Sesame Street Elmo

Jumat, 22 Januari 2016

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN AIR TERJUN SRI GETHUK



BAB I
PERMASALAHAN YANG ADA DI AIR TERJUN SRI SRI GETHUK
Kesan yang pertama muncul di benak banyak orang yang mengetahui informasi tentang atau pernah menginjakkan kaki di wilayah Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah gersang dan tandus. Kesan ini tidak sepenuhnya keliru, mengingat memang wilayah ini adalah daerah perbukitan batu kapur dan dimana-mana di setiap sudut dan bagiannya Anda akan menemukan begitu banyak daerah koral dan karang. Secara topografi, Gunung Kidul adalah daerah berbatu sehingga salah satu permasalahan yang sering timbul di daerah ini adalah permasalahan persediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari warga. Namun lambat laun, masalah ruwetnya air bersih mulai terpecahkan berkat beberapa kebijakan pemerintah yang terus mengupayakan kelayakan persediaan air bersih bagi penduduk.
            Wilayah yang tampak berbatu-batu tersebut sebenarnya adalah wilayah yang sangat kaya sumber air. Anda mungkin tidak percaya bahwa di bawah permukaan tanah yang berbatu karang terdapat begitu banyak sungai bawah tanah yang tidak pernah kering di sepanjang tahun. Anda bisa membuktikannya dengan mengunjungi tempat-tempat wisata yang menarik di sana, dan Anda pasti akan terheran-heran bahwa dari dalam bebatuan yang memenuhi hampir seluruh permukaan wilayah tersebut, mengalir air yang bening dan menyejukkan.
Wilayah yang di permukaan tampak gersang ini, kini tampak berubah hijau. Pepohonan jati dan pohon-pohon lain yang ditanami warga telah menciptakan pemandangan hijau di mana-mana. Beberapa tahun terakhir, wilayah Gunung Kidul telah berkembang menjadi salah satu tujuan wisata utama di Yogyakarta. Daerah ini memiliki rangkaian pantai-pantai yang sangat indah, goa-goa alam dengan stalagtit dan stalagmit yang indah serta sungai yang mengalir dan juga makanan khasnya. Salah satu yang saat ini menarik banyak wisatawan adalah Air Terjun Sri Gethuk dan Kali Oyo. Melihat sungai Oyo ini, semua wisatawan yang datang pasti akan t sangat terkesan bahwa di antara perbukitan batu kapur mengalir sebuah sungai yang cukup besar dan dalam, yang airnya bersumber dari dalam bebatuan di hulunya. Luar biasa dan menyegarkan menyaksikan air yang tampak bening mengalir tenang tanpa riak.
Gunung Kidul memiliki puluhan pantai indah nan eksotis di pesisir selatan. Selain itu, terdapat potensi wisata alam, seperti Gunung Nglanggeran, Telaga Suling, Lembah Karst Mulo, air terjun Sri Gethuk, serta ada sekitar 700 gua. Salah satu gua yang terkenal yakni Gua Pindul di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo.

Untuk menggarap potensi besar itu, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul terus berbenah dengan melakukan perbaikan infrastruktur dan terus berupaya menarik investor.

Apa kendala utama pembangunan di Gunung Kidul?

Gunung Kidul itu merupakan wilayah dengan kondisi geografis serta sosial ekonomi yang spesifik dan unik. Ini membutuhkan usaha keras dan sekaligus menjadi tantangan. Kendala utamanya, tentunya infrastuktur.


Bagaimana menyikapi hal itu?

Gunung Kidul dikenal sebagai daerah yang rawan kekeringan saat musim kemarau. Padahal, kita ini memiliki potensi air yang sangat luar biasa dan melimpah. Ada sekitar 100 sungai bawah tanah di Gunung Kidul dan itu menjadi potensi besar untuk sumber air.
Sayangnya, itu belum bisa kita garap sebagai salah satu sumber air untuk masyarakat. Apabila sungai bawah tanah itu bisa kita ambil airnya lalu kita salurkan ke masyarakat baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun pertanian, saya yakin persoalan kekeringan dan segala macam yang mengikutinya bakal terselesaikan. Apalagi, mata pencaharian utama penduduk merupakan petani.

Apa yang menghambat pengolahan air bawah tanah tersebut?


Masalah utamanya kita minim dana. APBD Gunung Kidul saat ini hanya 1,2 triliun rupiah. Dari angka sebesar itu, 720 miliar rupiah sudah habis untuk belanja pegawai, seperti gaji. Ini yang menjadi masalah utama bagi pengembangan infrastruktur, di samping kendala lain seperti teknologi. APBD Gunung Kidul, merupakan yang terkecil dibandingkan dengan wilayah lain di DIY. Bisa Anda bayangkan, dengan sisa anggaran sebesar itu, apa yang bisa dilakukan?

Adakah terobosan untuk mengatasi persoalan tersebut?

Terobosan yang terus kita lakukan yakni dengan mengolah berbagai potensi yang kita miliki, terutama potensi pariwisata. Potensi pariwisata kita itu sangat besar karena laut kita selebar 72 km, puluhan pantai yang masih asri, ada sekitar 700 gua. Belum lagi wisata alam lainnya.
Kemudian peninggalan bersejarah dan desa wisata. Ini yang harus kita gali, kita garap, kita kembangkan, kita coba untuk menarik investor, dan kemudian baru kita pasarkan. Saya yakin, dengan kita manage sedemikian rupa, kita (Gunung Kidul) akan mengeruk keuntungan melimpah.

Saat ini saja, dari sektor pariwisata sudah menyumbang 120 miliar rupiah untuk PAD (pendapatan asli daerah). Nilai ini sudah luar biasa karena di tahun sebelumnya sumbangan PAD dari pariwisata hanya 30 miliar rupiah. Ini belum maksimal. Oleh karena itu, kita butuh investor untuk mengembangkannya, di samping penyebaran informasi akan potensi wisata di Gunung Kidul.
Saat ini kunjungan wisata masih didominasi oleh wisatawan domestik. Dengan pemasaran yang baik disertai informasi dan sarana pendukung berupa infrastruktur yang memadai, kita mengharapkan pariwisata di Gunung Kidul terus menggeliat, wisatawan asing akan semakin banyak yang datang.
Dampak dari banyaknya pengunjung di objek wisata Sri Getuk, Bleberan, Playen salah satunya adalah omzet yang naik. Namun hal itu tidak begitu dirasakan oleh padukuhan di sekitar objek wisata tersebut.
Seperti contoh Padukuhan Sawahan I. Dukuh Sawahan I, Sudadi, mengatakan ia melihat dengan jelas pengunjung membludak di objek wisata tersebut saat liburan Natal dan Tahun Baru 2014 kemarin, akan tetapi untuk kontribusi ke padukuhan-padukuhan masih sangat minim. Pada akhir tahun 2012 Padukuhan Srikoyo I hanya mendapatkan Rp 3 juta untuk pembangunan atau pengembangan daerah wisata di setiap padukuhan di Desa Bleberan.
"Saya hanya mengusulkan untuk pembenahan administrasinya. Tahun 2012 kita dapat bantuan 3 juta rupiah, tapi masak dengan pengunjung sekian, omzet sekian per padukuhannya hanya diberi 3 juta rupiah ? Belum yang tahun 2013 kemarin, saya tahu pengunjung berlipat jumlahnya, mestinya segera direkap dan transparan pengelolaannya. Kalau sekarang tetap hanya 3 juta rupiah, itu tidak cukup untuk pembangunan atau untuk pengembangan daerah wisata di sini. Selain itu, kalau bisa warga atau karang taruna disini atau di padukuhan lain diberi kesempatan untuk ikut bekerja disana," kata Sudadi, Jumat (10/01/2014).
Hal ini ditanggapi positif oleh ketua pengelola objek wisata Sri Getuk, Tri Harjono. Menurutnya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari objek wisata Sri Getuk tahun 2012 ada Rp 64 juta dan masuk BUMdes. Selanjutnya SHU di tahun 2012  juga dibagikan untuk 11 padukuhan di Desa Bleberan, masing-masing memang hanya Rp 3 juta untuk pengembangan potensi wisata di setiap padukuhan. Kemudian bantuan alat kesenian untuk 5 padukuhan yaitu Ngrancang, Menggoran I, Menggoran II, Srikoyo dan Sawahan II.
Belum lagi bantuan pelaksanaan rasulan dibeberapa padukuhan.  bagaimanapun untuk meratakan semua padukuhan. Baru itu yang mampu kita berikan. Selain masalah keuangan, pihaknya juga sebenarnya ingin melibatkan pemuda atau karangtaruna Desa Bleberan. Tapi kalau seluruhnya tidak akan bisa. Intinya kondisi saat ini belum memungkinkan untuk menyerap seluruh warga atau karang taruna agar bisa terlibat di objek wisata ini ini menurut pengelolannya .
Tri Harjono berharap, setiap padukuhan lebih kreatif dalam mengembangkan potensi apa yang ada di padukuhannya masing-masing. Tidak hanya sektor wisata, namun bisa budaya, oleh-oleh dan sebagainya. "Malah di sepanjang Sungai Tanjung tepatnya juga di Padukuhan Tanjung, Bleberan bisa dimanfaatkan untuk wisata juga. Sekarang sudah mulai dilakukan pengadaan gethek. Maksud nya agar bisa seperti Sri Gethuk itu, sehingga bisa member lapangan kerja yang lebih luas seperti itu .
Terkait tata letak warung makan di objek wisata air terjun Sri Getuk yang tidak teratur, Tri Harjono mengaku akan menerapkan konsep penataan yang baru. Harapannya bisa meningkatkan pendapatan pedagang melalui tata ruang dan letak yang benar.
Pihak pengelola sudah membicarakan dengan paguyuban pedagang masalah tata letak warung makan dan sudah kita konsep. Jadi nanti untuk warung yang tadinya dibawah kita letakkan diatas supaya pengunjung lebih mudah mengakses, baik itu warung makan maupun cinderamata. Sampai saat ini warung makan besar berjumlah 8 dan warung kecil hingga 16 buah.
Ia mengaku kesulitan dalam mengkonsep tata letak penempatan warung. Namun dia berencana akan segera menerapkan konsep yang sudah jadi itu pada bulan Januari 2014 ini.
Bulan ini mulai mereka terapkan konsep tata letak warung makan dan cindera mata tersebut. Untuk peletakannya mereka gunakan sistem undian. Di bawah juga tetap digunakan, namun khusus untuk tempat istirahat dan makan pengunjung saja.


Permasalahan :
1.      Dampak ekonomi belum berkontribusi langsung ke masyarakat desa sekitar
Di Desa Bleberan, salah satu desa di Gunung Kidul, dekat air terjun Sri Gethuk, justru air berlimpah. Masyarakat daerah itu tidak perlu menadah hujan lagi. Kontras sekali dengan daerah-daerah sekelilingnya. Bagaikan oase di tengah padang pasir.
Sepantasnya Gunung Kidul adalah pusat sumber air (gunung gitu loh). Tapi sepertinya permukaan tanah di sana terlalu keras atau terlalu mahal untuk digali. Kebetulan di desa Bleberan itu aliran air dalam tanahnya mencuat ke luar. Mungkin karena itu diberi nama “bleber”, airnya sampai bleber-bleber.
Beruntung. Beruntung sekali Indonesia pada umumnya punya air tanah yang berlimpah.
Sebenarnya pengelolaan di Air Terjun hanya di pegang oleh perangkat desa saja sehingga masih banyak kekurangnnya dan bahkan dampaknya tidak merata .
Idealnya pariwisata adalah suatu kegiatan yang bisa mendongkrak kehidupan perekonomian masyarakat sekitar jika dijalankan. Contohnya seperti membuka warung makan, tempat pemancingan, lahan parkir, menjual berbagai pernak pernik yang khas di daerah tersebut. Ini juga diterapkan di Objek Wisata Air Terjun Sri Gethuk yang menonjolkan wisata alammnya. Sehingga dengan adanya hal tersebut berdampak positif yang berguna meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Memberikan penghasilan atau pendapatan bagi masyarakat sekitar adalah prinsip ekowisata yang harus diperhatikan, hal ini dilakukan karena obyek atau potensi wisata tersebut dimiliki oleh seluruh warga masyarakat sekitar sehingga yang harus mendapatkan keuntungan atau pendapatan adalah masyarakat itu sendiri. Tetapi di Kawasan Air Terjun Sri Gethuk ini masyarakat belum 100% merasakan atau mendapatkan keuntungan dengan keberadaan obyek wisata ini.

2.      Kurangnya penyerapan tenaga kerja dari masyarakat dalam kegiatan pariwisata
Potensi yang dimilki oleh air terjun sri gethuk tentunya akan sangat berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja di desa setempat maupun desa sekitar kawasan sekitar tersebut . Tapi pada kenyataanya hanya beberapa orang tertentu  saja yang dapat mengelolanya dan menjadi tenaga kerja  terjadi kesenjangan social antar warga dimana yang dianggap tidak mampu tidak masuk menjadi tenaga kerja , pada dasranya warga disini hanya kurang informasi tentang kegiatan pariwisata perlu adanya pelatihan-pelatihan rutin dan seminar-seminar pengetahuan tentang sadar wisata dan pariwisata berkelanjutan bisa dari lemabaga pemerintah , lembaga pendidikan pariwisata atau mahasiswa pariwisata yang sedang melakukan studi lapangan atau bisa juga dari investor . Dengan demikian penyerapan tenaga kerja akan merata dan akan secara maksimal masyarakat akan merasakan dampak positif terbangunnya kawasan wisata di desa mereka sehingga mereka tidak harus jauh-jauh pergi ke kota-kota besar untuk bekerja namun mereka bisa bekerja di desa mereka dekat dengan keluarga mereka dan bisa termotivasi untuk terus berinovasi dalam pengembangan kawasan wisata tersebut .

3.      Masih kurangnya fasilitas yang tersedia
Air terjun Sri gethuk adalah kawasan wisata yang belum lama diresmikan . Sebelumnya masyarakat sekitar tidak mngetahui adanya potensi wisata tersebut mereka cenderung hanya memanfaatkan aliran air sungai untuk mengairi area persawahan mereka dan untuk kebutuhan sehari-hari atau rumah tangga . Fasilitas yang ada disini masih kurang . Kamar mandi yang dibuat seadanya dari hasil gotong royong masyarakat dalam pembangunnya jadi masih terlihat kotor . Pemerintah juga kurang memperhatikan tentang fasilitas-fasilitas seperti ini jadi hanya dibangun apa adanya tanpa ada pembenahan . Fasilitas sarana dan prasarana di kawasan ini memang belum memadai terlebih sarana jalan yang masih berbatu dan naik turun. Jika tidak ingin jalan kaki, di daerah dekat Goa Rancang disediakan angkutan yang akan membawa Anda ke wisata Air Terjun Slempret, namun kendaraan roda empat ini hanya ada setiap hari minggu saja. Sementara untuk bisa sampai ke lokasi air terjun, Anda bisa menyewa perahu gethek atau perahu tradisional dari bambu yang sudah dilengkapi dengan kincir air. Per orang dikenakan biaya Rp 10.000,00 pulang pergi. Untuk perahu karet memang tersedia dan baru ada satu unit milik Tim SAR yang sewaktu-waktu digunakan dalam kondisi yang urgent ataupun emergency.
Fasilitas pendukung di kawasan wisata air terjun ini pun baru hanya ada perahu gethek yang dibuat secara swadaya oleh masyarakat yang menghabiskan dana Rp 6,5 Juta. Harapannya kawasan wisata air terjun ini bisa menjadi obyek wisata unggulan kabupaten Gunungkidul dan semua komponen dapat membantu untuk mempromosikan potensi wisata ini.

4.      Belum berkembangnya kegiatan/ usaha ikutan pariwisata di sekitar desa sebagai imbas perkembangan daya tarik
Kegiatan usaha di air terjun sri gethuk ini sangatlah masih kurang . Masyarakat sekitar memang sudah membuat bangunan-banguanan semi permanen untuk menjual makanan atau minuman tetapi hanya sebatas itu padahal jika bisa lenih dilihat lebih lanjut masyarakat setempat khususnya pari ibu-ibu bisa membuat makanan khas dan membuat pusat oleh-oleh di sekitar kawasan wisata mengingat belum banyaknya masyarakat yang membangunan pusat oleh-oleh dikawasan tersebut ini akan menjadi imbas positif adanya perkembangan wisata .  Perlu juga adanya pelatihan tata boga untuk masyarakat disini sehingga masyarakat akan lebih mandiri untuk mengembangkan usahanya .
5.      Belum maksimalnya perkembangan objek karena banyak sekali spot-spot yang menarik dan bisa menarik wisatawan untuk datang
Objek wisata air terjun sri gethuk sangat menyedot perhatian wisatawan terutama wisatwan domestic . Objek wisata alam ini sangatlah indah dengan pemandangan yang sangat memukau . Tapi masih banyak sekali spot-spot yangkurang dimaksimalkan . Semisalkan flying fox hanya dibuka saat weekend saja padahal jika dibuka setiap hari akan semakin menyedot perhatian wisatawan sehingga wisatawan yang datang pada saat hari biasa bisa ikut merasakannya . Sungainya juga bisa dijadikan area rafting namun masih jarang digunakan . Sebenarnya lebih baik dibuatkan paket-paket yang menarik khusus dihari biasa bisa sama dengan weekend .

6.      Akses jalan menuju tempat wisata tersebut masih sangat susah dan bahkan ada yang belum di aspal .
Kawasan wisata ini bisa dibilang masih asri dan masih sangat baru sekali , sehingga dalam akses menuju tempatnya sangatlah sulit karena masih dalam perbaikan jalan . Jalannya yang melewati hutan jati dan kayu putih , serta akan melewati rumah-rumah warga desa dan juga wisatawan akan menemukan jalan yang sama sekali belum diaspal hanya jalan bergelombang dan penuh dengan batu karst khas gunungkidul . Namun untuk sekarang ini pemerintah ikut turun tangan dalam memperbaiki akses menuju air terjunsri gethuk ini mengingat  kawasan ini sedikit banyak akan menyumbang pendapatan daerah pada sector pariwisata .
Sejumlah warga Desa Bleberan, Kecamatan Playen mengaku tidak merasakan dampak dari keramaian objek wisata air terjun Sri Gethuk sejak awal 2012 lalu itu. Mereka menilai pendapatan Sri Gethuk hanya dinikmati sekelompok orang. Kepala Dusun Sawahan Suhardi mengaku kecewa dengan pengelolaan Sri Gethuk. Warga di dusunnya tidak bisa ikut mengelola dengan alasan sudah terlalu banyak pemandu wisata. Lebih kecewa lagi karena ia tidak bisa mengakses informasi pendapatan Sri Gethuk.
Menurut Suhardi, di Bleberan ada 11 dusun tetapi yang mengelola hanya warga Dusun Menggoran Satu dan Menggoran Dua. Setiap dusun pernah diberikan uang Rp3 juta pada di pertengahan 2013 lalu. Bagi Suhardi, bukan persoalan uang tiga juta melainkan bagaimana pengelolaan Sri Gethuk bisa mengangkat semua warga di Bleberan
Harno, mengakui keramaian Sri Gethuk menimbulkan kecemburuan sosial di antara masyarakat. Diakui dia, tidak mungkin semua masyarakat Bleberan dilibatkan dalam pengelolaan karena sekarang terlalu banyak, ada sekitar 100 tenaga pengelola. Harno mengaku sudah sering melaporkan pendapatan dan pengeluaran ke BUMDes tetapi belum tertata rapi sehingga laporan tidak sampai kepada semua masyarakat. Menurut dia, pendapatan Sri Gethuk pada 2012 lalu sebesar Rp1 miliar lebih dan tahun lalu juga dikisaran Rp1 miliar.
Permasalah yang ada di air terjun sri gethuk ini masih sangat wajar mengingat objek wisata ala mini bisa dibilang masih baru , masih banyak yang perlu diperbaiki oleh pihak pengelolanya . Tidak hanya itu peran serta pemerintah , stakeholder , dan juga investor sangat berpengaruh disini demi perbaikian semua saran fasilitas baik juga pengetahuan masyarakatnya perlu untuk ditingkatkan .
  Permasalahn berikutnya terjadi kesenjangan social ketidakadilan yang dirasakan masyarakat desa yang tidak dilibatkan kedalam pengelolaan kawasan wisata ini . Ini tentunya sangat tidak baik seharusnya mereka atau seluruh warga diberi pengarahan dari pihak pemerintah diberi informasi-informasi

,    




BAB II
KEