupakan sebuah tongkat wali yang ditancapkan dan tumbuh menjadi pohon yang besar.
Goa Rancang Kencono merupakan tempat yang sangat asik untuk acara kumpul2, rapat di outdoor, untuk outbond, dan untuk bumi perkemahan., dengan fasilitas listrik, air, dan mck.
Tidak jauh dari Air Terjun Srigethuk juga bisa dikunjungi Goa Song Oyo yang merupakan goa basah yang terbentuk secara alami oleh alam, memiliki beberapa tembusan dengan goa dilem, goa trinting dan goa pucung. di dalam goa song oyo hidup beberapa spesies hewan, jangkrik goa yang memiliki ukuran badan lebih besar, dan antena kepala yang lebih panjang dari jangkrik biasa, laba laba goa,ikan sidat,lele dan beberapa spesies hewan goa lainya. goa song oyo masih sangat alami,belum banyak perubahan yang kami lakukan demi menjaga kealamian goa. keindahan stalaktitnya dan suasana song oyodidalam lorong bawah tanah memberikan kesan tersendiri dalam mengisi liburan anda. Goa song oyo hanya di buka saat musim kemarau.
secara kasat mata goa rancang kencono terdiri dari 3 ruangan, ruangan pertama yang disebut aula,ruang persembahan dan ruang petapa, diruang petapa ini terdapat pintu gaib yang disebut “gembok”, yang berarti kunci, orang yang melakukan semedi di ruang petapa saat dikabulkan hajatnya maka pintu gembok ini akan terbuka dan akan membentuk lorong yang tembus ke lereng merapi.
Di dalam Goa Rancang Kencana terdapat sebuah pohon besar yang bernama pohon “klumpit”, pohon ini telah berumur lebih dari 300 tahun, konon ceritanya pohon klumpit ini merupakan sebuah tongkat wali yang ditancapkan dan tumbuh menjadi pohon yang besar.
Goa Rancang Kencono merupakan tempat yang sangat asik untuk acara kumpul2, rapat di outdoor, untuk outbond, dan untuk bumi perkemahan., dengan fasilitas listrik, air, dan mck.
Tidak jauh dari Air Terjun Srigethuk juga bisa dikunjungi Goa Song Oyo yang merupakan goa basah yang terbentuk secara alami oleh alam, memiliki beberapa tembusan dengan goa dilem, goa trinting dan goa pucung. di dalam goa song oyo hidup beberapa spesies hewan, jangkrik goa yang memiliki ukuran badan lebih besar, dan antena kepala yang lebih panjang dari jangkrik biasa, laba laba goa,ikan sidat,lele dan beberapa spesies hewan goa lainya. goa song oyo masih sangat alami,belum banyak perubahan yang kami lakukan demi menjaga kealamian goa. keindahan stalaktitnya dan suasana song oyodidalam lorong bawah tanah memberikan kesan tersendiri dalam mengisi liburan anda. Goa song oyo hanya di buka saat musim kemarau.
Perbukitan
karst yang terbentang disepanjang daerah administrasi gunungkidul memberi
warna tersendiri terhadap sistem tata kelola kehidupan agraris di daerah
tersebut. Topografi yang berbukit-bukit dan Lapukan batuan karbonat yang
menyusun sebagian besar permukaan tanah pada daerah eksokarst serta aliran air
yang sebagian besar hanya terdapat di bawah tanah (Air Bawah Tanah) membuat
pemandangan perbukitan bentang alam yang tandus dan kering menjadi hal yang
lumrah di kawasan karst gunungkidul. Akan tetapi, dibalik panorama kekeringan
itu, perbukitan karst di gunungkidul menyimpan sejuta potensi ekowisata yang
apabila dikelola dengan baik, tentu saja akan menjadi motor penggerak roda
perekonomian kawasan karst gunungkidul.
Desa
Wisata Bleberan, yang terletak di kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul,
merupakan salah satu wujud keseriusan pemerintah dalam mengelola potensi sumber
daya alam yang terdapat di kawasan karst pegunungan sewu yang unik dan
termasyur hingga ke seluruh dunia. Melalui pengembangan desa wisata, desa
bleberan mampu sejajar dengan desa-desa lain dengan kondisi geografis yang
lebih potensial untuk bercocok tanam. Sehingga tak heran jika desa wisata
bleberan menjadi salah satu tujuan wisata utama para turis lokal maupun
mancanegara dengan bentang alamnya berupa gua-gua dan aliran sungai yang
panoramik.
GUA RANCANG KENCONO
Memasuki
Desa Bleberan, pengunjung disuguhkan wisata gua yang menjadi ciri khas kawasan
karst. Gua "Rancang Kencono" merupakan gua yang terbentuk secara
alami ribuan tahun yang lalu melaului proses pelarutan dan diperbesar oleh
proses erosi atau abrasi yang mengikuti suatu jaringan retakan pada batuan
gamping disekitarnya secara kontinyu. Gua ini selain memberikan pengalaman seru
bagi para pengunjungnya dengan hiasan stalaktit pada langit-langit gua, juga
mempunyai nilai historis yang tinggi karena pernah menjadi tempat perencanaan
strategi perang melawan penjajah belanda oleh laskar mataram pada masa
pra-kemerdekaan. Sehingga nama gua "Rancang Kencono" yang dalam bahasa
indonesia berarti "Rencana Emas" merupakan nama yang tepat untuk gua
purba ini.
AIR
TERJUN SRI GETHUK
Berjalan
sekitar sepuluh menit dari lokasi gua menggunakan sepeda motor, dan dengan
menyusuri jalanan yang sedikit rusak, riak-riak air dari sungai oyo mulai terdengar
seakan memanggil setiap pengunjung untuk ikut menikmati sejuknya daerah
aliran sungai yang menjadi salah satu spot pilihan olahraga arung
jeram ini. Transportasi berupa rakit yang digerakkan menggunakan motor mesin
membawa pengunjung menyusuri sungai menuju ke salah satu diantara banyaknya
tujuan wisata di bentang alam karst gunung kidul.
Inilah
bukti bahwa yang Maha Kuasa selalu adil dalam memberikan nikmat dan rizki
kepada manusia. Bumi yang diciptakanNya dalam kesempurnaan, mengandung sejuta
potensi yang menunggu untuk dikelola oleh manusia secara bijak. Bentang Alam
Karst yang dikenal sebagai daerah tandus dan kurang subur pun ternyata dapat
bernilai ekonomis melalui kegiatan pertambangan kapur yang memperhatikan dampak
ekosistem, pertanian tanaman keras dan musiman dengan metode terasering, serta
pengembangan sektor wisata alam yang tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga
menjaga keseimbangan alam guna melestarikan bumi sebagai sumber daya agraria
yang patut untuk disyukuri.
Pada daerah ini masih kelihatan
sangat alami dan masih rawan terjadi kecelakaan maka perlu di buat suatu batas
air terjunnya supaya pengunjung mengetahui zona bahayanya. Selain itu juga pada
sungainya juga perlu di buat pos penjagaan agar bila ada pengunjung yang
berenang di daerah tersebut lebih merasa nyaman karena sudah ada penjaga bila
terjadi kecelakaan. Selain itu pada area ini juga perlu di tambah area bermain
anak- anak seperti ayunan dll sedangkan untuk orang dewsa bisa di buat juga
flying fox menuju air terjun, jadi pengunjung idak lagi jalan kaki untuk menuju
lokasi air terjun tersebut.
Untuk menambah kenyamanan pengunjung
juga harus disediakan tempat sampah di area air terjun terutama pada area yang
dekat dengan warung- warung sehingga pengunjung yang beli sesuatu dari warung
dapat langsung membuang sampahnya di tempat sampah terdekat.
Aksesbilitas
Berjarak sekitar 750 m ke arah barat dari Dusun Menggoran atau 40 km dari kota Yogyakarta, dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau berkendara baik roda dua atau empat. Sayangnya untuk menuju kesana tidak ada angkutan umum tersedia.
Bila berangkat dari Yogjakarta melewati jalan utama utama Yogyakarta-Wonosari dengan menempuh jarak sekitar 10 km. Kondisi jalan ini sudah beraspal baik, hanya 2 km terakhir saja masih berupa jalan berbatu putih (bukan jalan beraspal). Selain itu jalan ini cukup sempit hanya bisa dilalui oleh satu kendaraan saja.
Kota yogyakarta –> Jalan wonosari –> Bukit Pathuk/bukit bintang –> Lapangan udara gading ke kanan (ke selatan) –> Kecamatan playen ke kanan (ke barat) +/- 7km ikuti jalan sampai ada petunjuk ke air terjun, kemudian belok ke kanan. Lokasinya sulit diakses tanpa memakai kendaraan pribadi, sebab angkutan umum tidak tersedia. Usai menyusuri jalan ini, awalnya sampai di Gua Rancang Kencana. Sedangkan untuk sampai ke air terjun Sri Gethuk, dari gua itu harus berjalan di jalan setapak yang tidak dapat dilalui kendaraan.
Berjarak sekitar 750 m ke arah barat dari Dusun Menggoran atau 40 km dari kota Yogyakarta, dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau berkendara baik roda dua atau empat. Sayangnya untuk menuju kesana tidak ada angkutan umum tersedia.
Bila berangkat dari Yogjakarta melewati jalan utama utama Yogyakarta-Wonosari dengan menempuh jarak sekitar 10 km. Kondisi jalan ini sudah beraspal baik, hanya 2 km terakhir saja masih berupa jalan berbatu putih (bukan jalan beraspal). Selain itu jalan ini cukup sempit hanya bisa dilalui oleh satu kendaraan saja.
Kota yogyakarta –> Jalan wonosari –> Bukit Pathuk/bukit bintang –> Lapangan udara gading ke kanan (ke selatan) –> Kecamatan playen ke kanan (ke barat) +/- 7km ikuti jalan sampai ada petunjuk ke air terjun, kemudian belok ke kanan. Lokasinya sulit diakses tanpa memakai kendaraan pribadi, sebab angkutan umum tidak tersedia. Usai menyusuri jalan ini, awalnya sampai di Gua Rancang Kencana. Sedangkan untuk sampai ke air terjun Sri Gethuk, dari gua itu harus berjalan di jalan setapak yang tidak dapat dilalui kendaraan.
Fasilitas dan Akomodasi
Fasilitas sarana dan prasarana di
kawasan ini memang belum memadai terlebih sarana jalan yang masih berbatu dan
naik turun. Untuk akses jalan menuju air terjun sri gethk juga harus diperbaiki
karena jalan yang masih belum di aspal menyulitkan pengunjung untuk mencapai
lokasi tersebut selain itu juga dengan jalan yang buruk membuat minat
pengunjung berkurang karena jalan yang berbatu dan terjal sepanjang kurang
lebih 3 km. Jalan tersebut perlu diperlebar agar mobil dapat berpapasan dengan
nyaman selain itu juga di sekitar jalan juga perlu di buat taman di sekitar
area air terjun agar daerah tersebut kelihatan segar walaupun terletak di
daerah karst sedangkan sumber air sangat mudah didapat di sungai oya. Perlu
juga ditambah toilet di dekat air terjun karena di situ hanya terdapat toilet
untuk mengganti pakaian saja dan belum tersedianya tempat sampah membuat lokasi
tersebut masih terdapat sampah walaupun volume sampah tidah terlalu banyak
tetapi hal tersebut dapat menurunkan minat pengunjung, maka perlu di sediakan
tempat sampah sitiap 50 m agar kebersihan lokasi tersebut tetap terjaga.
.
BAB III
FUNGSI
̸ PERAN ORGANISASI DI AIR TERJUN SRI
GETHUK
Menurut
keterangan salah seorang pemuda setempat yang mengelola air terjun ini, tebing
di sebelah kanan (timur) masuk wilayah Gunungkidul dan tebing di sebelah kiri
(barat) masuk wilayah Bantul. Pengelolaan air terjun ini sendiri belum
ditangani pemerintah Kabupaten Gunungkidul, penduduk Desa Bleberan Kecamatan
Playen Kabupaten Gunungkidul membentuk kelompok pengelola kawasan wisata ini.
Pendapatan dari tiket masuk air terjun, parkir dan tiket perahu dikelola untuk
biaya operasional dan sebagai pendapatan pengelola dan desa.
Meskipun
begitu, pengelolaan aset wisata ini belum tergarap secara maksimal. Hal ini pun
diakui oleh Manajer Desa Wisata Bleberan, Tri Harjono. Ia mengatakan potensi
wisata air terjun di desa ini baru ditemukan sekitar tahun 2007 dan diresmikan
sebagai objek wisata pada tahun 2009.
Peluang Ekonomi Desa
Wisata
Desa wisata menyimpan potensi
ekonomi yang berguna meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di desa tersebut.
Tri mengatakan pada tahun 2012, pengunjung Desa Bleberan mencapai angka 120.000
orang per tahun dengan pendapatan sekitar Rp 1 miliar. Sejak diresmikan, sektor
wisata ini menjadi salah satu unit bisnis di samping pengelolaan air dan usaha
kecil menengah di bawah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) belum lagi kawasan
wisata air terjun ini juga masuk dengan kawasan desa wisata .
Namun
disisi lain, meningkatnya bidang pariwisata di Gunung Kidul juga berdampak
buruk bagi sebagian masyarakat Gunung Kidul. Masyarakat Gunung Kidul sebagian
terpecah belah akibatsengketa lahan pengembangan wisata di Gunung Kidul. Mereka
satu sama lain saling berebutan untuk mendapatkan lahan yang selanjutnya akan
dikembangkan untuk tempat wisata. Hal ini seperti yang terjadi pada sengketa
lahan Goa Pindul. Mereka yang sudah sejak dulu mengelola wisata Goa Pindul
tidak ingin menyerahkan tempat wisata yang sudah sangat familiar tersebut untuk
diserahkan dan di kelola Pemerintah. Selain itu juga terjadi sengketa antar
pengelola wisata, hal itu terjadi karena tempat wisata Goa Pindul di kelola
oleh lebih dari satu pengelola dan antar pengelola tersebut mengklaim bahwa
mereka adalah pengelola yang sah wisata Goa Pindul sehingga terjadi persengketaan
antar pengelola. Kejadian tersebut membuat antusias wisatawan menjadi menurun
karena mereka merasa tidak nyaman dengan kejadian tersebut sehingga lebih
memilih objek wisata yang lain.
Selain
masalah tersebut juga terdapat masalah tarif masuk ke objek wisata Gunung Kidul
yang di rasa masyarakat kurang mampu masih terlalu mahal dan juga para
pengelola wisata yang menjual makanan di tempat wisata dengan harga seenaknya.
Hal tersebut sangat merugikan para wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut sehingga
yang paling ditakutkan adalah wisatawan enggan lagi berkunjung di objek wisata
Gunung Kidul, hal itu akan berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat dan
pendapatan daerah. Menurut Bartono (2005: 155), wisatawan masih sering
dijadikan objek bisnis, bukan subyek kegiatan wisata. Keluhan wisatawan ialah
masalah tariff yang dipermahal dan harga yang dilipatgandakan. Turis masih
dianggap sebagai objek bisnis yang bisa diperah uangnya, Pekerja pariwisata
secara sadar atau tidak, lebih mengutamakan materi yang diperolehnya, daripada
melakukan transaksi-transaksi etis. Kasus-kasus semacam ini apabila
terus-menerus terjadi, lambat laun akan menurunkan citra pariwisata kita.
Dalam
hal ini Pemerintah Daerah Gunung Kidul harus bertindak tegas dengan kejadian
tersebut. Namun disisi lain perlu adanya partisipasi masyarakat dalam
pengawasan pengelolaan wisata di Gunung Kidul, masyarakat dapat melapor kepada
pihak yang terkait dalam hal ini Dinas Pariwisata bila ada penyalahgunaan atau
pelanggaran dalam pengelolaan wisata di Gunung Kidul. Pihak terkait harus
menerima dengan tangan terbuka bila ada laporan-laporan dalam pelanggaran
pengelolaan wisata dan segera menindak lanjuti laporan tersebut, selanjutnya
menindak tegas oknum-oknum yang bertindak sewenang-wenang dalam pengelolaan
wisata. Sehingga hal itu diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan wisatawan
untuk berkunjung kembali ke objek wisata di daerah Gunung Kidul. Mengingat
Gunung Kidul memiliki prospek yang sangat bagus untuk pengembangan objek wisata
pantai dan wisata alam. Gunung Kidul saat ini merupakan objek wisata andalan di
Provinsi D.I. Yogyakarata. Pemerintah daerah harus membuat peraturan
perundang-undangan yang tegas sehingga pariwisata di Gunung Kidul dapat di
kelola dengan rapi dan tidak ada lagi persengketaan dalam tata kelola wisata.
Maka dari itu perlu adanya partisipasi dari berbagai pihak dalam mengontrol dan
mengembangkan pariwisata di Gunung Kidul sehingga wisatawan antusias untuk visit
Gunung Kidul. Dalam hal ini masyarakat sangat dibutuhkan peranannya dalam
pemasaran wisata di Gunung Kidul.
Potensi inilah yang direspon
oleh Bank Central Asia (BCA). Sebagai wujud kepedulian perusahaan, BCA
melakukan kerja sama dengan warga Desa Bleberan untuk mengembangkan industri
pariwisata di desa tersebut. Menurut Inge Setyawati, Corporate Secretary BCA,
sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi program Corporate
Social Responsibility (CSR) BCA di samping sektor pendidikan dan kesehatan.
Responsible Marketing adalah proses perencanaan, pengelolaan dan evaluasi
kegiatan pemasaran serta bauran pemasaran (4P) , yang memperhatikan dan mempertimbangkan
aspek lingkungan, pemberdayaan masyarakat, terpenuhinya hak-hak wisatawan, dan
menumbuhkan rasa tanggung jawab wisatawan selama berwisata.
Segmentasi Wisatawan
A Segmentasi Demografi Dan Sosio-ekonomi
Dilihat
dari segmen demografi yaitu kategori wisatwan yg berkunjuung berdasarkan umur,
pendidikan juga ada karena pada objek Air Terjun Sri Gethuk ini terdapat
aktivitas (something to do) seperti camping, outbound dg segmen PAUD, SD, SMP,
SMA
B Segmentasi
Psikografik
Hampir
semua wisatawan yang datang ke objek ini untuk besenang-senang, mereka ingin
melepaskan sejenak ruitinitas dari anak-anak sampai yang tua.
C Segmentasi Geografis
Letaknya
yang cukup jauh dari kota Yogyakarta tidak membuat para wisatawan untuk
berkunjung. Wisatawan yang berkunjung pun tidak hanya dari Yogyakarta bahkan
ada yang dari luar Jogja.
Ibarat makanan, Yogyakarta
adalah paket komplit jika dikaitkan dengan objek wisata. Berbagai lokasi yang
menarik bertebaran di seluruh pojok wilayah. Mahasiswa dapat berjalan-jalan
sekaligus mempelajari sejarah dengan mengunjungi berbagai museum serta bangunan
bersejarah yang terkenal seperti Monumen Jogja Kembali, Taman Sari, atau Candi
Prambanan. Selain itu, mahasiswa juga bisa mengunjungi berbagai acara seperti
pegelaran seni maupun pameran-pameran yang cukup sering diadakan di Yogyakarta.
Wisata favorit lain yang sering
dijalani mahasiswa adalah wisata alam. Tidak diragukan lagi, Yogyakarta
memiliki berbagai objek wisata alam yang terkenal keindahannya. Pantai
Indrayanti, Gua Pindul, Air Terjun Sri Gethuk, serta Kali Kuning adalah contoh
sedikit dari puluhan objek wisata alam yang ada di sekitar wilayah Yogyakarta.
Berkunjung ke lokasi-lokasi ini bersama teman dekat tentu mampu menjernihkan
kembali pikiran yang letih akibat urusan kuliah dan organisasi.
Berasal dari daerah berbeda
dengan budaya dan kebiasaan yang berbeda pula, menimbulkan tantangan baru bagi
para mahasiswa FEB UGM untuk dapat menyesuaikan diri. Interaksi dengan teman di
tempat tinggal maupun di kampus jelas diperlukan. Segala kegiatan yang
dilakukan bersama-sama baik itu akademik ataupun non-akademik bersama
teman-teman akan memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi mahasiswa.
Akhirnya, adaptasi hanya masalah
waktu. Seluruh mahasiswa diharap akan mampu menerima dirinya sendiri sebagai
bagian keluarga besar FEB UGM dan turut berperan dalam perwujudan lingkungan
pendidikan yang kaya keragaman namun tetap tersistem dengan baik.
JENIS
PASAR WISATAWAN
Manajer Unit Usaha Sejahtera (Desa
Wisata Bleberan) Tri Harjono mengatakan “Saat ini air terjun Sri Gethuk
bisa dikunjungi 50 orang sampai 200 orang di hari biasa. Sedangkan pada akhir
pekan jumlah kunjungan bisa mencapai 200 orang
hingga 1000 orang. Malah pada libur lebaran kemarin dalam lima hari ada 12.000 orang yang mengunjungi air terjun
ini.”
1. Pasar Wisatawan Utama
Dari
data di atas , pasar utama dalam kunjungan di Air Terjun Sri Gethuk hampir sebagian adalah anak muda.
Target wisatawan potensial dari objek wisata Air Terjun
Sri Gethuk adalah patra wisatawan yang mencintai objek wisata alam dan
adventure yang mau membelnajankan kegiatan wisatanya di objek ini
• PRODUK
Produk yang di tawarkan di Objek Wisata Air Terjun sri
Gethuk yang terletak di Kabupaten Gunungkidul adalah wisata alam. Produk disini
adalah sesuatu yang ditawarkan unutuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Variabel
yang ternasuk yaitu packaging, service component, branding, image
• PLACE
Terletak di Desa Bleberan Kec Playen Gunungkidul. Dalam
pemasaran ini yang dimaksudkan bagaimana wisatawan dapat memperoleh penjelasan
dari objek yg ditawarkan. Termasuk dalam lini distribusi dan penambahan akses .
• PRICE
yaitu harga yang harus di bayar oleh konsumen untuk
menikmati objek yang ditawarkan di Air Terjun Sri Gethuk. Harga normal, harga
promosi, discount.Harga normal Rp 5.000 ( Rp 10.000 untuk biaya
rakit per orang). Untuk harga promosi tidak ada , tetapi untuk harga discount
bisa berlaku .
PROMOTION
promosi
yang dilakukan dengan blog, internet, web dinas pariwisata kabupaten
gunungkidul
- Iklan (TV/radio, jurnal, majalah, dsb.)
- Promosi penjualan (sales promotion)
- Kehumasan (public relations)
- Brosur
- Tenaga penjualan (sales force)
INVOLVEMENT ?
•
Karena
Objek ini merupakan objek baru yang ada di Gunungkidul dan fasilitas
(sarana prasarana) yang disediakan oleh masyarakat
setempat sudah
ada walaupun belum banyak.
•
Objek
ini merupakan objek yang mempunyai potensi wisata sangat besar yang masih belum
di gali dan membuat wisatawan semakin menarik untuk mengunjungi objek ini
•
Adanya
keterlibatan pemerintah Desa Bleberan dalam mengelola objek ini serta dalam menyediakan infrastruktur pendukung
KONSERVASI
ALAM
Obyek wisata Sri Gethuk
sebagai obyek wisata minat khusus akan dikembangkan menjadi
obyek wisata ekowisata . Ekowisata diharapkan mendorong masyarakat menjadi
peduli terhadap lingkungan. Hal ini diungkapkan oleh Bupati Gunung Kidul
Badingah.
Sri gethuk dan Gua Rancang Kencono akan
dijadikan sebagai kawasan konservasi alam dan lingkungan hidup. Hal ini
dikhawatirkan jika pemanfaatan alam yang tidak terkontrol justru akan
menimbulkan kerusakan lingkungan yang akan merugikan masyarakat.
Dunia
parawisata di Indonesia tak ada habisnya untuk dibicarakan. Salah satu negara
kepulauan terbesar di dunia ini menyimpan begitu banyak potensi wisata alam dan
budaya yang belum dikenal banyak orang. Salah satunya adalah desa wisata
Bleberan yang terletak di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Desa ini menawarkan dua objek wisata utama yang lokasinya tak begitu berjauhan yaitu Air Terjun Sri Gethuk dan Gua Rancang Bangun. Dengan jarak sekitar 45 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, perjalanan yang harus ditempuh untuk mencapai lokasi tujuan menghabiskan waktu sekitar 1-1,5 jam. Tapi, waktu perjalanan akan lebih lama saat akhir pekan atau musim liburan. Selama ini, daerah Gunung Kidul yang didominasi tanah kapur dikenal sebagai daerah yang gersang dan tandus. Tak banyak tanaman hijau yang bisa ditanam di daerah ini.
Desa ini menawarkan dua objek wisata utama yang lokasinya tak begitu berjauhan yaitu Air Terjun Sri Gethuk dan Gua Rancang Bangun. Dengan jarak sekitar 45 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, perjalanan yang harus ditempuh untuk mencapai lokasi tujuan menghabiskan waktu sekitar 1-1,5 jam. Tapi, waktu perjalanan akan lebih lama saat akhir pekan atau musim liburan. Selama ini, daerah Gunung Kidul yang didominasi tanah kapur dikenal sebagai daerah yang gersang dan tandus. Tak banyak tanaman hijau yang bisa ditanam di daerah ini.
Mendekati
area Desa Bleberan, sebelah kiri kanan jalan akan ditemui hutan yang dipenuhi
berbagai pohon jati dan pinus. Tapi, kondisi berbeda terasa saat mulai memasuki
Desa Bleberan. Pos tiket di pertigaan jalan menjadi penanda masuk desa, di mana
pengunjung harus membayar tiket terusan, sudah termasuk tiket masuk ke dua
obyek wisata, asuransi, dan parkir, sebesar Rp 5.000.
Setelah melewati pos tersebut, pengunjung akan melewati jalan tanah berbatu setelah sebelumnya melewati jalan beraspal. Selain tanaman jagung, pengunjung juga akan disuguhi hamparan sawah yang luas dan hijau. Mata air yang berasal dari puncak gunung memang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat, termasuk sebagai sumber irigasi bagi tanaman padi yang jarang ditemui di daerah Gunung Kidul. Dari lokasi parkir kendaraan, pengunjung akan melihat lembah yang dialiri Sungai Oyo yang begitu jernih. Meski begitu, pada musim hujan, air akan berwarna kecokelatan karena membawa endapan dari hulu sungai.
Setelah melewati pos tersebut, pengunjung akan melewati jalan tanah berbatu setelah sebelumnya melewati jalan beraspal. Selain tanaman jagung, pengunjung juga akan disuguhi hamparan sawah yang luas dan hijau. Mata air yang berasal dari puncak gunung memang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat, termasuk sebagai sumber irigasi bagi tanaman padi yang jarang ditemui di daerah Gunung Kidul. Dari lokasi parkir kendaraan, pengunjung akan melihat lembah yang dialiri Sungai Oyo yang begitu jernih. Meski begitu, pada musim hujan, air akan berwarna kecokelatan karena membawa endapan dari hulu sungai.
Pengembangan
wisata Goa Rancang Kencana dan Air Terjun Sri Gethuk di Desa Bleberan,
Kecamatan Playen, menjadi Kawasan Ekowisata Bleberan tidak boleh hanya sekadar
label saja. Dengan adanya kawasan ekowisata, kesejahteraan masyarakat harus
lebih baik. ‘’Untuk mewujudkan hal itu, jaga kawasan ekowisata ini sebagai
kawasan konservasi alam dan lingkungan hidup,’’ kata Bupati Gunungkidul
Badingah ketika melaunching pengembangan ekowisata Goa Rancang Kencana dan Air
Terjun Sri Gethuk di Desa Bleberan, Kecamatan Playen (12/9). Lebih dari itu,
lanjut orang nomor satu di Gunungkidul ini, untuk menarik wisatawan juga harus
ada sinergitas antara masyarakat, pengelola, dan wisatawan. Termasuk menjadikan
kawasan ini konservasi alam dan lingkungan hidup, maka membutuhkan peran aktif
berbagai pihak. Camat Playen Suyatna mengatakan, pengembangan wisata bisa
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus media menjaga kelestarian
lingkungan sekitar. Untuk itu pihaknya berharap kerja sama semua pihak. ‘’Kita
bersyukur pengembangan destinasi wisata Air Terjun Sri Gethuk dan Goa Rancang
Kencono sampai saat ini telah mampu mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak,”
ungkapnya. Sebelumnya, peluncuran ekowisata Bleberan ditandai dengan pemotongan
bunga oleh bupati didampingi beberapa pejabat Bank BNI 1946, dan pendukung
kegiatan melalui program CSR. Manager Program Bank BNI 1946 Fachrudin Rijadi
mengungkapkan, sebagai bukti kepedulian terhadap pengembangan wisata di
Gunungkidul, terutama dalam pengembangan kawasan ekowisata, BNI 46 melalui
program Corporate Social Responbility (CSR) telah memberikan dana hibah Rp 495
juta. “Dana tersebut digunakan untuk pengembangan kawasan wisata serta
pembangunan pintu gerbang desa wisata, pembangunan kios pedagang, pengadaan
perahu dan pelampung, pengadaan gazebo, pelatihan pengelola wisata, serta
pengadaan tong sampah,” ujarnya. Dengan fasilitas itu dia berharap bakal
mempercantik dan melengkapi sarana dan prasarana di Desa Wisata Bleberan.
Dengan demikian keberadaan objek wisata ini bisa semakin ramai, sehingga meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
Selama
tahun 2012 GOW melaksanakan berbagai kegiatan yang berorientasi pada
upaya pemberdayaan perempuan. Kegiatan tersebut diimplementasikan
pada program kerja masing-masing bidang yang anggarannya
ditopang dari bantuan APBD II th 2012 sebesar Rp. 20 juta.
Bidang organisasi dan kehumasan mengadakan konsolidasi dan koordinasi dengan organisasi anggota GOW sekaligus membuat laporan kegiatan sebagai bahan evaluasi dan monitoring. Selain itu juga melakukan pendataan anggota sesuai AD ART yang saat ini jumlah anggota 53 organisasi terdiri dari 29 dari unsur dharma wanita pesatuan dan 24 dari unsur lainnya. Kegiatan lain yaitu sosialisasi atribut GOW meliputi lencana, kartu tanda anggota, pakaian seragam dan sosilasisasi mars GOW dengan menggelar lomba. Disisi lain juga melakukan penyempurnaan AD ART sebagai patokan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi.
Bidang Pendidikan mengadakan wisata outbound ke sri gethuk dan goa pindul Wonosari, bertujuan untuk meningkatkan jalinan kerjasama dan keakraban. Pembinaan dan monitoring pos PAUD Alamanda Madureso Temanggung dan Alamanda Kacepit Selopampang. Selain itu mengadakan pelatihan ketrampilan menjahit yang diikuti 5 peserta selama 3 bulan. Saat ini ke 5 peserta tersebut sudah lulus dan praktik menjahit untuk menambah penghasilan keluarga.
Bidang Sosial dan kesejahteraan mengadakan anjangsana ke sejumlah penderita cacat dengan memberikan bantuan uang. Selain itu setiap momen HUT GOW yang bersamaan dengan peringatan Hari Kartini menggelar donor darah yang hasilnya disumbangkan ke PMI Cabang Temanggung.
Bidang Ekonomi dan pengembangan usaha, menjual aneka makanan dan pakaian seragam organisasi pada setiap event pertemuan. Disamping itu juga ikut serta membuka stand pada kegaiatan pasar murah utamanya menjelang peryaan hari raya Idul Fitri. Kegiatan lain yang tak kalah menariknya yakni program bantuan usaha ekonomi produktif secara bergulir untuk anggota sebesar Rp. 500 ribu untuk jangka waktu 10 bulan.
Bidang pemberdayaan perempuan, hukum dan HAM yaitu pelatihan ketrampilan menjahit dan membuat kue, pelatihan membuat perencanaan dan penyuluhan politik. Untuk pembuatan kue dikonsentrasikan ke desa binaan Donorojo Tretep bekerjasama dengan SMK Negeri 1 Temanggung. Kue yang dibuat memanfaatkan bahan dasar jambu dan ketela sesuai potensi yang dimiliki desa. Selain itu juga untuk program hukum dan HAM mengadakan sosialisasi keagrariaan dan penyuluhan kepribadian. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang keagrarian dan kepribadian sekaligus motivasi dan percaya diri perempuan
Bidang organisasi dan kehumasan mengadakan konsolidasi dan koordinasi dengan organisasi anggota GOW sekaligus membuat laporan kegiatan sebagai bahan evaluasi dan monitoring. Selain itu juga melakukan pendataan anggota sesuai AD ART yang saat ini jumlah anggota 53 organisasi terdiri dari 29 dari unsur dharma wanita pesatuan dan 24 dari unsur lainnya. Kegiatan lain yaitu sosialisasi atribut GOW meliputi lencana, kartu tanda anggota, pakaian seragam dan sosilasisasi mars GOW dengan menggelar lomba. Disisi lain juga melakukan penyempurnaan AD ART sebagai patokan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi.
Bidang Pendidikan mengadakan wisata outbound ke sri gethuk dan goa pindul Wonosari, bertujuan untuk meningkatkan jalinan kerjasama dan keakraban. Pembinaan dan monitoring pos PAUD Alamanda Madureso Temanggung dan Alamanda Kacepit Selopampang. Selain itu mengadakan pelatihan ketrampilan menjahit yang diikuti 5 peserta selama 3 bulan. Saat ini ke 5 peserta tersebut sudah lulus dan praktik menjahit untuk menambah penghasilan keluarga.
Bidang Sosial dan kesejahteraan mengadakan anjangsana ke sejumlah penderita cacat dengan memberikan bantuan uang. Selain itu setiap momen HUT GOW yang bersamaan dengan peringatan Hari Kartini menggelar donor darah yang hasilnya disumbangkan ke PMI Cabang Temanggung.
Bidang Ekonomi dan pengembangan usaha, menjual aneka makanan dan pakaian seragam organisasi pada setiap event pertemuan. Disamping itu juga ikut serta membuka stand pada kegaiatan pasar murah utamanya menjelang peryaan hari raya Idul Fitri. Kegiatan lain yang tak kalah menariknya yakni program bantuan usaha ekonomi produktif secara bergulir untuk anggota sebesar Rp. 500 ribu untuk jangka waktu 10 bulan.
Bidang pemberdayaan perempuan, hukum dan HAM yaitu pelatihan ketrampilan menjahit dan membuat kue, pelatihan membuat perencanaan dan penyuluhan politik. Untuk pembuatan kue dikonsentrasikan ke desa binaan Donorojo Tretep bekerjasama dengan SMK Negeri 1 Temanggung. Kue yang dibuat memanfaatkan bahan dasar jambu dan ketela sesuai potensi yang dimiliki desa. Selain itu juga untuk program hukum dan HAM mengadakan sosialisasi keagrariaan dan penyuluhan kepribadian. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang keagrarian dan kepribadian sekaligus motivasi dan percaya diri perempuan
BAB IV
KELEMBAGAAN
YANG TERBENTUK DI AIR TERJUN SRI GETHUK
Gunungkidul
pada 4–8 Juli 2014 kemarin mendapatkan penilaian terakhir dari Organisasi
Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization/UNESCO) soal status taman geologi
(geopark) dunia, yang diajukan sejak 2013. Status itu akan diumumkan melalui
sidang pleno UNESCO di Kanada.
Sejumlah geosite di kawasan Gunungsewu telah diajukan untuk dinilai. Geosite itu, antara lain Gunung Api Purba Nglanggeran, Endapan Laut Miosen Awal Sambipitu, Gua Pindul, Gua Kali Suci, Luweng Jomblang, Pantai Siung Wediombo, Lembah Purba Sadeng, Air Terjun Bleberan, Gua Jlamprong, dan Luweng Cokro.
Pemerintah Kabupaten sangat serius menyambut tim tersebut. Hal itu ditandai dengan papan penanda bertuliskan Welcome to Geopark Gunungsewu. Tulisan itu dibuat memang untuk menyambut tim UNESCO. Tim tersebut akan menilai kawasan Gunungsewu, yang terbentang dari Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta), Wonogiri (Jawa Tengah), dan Pacitan (Jawa Timur). Gunungkidul merupakan pintu masuk untuk wilayah geopark tersebut.
Tidak itu saja, untuk memaksimalkan peluang masuk menjadi geopark dunia, pihak Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengirim 30 orang perwakilan ke Bangli, Bali, untuk studi banding. Di Gunungkidul sendiri terus gencar dilakukan sosialisasi ke masyarakat tiada henti agar mereka paham bagaimana menempatkan diri sebagai pemilik sekaligus pengelola kawasan geopark.
Sejumlah geosite di kawasan Gunungsewu telah diajukan untuk dinilai. Geosite itu, antara lain Gunung Api Purba Nglanggeran, Endapan Laut Miosen Awal Sambipitu, Gua Pindul, Gua Kali Suci, Luweng Jomblang, Pantai Siung Wediombo, Lembah Purba Sadeng, Air Terjun Bleberan, Gua Jlamprong, dan Luweng Cokro.
Pemerintah Kabupaten sangat serius menyambut tim tersebut. Hal itu ditandai dengan papan penanda bertuliskan Welcome to Geopark Gunungsewu. Tulisan itu dibuat memang untuk menyambut tim UNESCO. Tim tersebut akan menilai kawasan Gunungsewu, yang terbentang dari Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta), Wonogiri (Jawa Tengah), dan Pacitan (Jawa Timur). Gunungkidul merupakan pintu masuk untuk wilayah geopark tersebut.
Tidak itu saja, untuk memaksimalkan peluang masuk menjadi geopark dunia, pihak Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengirim 30 orang perwakilan ke Bangli, Bali, untuk studi banding. Di Gunungkidul sendiri terus gencar dilakukan sosialisasi ke masyarakat tiada henti agar mereka paham bagaimana menempatkan diri sebagai pemilik sekaligus pengelola kawasan geopark.
Bertemu
Masyarakat
Menurut Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Sekretariat Daerah (Sekda) Gunungkidul, Birowo Adie, tim UNESCO berencana langsung berinteraksi dengan masyarakat untuk memberikan penilaian. Adapun yang akan dinilai mengenai pengelolaan, kelembagaan serta keterlibatan masyakarat. “Jadi, tim UNESCO itu datang ke Gunungkidul bukan bertemu dengan kami, jajaran pejabat di pemerintahan, tetapi bertemu dengan masyarakat,” kata Birowo.
Paling tidak selama dua tahun terakhir, jajaran Pemerintah Kabupaten Gunungkidul intens melakukan sosialisasi di berbagai tempat kepada masyarakat. “Saya sakit dan harus bed rest selama beberapa bulan ini, ya karena kerja keras, kecapekan sosialisasi dan menyiapkan segala sesuatu terkait geopark ini. Semua tenaga kami kerahkan ke lapangan untuk sosialisasi,” tandas Birowo.
Contohnya, sosialisasi Geopark Gunungsewu dilaksanakan di Kalisuci, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul, pada akhir Februari 2014. Sosialisasi digelar oleh Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda Kabupaten Gunungkidul ini dihadiri sejumlah camat serta para pengelola desa wisata di wilayah ini meliputi pengelola Gua Jomblang, Kalisuci, Gua Pindul, Lembah Ngingrong, Pantai Siung, dan Gua Cokro.
Sosialisasi menghadirkan Akhyaruddin dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Hanang Samodra dari Badan Geologi. Menurut Akhyaruddin, pengelolaan geopark Gunungsewu dimaksudkan untuk meningkatkan dan menggerakkan perekonomian masyarakat. Untuk itu, masyarakat harus terlibat di dalamnya dan menjadikan Gunungsewu menjadi warisan dunia.
Geopark, tambah Akhyaruddin, merupakan suatu kawasan yang memiliki arti sebagai sebuah warisan alam (geologi) dan menjadi tempat implementasi strategi pengembangan ekonomi berkelanjutan yang dilakukan melalui struktur manajemen yang baik dan realistis. Geopark menjadi peluang bagi terciptanya lapangan kerja untuk masyarakat setempat. Usaha penggalian, penumbuhan, dan pengembangan nilai ekonomi tersebut biasanya dilakukan melalui industri pariwisata yang berkelanjutan dengan usaha konservasi.
Dengan segala persiapan itu, Birowo yakin dari sisi masyarakat sudah siap menerima tim penilai dari UNESCO. Masyarakat sudah paham saol geopark dan bagaimana mengelola objek wisata secara secara terpadu sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh, dan diselenggarakan secara berkelanjutan.
Menurut Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Sekretariat Daerah (Sekda) Gunungkidul, Birowo Adie, tim UNESCO berencana langsung berinteraksi dengan masyarakat untuk memberikan penilaian. Adapun yang akan dinilai mengenai pengelolaan, kelembagaan serta keterlibatan masyakarat. “Jadi, tim UNESCO itu datang ke Gunungkidul bukan bertemu dengan kami, jajaran pejabat di pemerintahan, tetapi bertemu dengan masyarakat,” kata Birowo.
Paling tidak selama dua tahun terakhir, jajaran Pemerintah Kabupaten Gunungkidul intens melakukan sosialisasi di berbagai tempat kepada masyarakat. “Saya sakit dan harus bed rest selama beberapa bulan ini, ya karena kerja keras, kecapekan sosialisasi dan menyiapkan segala sesuatu terkait geopark ini. Semua tenaga kami kerahkan ke lapangan untuk sosialisasi,” tandas Birowo.
Contohnya, sosialisasi Geopark Gunungsewu dilaksanakan di Kalisuci, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul, pada akhir Februari 2014. Sosialisasi digelar oleh Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda Kabupaten Gunungkidul ini dihadiri sejumlah camat serta para pengelola desa wisata di wilayah ini meliputi pengelola Gua Jomblang, Kalisuci, Gua Pindul, Lembah Ngingrong, Pantai Siung, dan Gua Cokro.
Sosialisasi menghadirkan Akhyaruddin dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Hanang Samodra dari Badan Geologi. Menurut Akhyaruddin, pengelolaan geopark Gunungsewu dimaksudkan untuk meningkatkan dan menggerakkan perekonomian masyarakat. Untuk itu, masyarakat harus terlibat di dalamnya dan menjadikan Gunungsewu menjadi warisan dunia.
Geopark, tambah Akhyaruddin, merupakan suatu kawasan yang memiliki arti sebagai sebuah warisan alam (geologi) dan menjadi tempat implementasi strategi pengembangan ekonomi berkelanjutan yang dilakukan melalui struktur manajemen yang baik dan realistis. Geopark menjadi peluang bagi terciptanya lapangan kerja untuk masyarakat setempat. Usaha penggalian, penumbuhan, dan pengembangan nilai ekonomi tersebut biasanya dilakukan melalui industri pariwisata yang berkelanjutan dengan usaha konservasi.
Dengan segala persiapan itu, Birowo yakin dari sisi masyarakat sudah siap menerima tim penilai dari UNESCO. Masyarakat sudah paham saol geopark dan bagaimana mengelola objek wisata secara secara terpadu sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh, dan diselenggarakan secara berkelanjutan.
Status
geopark dari UNESCO dianggap sebagai modal penting bagi Gunungkidul mengelola
potensi kawasan. Status geopark ini bak tiket khusus mendapat kepercayaan pula
dari sejumlah investor atas peluang terbukanya kerja sama investasi berskala
internasional. Birowo pun menuturkan, saat ini yang menjadi target Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul hanyalah menggolkan Gunungsewu mendapatkan status geopark
terlebih dahulu.
Soal Geopark Gunungsewu ini secara singkat bisa disimak apa yang disampaikan Sari Bahagiarti Kusumayudha dan Jatmika Setiawan dari Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional/UPN “Veteran” Yogyakarta dalam Situs-situs Warisan Geologi di Daerah Gunung Sewu sebagai Pendukung Kawasan Geopark. Menurut Sari, daerah Gunungsewu merupakan kawasan karst Tropik yang cantik dan terluas di Asia Tenggara.
Mudah Diakses
Daerah ini, tambah Sari, secara administrasi termasuk wilayah Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Wonogiri. Secara geografik berada sekitar 25 km tenggara Yogyakarta, sekitar 109 km dari Pacitan, dan hanya 20 km dari Wonogiri. Luas kawasan Gunungsewu sekitar 800 km2, sangat mudah diakses dari Yogyakarta – Wonosari, Wonogiri, dan Pacitan.
Geologi daerah Gunungsewu merupakan hasil dari proses-proses deposisi dan tektonik, serta proses permukaan, menghasilkan hamparan batuan karbonat dengan variasi bentuk bentang alam, berbagai fosil, struktur deformasi, dan keunikan hidrogeologi. Batuan dasar kawasan ini, tambah Sari, adalah batuan vulkanik Formasi Semilir dan Formasi Nglanggran yang berumur Tersier Awal.
Menurut Sari, di bagian utara batuan dasar ini ditutupi oleh napal dan batu pasir tufaan Formasi Sambipitu dan batu pasir tufaan dan kalkarenit Formasi Oyo. Di atas Formasi Sambipitu dan Formasi Oyo terdapat Formasi Wonosari, dan Formasi Kepek. Di Daerah Gunungsewu batuan termuda adalah endapan Kuarter alluvial dan endapan vulkanik Gunung Merapi.
Proses-proses alam yang kompleks, tambah Sari, telah mewariskan banyaknya situs geologi di daerah ini. Kehadiran berbagai situs warisan geologi ini akan mendukung promosi Gunungsewu sebagai kawasan geopark dunia sekaligus akan memantik minat para turis, untuk menyaksikan langsung eksotisme gua karts Gunungsewu sebagai salah satu kawasan geopark nasional.
Soal Geopark Gunungsewu ini secara singkat bisa disimak apa yang disampaikan Sari Bahagiarti Kusumayudha dan Jatmika Setiawan dari Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional/UPN “Veteran” Yogyakarta dalam Situs-situs Warisan Geologi di Daerah Gunung Sewu sebagai Pendukung Kawasan Geopark. Menurut Sari, daerah Gunungsewu merupakan kawasan karst Tropik yang cantik dan terluas di Asia Tenggara.
Mudah Diakses
Daerah ini, tambah Sari, secara administrasi termasuk wilayah Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Wonogiri. Secara geografik berada sekitar 25 km tenggara Yogyakarta, sekitar 109 km dari Pacitan, dan hanya 20 km dari Wonogiri. Luas kawasan Gunungsewu sekitar 800 km2, sangat mudah diakses dari Yogyakarta – Wonosari, Wonogiri, dan Pacitan.
Geologi daerah Gunungsewu merupakan hasil dari proses-proses deposisi dan tektonik, serta proses permukaan, menghasilkan hamparan batuan karbonat dengan variasi bentuk bentang alam, berbagai fosil, struktur deformasi, dan keunikan hidrogeologi. Batuan dasar kawasan ini, tambah Sari, adalah batuan vulkanik Formasi Semilir dan Formasi Nglanggran yang berumur Tersier Awal.
Menurut Sari, di bagian utara batuan dasar ini ditutupi oleh napal dan batu pasir tufaan Formasi Sambipitu dan batu pasir tufaan dan kalkarenit Formasi Oyo. Di atas Formasi Sambipitu dan Formasi Oyo terdapat Formasi Wonosari, dan Formasi Kepek. Di Daerah Gunungsewu batuan termuda adalah endapan Kuarter alluvial dan endapan vulkanik Gunung Merapi.
Proses-proses alam yang kompleks, tambah Sari, telah mewariskan banyaknya situs geologi di daerah ini. Kehadiran berbagai situs warisan geologi ini akan mendukung promosi Gunungsewu sebagai kawasan geopark dunia sekaligus akan memantik minat para turis, untuk menyaksikan langsung eksotisme gua karts Gunungsewu sebagai salah satu kawasan geopark nasional.
Di
salah satu kawasan ini juga dilengkapi alur sungai purba sepanjang 12
kilometer, mulai Giritontro hingga perbatasan Pracimantoro-Wonosari di
Gunungkidul, dan Pantai Sembukan. Semua aset geologi itu bisa jadi wadah untuk
pendidikan geologi, sejarah, sekaligus tempat pariwisata. Potensi ini menjadi momentum
promosi kawasan karst Gunungsewu melalui geopark sehingga sektor pariwisata di
Pacitan, Wonogiri, dan Gunungkidul semakin meningkat. b siswo
Geopark Jadi Model Pengelolaan Warisan Bumi secara Berkelanjutan
Pada tahun 1999, UNESCO menginisiasi dan mengembangkan program baru yang dinamakan geopark. Sebagai suatu faham konservasi, geopark memiliki beragam istilah yang berkaitan dengan konservasi sumber daya warisan geologi.
Geopark diartikan sebagai konsep manejemen sumber daya alam yang memanfaatkan nilai-nilai keragaman geologi (geodiversity), keragaman biologi (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural-diversity). Jika pada awalnya kata “geo” pada geopark diartikan sebagai “geologi”, maka pada perkembangan selanjutnya dimaknai sebagai “bumi” (earth).
Menurut website yang dibuat khusus dalam rangka mempromosikan Geopark Gunungsewu, dengan jelas dinyatakan bahwa keragaman geologi mencakup unsur-unsur abiotik, seperti mineral, batuan, fosil, struktur geologi, dan bentang alam. Unsur-unsur abiotik yang memiliki arti sebagai warisan bumi (baik dari sisi keunikan, kelangkaan, maupun keindahan), sehingga perlu dihargai, dimaknai sebagai warisan geologi (geoheritage). Keragaman biologi mencakup unsur-unsur biotik, seperti flora dan fauna.
Keragaman budaya (cultural-diversity) mencakup unsur-unsur budaya masa lalu dan masa kini yang dihasilkan oleh manusia. Geopark menjadi model dari upaya pengelolaan sumber daya alam (biodiversity dan geodiversity) dan warisan budaya yang dilestarikan, dilakukan secara terpadu sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh, dan diselenggarakan secara berkelanjutan.
Pembangunan geopark memanfaatkan komponen ABC (abiotic, biotic, culture) yang terdapat di suatu wilayah. Pembentukan dan pengembangan geopark mendasarkan pada tiga pilar, yaitu konservasi, pendidikan, dan penumbuhan nilai ekonomi lokal (umumnya melalui kegiatan pariwisata). Ketiga pilar itu menjadi tujuan dan sasaran pengembangan geopark. Geopark pun akhirnya menjadi sebuah model pembangunan berkelanjutan regional (model for regional sustainable development) yang fleksibel (luwes).
Geopark Jadi Model Pengelolaan Warisan Bumi secara Berkelanjutan
Pada tahun 1999, UNESCO menginisiasi dan mengembangkan program baru yang dinamakan geopark. Sebagai suatu faham konservasi, geopark memiliki beragam istilah yang berkaitan dengan konservasi sumber daya warisan geologi.
Geopark diartikan sebagai konsep manejemen sumber daya alam yang memanfaatkan nilai-nilai keragaman geologi (geodiversity), keragaman biologi (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural-diversity). Jika pada awalnya kata “geo” pada geopark diartikan sebagai “geologi”, maka pada perkembangan selanjutnya dimaknai sebagai “bumi” (earth).
Menurut website yang dibuat khusus dalam rangka mempromosikan Geopark Gunungsewu, dengan jelas dinyatakan bahwa keragaman geologi mencakup unsur-unsur abiotik, seperti mineral, batuan, fosil, struktur geologi, dan bentang alam. Unsur-unsur abiotik yang memiliki arti sebagai warisan bumi (baik dari sisi keunikan, kelangkaan, maupun keindahan), sehingga perlu dihargai, dimaknai sebagai warisan geologi (geoheritage). Keragaman biologi mencakup unsur-unsur biotik, seperti flora dan fauna.
Keragaman budaya (cultural-diversity) mencakup unsur-unsur budaya masa lalu dan masa kini yang dihasilkan oleh manusia. Geopark menjadi model dari upaya pengelolaan sumber daya alam (biodiversity dan geodiversity) dan warisan budaya yang dilestarikan, dilakukan secara terpadu sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh, dan diselenggarakan secara berkelanjutan.
Pembangunan geopark memanfaatkan komponen ABC (abiotic, biotic, culture) yang terdapat di suatu wilayah. Pembentukan dan pengembangan geopark mendasarkan pada tiga pilar, yaitu konservasi, pendidikan, dan penumbuhan nilai ekonomi lokal (umumnya melalui kegiatan pariwisata). Ketiga pilar itu menjadi tujuan dan sasaran pengembangan geopark. Geopark pun akhirnya menjadi sebuah model pembangunan berkelanjutan regional (model for regional sustainable development) yang fleksibel (luwes).
Jika
Gunungsewu, termasuk Gunungkidul lolos dalam penilaian sebagai geopark dunia,
keuntungan bakal diterima berlipat-lipat. Selain mendapat event promosi gratis
tentang wisata dunia, juga bisa meraih dana melalui bank dunia.
Perusahaan Daerah Air Minum
Tirta Handayani di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta,
menargetkan pengolahan air Sungai Oya bisa menyuplai 20 ribu kepala keluarga
hingga akhir 2014.
Dirut PDAM Gunungkidul Isnawan
Febrianto mengatakan proyek yang telah menghabiskan dana Rp12 miliar yang
bersumber dari APBN 2013 telah diuji coba beberapa waktu yang lalu.
“Sudah diuji coba untuk
mengetahui mana yang bocor dan belum terkoneksi. Sekarang, tinggal menunggu serah
terima,” kata Isnawan.
Ia mengatakan pengolahan air
Sungai Oya untuk mengaliri 20 ribu warga Kecamatan Playen. Nantinya akan
dilakukan penyerahan dari penanggung jawab anggaran yakni Satuan Kerja DIY ke
PDAM Gunungkidul.
“Apabila semuanya sudah selesai
akan dilakukan penyerahan. Distribusi air juga bisa dilakukan ke daerah lain,
misalnya Desa Bunder, Kecamatan Patuk,” kata dia.
Menurut dia, air bersumber dari
Sungai Oya yang membelah perbatasan Kecamatan Patuk dan Playen. Air yang
ditampung dibak penampungan, nantinya akan diendapkan dan baru disalurkan
kepada masyarakat.
“Air yang keruh akan dibuang
sementara air yang bersih di salurkan ke masyarakat,” katanya.
Air
terjun Sri Gethuk yang berada di desa wisata Bleberan, Kecamatan Playen,
Gunungkidul, dirancang sebagai obyek wisata khusus untuk terapi pecandu
narkotik. Wisata terapi itu menjadi fokus pengembangan lantaran sejak obyek
wisata ini dibuka pada 2010, banyak pecandu yang merasakan manfaat air terjun
itu. "Mungkin mereka tersugesti pikiran-pikiran positif setelah membaur
dengan alam yang mendorong kesembuhan," kata Ketua Kelompok Sadar Wisata
Sri Gethuk Tri Harjana, Ahad, 21 September 2014.
Tri mengatakan pihaknya mulai berfokus pada wisata terapi pecandu narkoba bersama Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul pada akhir pekan lalu. Kegiatan terapi itu melibatkan sekitar 40 pecandu berusia muda yang tengah menjalani fase rehabilitasi. "Awalnya diajak bermain dalam kelompok, lalu berenang bersama di bawah guyuran air terjun," katanya.
Dengan mengajak para pecandu ini menyatu dengan alam, mereka didorong agar tak lagi bersentuhan dengan narkoba setelah menjalani rehabilitasi. "Mereka harus percaya bisa melepas ketergantungan dari narkoba," kata Tri.
Untuk menggelar wisata terapi pecandu ini, kelompok wisata Sri Gethuk menjalin kerja sama dengan sejumlah panti rehabilitasi narkoba di Yogyakarta. Biaya yang dikenakan kepada wisatawan hanya Rp 55 ribu per orang untuk satu paket berisi berbagai kegiatan. "Biaya sama dengan paket reguler, kecuali hanya berenang dan naik rakit, hanya Rp 17 ribu per orang," katanya.
Sebelumnya, kata Tri, wisata terapi Sri Gethuk ini terbangun sendiri dari kabar wisatawan yang tersebar dari mulut ke mulut. Tak ada promosi khusus dari pengelola obyek wisata serta kelompok sadar wisata setempat.
Ada wisatawan dari Lampung yang mengaku sembuh dari rematik setelah menceburkan diri ke air. Bahkan ada pengakuan seorang karyawan hotel di Yogyakarta yang membatalkan operasi tulang pada kakinya setelah tiga kali mandi di obyek wisata itu.
"Tapi kami tak menjanjikan apa-apa, karena kesembuhan itu hanya sugesti, dan air terjun ini hanya alam yang membantu mendorong sugesti positif itu," kata Tri.
Tri menjelaskan, tak ada khasiat istimewa dari air terjun itu. Tapi memang air yang jernih dan alam yang asri di sekitarnya membantu terciptanya pikiran positif. "Menyatu dengan alam itu mungkin yang mendorong pikiran jadi rileks dan membuat orang jadi lebih sehat."
Tri mengatakan pihaknya mulai berfokus pada wisata terapi pecandu narkoba bersama Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul pada akhir pekan lalu. Kegiatan terapi itu melibatkan sekitar 40 pecandu berusia muda yang tengah menjalani fase rehabilitasi. "Awalnya diajak bermain dalam kelompok, lalu berenang bersama di bawah guyuran air terjun," katanya.
Dengan mengajak para pecandu ini menyatu dengan alam, mereka didorong agar tak lagi bersentuhan dengan narkoba setelah menjalani rehabilitasi. "Mereka harus percaya bisa melepas ketergantungan dari narkoba," kata Tri.
Untuk menggelar wisata terapi pecandu ini, kelompok wisata Sri Gethuk menjalin kerja sama dengan sejumlah panti rehabilitasi narkoba di Yogyakarta. Biaya yang dikenakan kepada wisatawan hanya Rp 55 ribu per orang untuk satu paket berisi berbagai kegiatan. "Biaya sama dengan paket reguler, kecuali hanya berenang dan naik rakit, hanya Rp 17 ribu per orang," katanya.
Sebelumnya, kata Tri, wisata terapi Sri Gethuk ini terbangun sendiri dari kabar wisatawan yang tersebar dari mulut ke mulut. Tak ada promosi khusus dari pengelola obyek wisata serta kelompok sadar wisata setempat.
Ada wisatawan dari Lampung yang mengaku sembuh dari rematik setelah menceburkan diri ke air. Bahkan ada pengakuan seorang karyawan hotel di Yogyakarta yang membatalkan operasi tulang pada kakinya setelah tiga kali mandi di obyek wisata itu.
"Tapi kami tak menjanjikan apa-apa, karena kesembuhan itu hanya sugesti, dan air terjun ini hanya alam yang membantu mendorong sugesti positif itu," kata Tri.
Tri menjelaskan, tak ada khasiat istimewa dari air terjun itu. Tapi memang air yang jernih dan alam yang asri di sekitarnya membantu terciptanya pikiran positif. "Menyatu dengan alam itu mungkin yang mendorong pikiran jadi rileks dan membuat orang jadi lebih sehat."
Sri
Gethuk merupakan air terjun yang sumber airnya berasal dari sedikitnya tujuh
mata air bawah tanah perbukitan karst Gunungkidul. Mata air itu tak pernah
mengering sekalipun Gunungkidul merupakan daerah langganan kekeringan paling
parah di wilayah DIY. Dua dari tujuh mata air Sri Gethuk telah dialirkan untuk
air baku warga sekitar.
Perkembangan
sektor pariwisata di Gunungkidul meningkat cukup tajam. Kawasan tersebut
diantaranya pantai, Gunung Nglanggeran, Goa Pindul, Air Terjun Sri Gethuk, Kali
Suci dan Desa Wisata Bobung. Pengelolaan pariwisata selain dikelola pemda, juga
banyak yang berbasis masyarakat. Pengelolaan tersebut, hendaknya mampu
memberikan multiplier effect atau banyak manfaat positip bagi kesejahteraan
masyarakat. Pemerintah dan masyarakat pengelola wisata, juga perlu mengoptimalkan
pelayanan ataupun strategi, agar wisatawan betah berlama-lama tinggal di
Gunungkidul.
Demikian mencuat dalam Forum
Dialog Jogja Education Club (JEC) XI dengan tema Kebijakan Pariwisata Berbasis
Kearifan Lokal di gedung DPRD Gunungkidul, Senin (9/12). Kegiatan Kerjasama SKH
Kedaulatan Rakyat, DPRD dan Perhimpunan Rumah Suluh Indonesia menghadirkan
narasumber Dekan Fisipol UGM DR Erwan Agus Purwanto MSi, Wakil Rektor UNY Prof
Suwarsih Madya, Wakil Rektor UKDW Drs Purnawan Hardiyanto, Wakil Rektor UGK
Padmaya. Serta dihadiri Komisaris Utama PT BP SKH Kedaulatan Rakyat Drs HM
Romly, Direktur Penelitian dan Pengembangan KR Sugeng Wibowo SH, Staf Ahli
Direktur Utama PT BP Kedaulatan Rakyat Drs Untoro Hariyadi MSi, Bupati Hj
Badingah SSos, Ketua DPRD Drs Budi Utama, muspida, camat dan undangan.
Erwan Agus Purwanto
mengungkapkan, pengelolaan obyek wisata juga perlu menggali kearifan lokal
dalam menangani konflik. Sumber daya alam tidak harus dikelola negara atau
pemerintah daerah, tetapi bisa diserahkan kepada masyarakat. Jika pemerintah
mempercayai masyarakat untuk mengelola pariwisata, maka akan lebih baik. “Hanya
saja diperlukan batasan-batasan, siapa yang boleh terlibat serta menentukan
aturan main atau membagi pendapatan dari pengelolaan obyek wisata,” ujarnya.
Purnawan Hadriyanto menambahkan,
pengelolaan obyek wisaya berbasis masyarakat ataupun pemerintah daerah, perlu
dibuat lebih menarik. Jangan sampai wisatawan datang lalu pergi begitu saja.
Dibutuhkan pemikiran dalam memberikan pelayanan, agar wisatawan mau untuk
tinggal di Gunungkidul. Melalui upaya tersebut, pengunjung akan membelanjakan
uangnya dan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat. “Kerjasama
dengan swasta atau investor diperlukan untuk mendorong pertumbuhan pariwisata,
sehingga menimbulkan multiplier effect.
Staf
Ahli PT BP SKH Kedaulatan Rakyat Drs Untoro Hariyadi MSi menuturkan,
pelaksanaan dialog JEC merupakan tindak lanjut kerjasama antara KR dengan DPRD
serta rumah suluh dan perguruan tinggi, Melalui dialog serta pemikiran-pemikiran
pengembangan pariwisata, diharapkan mampu memberikan dampak positip, terhadap
perkembangan obyek wisata di Gunungkidul
Lebih dari setengah wilayah Gunungkidul merupakan bentang
alam karst dengan berbagai keunikannya,
maka sebagian besar usaha pariwisata di Kabupaten Gunungkidul
berbasiskan pada wisata alam karst.
Menilik pada jumlah kunjungan wisatawan yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun maka pengembangan ekowisata karst akan memiliki prospek yang bagus
dan lebih kompetitif jika dibandingkan dengan jenis wisata yang lain. Namun pengembangan ekowisata tidaklah hanya
untuk mengejar kepentingan ekonomi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Samodra (2005) bahwa pada prinsipnya konsep
kegiatan pengembangan ekowisata karst didasarkan pada beberapa aspek, yang
memungkinkan usaha itu dapat dilakukan secara berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan hidup. Aspek tersebut antara
lain adalah aspek konservasi, aspek pendidikan dan aspek ekonomi.
Berkaitan
dengan aspek konservasi pada upaya pengembangan ekowisata karst di obyek wisata
Air Terjun Sri Getuk terdapatpoint-point penting sebagai berikut:
1. Dalam konsep pengembangan geopark Gunungsewu, terdapat 30
situs geologi (geosite) yang tersebar
pada kawasan karst yang ada di Kabupaten
Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan. Ke-30 situs tersebut merupakan bagian dari
konsep perlidungan, pendidikan dan
pembangunan berkelanjutan secara holistik. Di Kabupaten Gunungkidul
terdapat 11 situs, satu diantaranya yaitu air terjun Sri Getuk di Desa Bleberan
yang merupakan bagian dari geopark Gunungsewu yang dilindungi. Hal ini sejalan dengan yang diamanatkan dalam
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst, bahwa kawasan bentang alam karst memiliki
komponen geologi yang unik, sehingga perlu untuk dilestarikan dan dilindungi
keberadaannya dalam rangka mencegah kerusakan guna menunjang pembangunan
berkelanjutan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Menindaklanjuti Permen ESDM tersebut, Pemerintah Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta mengusulkan penetapan Kawasan Bentang Alam Karst
Gunung Sewu di DIY. Kawasan obyek wisata
air terjun Sri Getuk di Desa Bleberan termasuk salah satu dalam usulan
penetapan tersebut. Upaya perlindungan
kawasan Gunungsewu yang dikembangkan menjadi kawasan wisata tidak hanya pada
aspek fisik namun juga budaya masyarakat lokal yang bisa ditunjukkan kepada
wisatawan.
2. Berkaitan dengan perlindungan terhadap kawasan yang
dikembangan sebagai obyek wisata tidak lepas dari pemanfaatan lahan. Lahan yang dikembangkan menjadi kawasan obyek
wisata air terjun Sri Getuk dan Goa
Rancang Kencono merupakan tanah kas desa, tanah “Sultan Ground” atau “SG”, dan
tanah milik kehutanan. Perda RTRW
Kabupaten Gunungkidul 2010-2030 menyebutkan bahwa Air Terjun Sri Getuk termasuk
dalam areal hutan yang merupakan hutan negara. Hutan tersebut adalah hutan
tanaman produksi untuk jenis tanaman kayu jati dan kayu putih. Tanah milik kehutanan seluas sekitar 1.000 m2
yang telah dimanfaatkan untuk pengembangan, diantaranya dibangun kolam ikan dan
warung makan/kuliner. Namun tanah yang digunakan untuk pengembangan kawasan
wisata tersebut adalah tanah kosong yang dahulu digunakan sebagai tempat
penimbunan kayu (TPK). Kegiatan
pengembangan yang dilakukan tidak mengganggu atau bahkan mematikan fungsi hutan
sebagai pengendali dan penyeimbang sistem tata air, karena hanya memanfaatkan
tanah yang selama ini tidak dimanfaatkan oleh pihak kehutanan.
3. Tekanan terhadap hutan negara berupa penebangan dan
pejarahan kayu di wilayah Desa Bleberan dulu pernah terjadi setelah meletus
reformasi. Namun sekarang tidak pernah
terjadi, setelah kawasan air terjun dan goa dikembangkan menjadi obyek
wisata. Bahkan pada akhir Tahun 2013
diadakan kegiatan penanaman bibit pohon di daerah sekitar aliran sungai dan
mata air yang difasilitasi oleh Dinas Kehutanan Provinsi DIY bersama petani
penggarap disekitar aliran mata air yang tergabung dalam kelompok HKM. Kegiatan konservasi ini merupakan upaya
penghijauan pada daerah tangkapan air, dimaksudkan agar debit air pada tiga
sumber mata air tidak surut/berkurang.
Program penghijauan ini tidak sekedar bernuansa fisik
dengan menanam bibit tanaman, namun juga ada unsur pelestarian budaya di
dalamnya. Progam penghijauan ini
menggunakan “dana keistimewaan” sehingga walaupun ini merupakan tupoksi Dinas
Perkebunan dan Kehutanan namun tetap bernuansa budaya. Bahkan dalam pelaksanaannya melibatkan peran
masyarakat lokal sebagai petani penggarap lahan milik kehutanan yang tergabung
dalam kelompok HKM.
Pendekatan
partisipatif yang melibatkan masyarakat lokal dalam upaya konservasi yang
bernuansa budaya tidak hanya dibutuhkan selama proses konservasi, tetapi yang
lebih penting adalah pasca konservasi.
Pasca konservasi menitik beratkan pada peran masyarakat lokal yang lebih
besar sehingga mampu menjamin kontinuitas sebuah konservasi. Sebagaimana dikemukakan Steger dalam Soeroso
A. dan Susilo Y.S (2008) bahwa dalam proses
globalisasi berbagai budaya lokal lenyap ternafikan oleh kekuatan homogenisasi
barat, akibat gerakan partikularitas keberagaman budaya lokal berkembang ke
dalam konstelasi kultur yang baru.
Menjunjung tinggi nilai kearifan lokal ditengah gelombang modernisasi
dan identitas budaya lokal yang semakin luntur tergerus jaman menjadi sumber
kekuatan tersendiri dalam menjaga kelestarian alam.
Diantara
bentuk pelestarian seni dan budaya yang dilakukan yaitu pengadaan gamelan jawa
dan wayang dengan menggunakan dana hibah Tahun 2013. Selain itu bentuk kepedulian terhadap seni
dan budaya dengan pemberian bantuan melalui dana pengembangan potensi yang
ditetapkan sebesar 20% dari Sisa Hasil Usaha.
Dana ini dipergunakan untuk pemberian bantuan kepada kelompok-kelompok
usaha kecil dan kelompok seni budaya yang ada di Desa Bleberan. Jenis seni budaya yang ada di Desa Bleberan
yaitu Kerawitan, Doger, Reog, Hadrah, dan Slawatan.
Kegiatan
penggalian atau pengerukan bukit yang selama ini dilakukan dalam rangka
pengembangan obyek wisata masih dalam batas wajar dan terkendali. Penggalian/pengerukan bukit yang difungsikan
sebagai lahan parkir seluas sekitar 15 x 50 m masih bisa ditolerir karena tidak
mengganggu fungsi lahan. Kegiatan
pengerukan kemudian akan diikuti dengan penanaman bibit tanaman buah untuk
mengatasi fungsi penyerapan air dan penanganan lahan kritis. Konsep penanganan lahan kritis dengan
penanaman kebun buah karena memiliki nilai ekonomi. Kebun buah pada lahan seluas 4 hektar ini
kedepan dikemas menjadi agrowisata guna
mendukung obyek wisata utama yaitu air terjun.
Kegiatan
penambangan yang dilakukan warga yaitu penambangan tradisional tanpa alat berat
pada lahan milik pribadi. Penambangan
yang berada disekitar kawasan obyek wisata
air terjun dan goa masih dalam skala kecil dengan kedalaman antara 1
sampai 1,5 m dengan luasan sekitar 10 m2.
Salah satu wujud terabaikannya konservasi terhadap
keunikan bentang alam karst, yaitu belum adanya perlindungan terhadap keamanan
goa karena area parkir berada tepat di atas ruangan goa bagian dalam. Walaupun struktur batuan yang membentuk
sistem pergoaan cukup kuat karena telah
teruji pada saat terjadi gempa pada Tahun 2006 yang melanda wilayah DIY. Gempa yang cukup dahsyat tersebut dengan
kekuatan 5,9 SR tidak menimbulkan runtuhan stalagtit ataupun retakan dinding
goa, namun dikhawatirkan terjadi kerusakan atau kemungkinan amblesan bila diatasnya digunakan untuk
parkir kendaraan-kendaraan besar atau bus.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kawasan Wisata Air
Terjun Sri Gethuk yang terletak di kabupaten Gunungkidul ini sebenarnya
memiliki potensi wisata alam yang sangat indah . Masih banyak kekurangan dalam
pemanfaatan sumber daya alamnya dan pengembangannya kurang merata ke seluruh
desa terutama pada sector ekonomi . Perlu adanya campur tangan pemerintah agar
tidak terjadi kesenjangan social antar warga . Kawasan wisata air terjun sri
gethuk telah menerapkan konservasi alam dan akan dijadikan sebagai ekowisata
untuk pariwisata berkelanjutan .Lembaga –lembaga dan investor pun sudah mulai
berdatangan untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan kawasan ini. Bentuk
kerjasama natar lembaga dan organisasipun disini sudah muncul seperti kerjasama
dari dinas kehutanan , dinas pariwisata dan para investor local yang sudah
memulai membantu memperbaiki fasilitas dengan mempermudah akses masuk ke
kawasan wisata alam air terjun sri gethuk .
SARAN
Perlu adanya
pelatihan-pelatihan tentang sadar wisata dan tata cara pengembangan pariwisata
berkelanjutan untuk objek wisata ala mini dan juga perlu adanya dampingan
pemerintah agar tidak terjadi kesenjangan social .
DAFTAR PUSTAKA
(http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/nature-and-outdoor/sri-gethuk/)
, diakses 24 November 2014
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata),
diakses 24 November 2014
(http://www.potlot-adventure.com/air-terjun-srigethuk-oase-di-gunungkidul/)
, diakses 26 November 2014
(http://www.beritasatu.com/food-travel/209480-gunung-kidul-akan-kembangkan-sri-gethuk-menjadi-ekowisata.html), diakses 26 November 2014
(.unhas.ac.id), diakses 26 November 2014
(http://maswasidi-jogja.blogspot.com/2014/02/aspek-konservasi-pada-ekowisata-karst.html),
diakses 27 November 2014
(http://desawisatableberan.net/blog/2014/11)
, diakses 2 Desember 2014
(http://travel.kompas.com/read/2013/12/14/2012548/Mengintip.Eksotisme.Wisata.di.Desa.Bleberan),
diakses 2 Desember 2014
(http://goarancang.blogspot.com/),
diakses 3 Desember 2014
(http://www.harianjogja.com),
diakses 3 Desember 2014
Nama saya adalah Cynthia Johnson. kita hipotek, pinjaman rumah, kredit mobil, pinjaman Hotel, tawaran komersial Umum Mr John Carlson, orang harus memperbarui semua situasi keuangan di dunia / perusahaan untuk membantu mereka yang terdaftar pemberi pinjaman uang pinjaman pribadi, kredit konstruksi, rendah suku bunga 2% dll kredit modal, pinjaman usaha dan pinjaman kredit buruk bekerja, Memulai. Kami membiayai proyek di tangan dan perusahaan Anda / mitra dan saya juga ingin menawarkan pinjaman pribadi untuk klien mereka. hubungi kami melalui e-mail untuk informasi lebih lanjut: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut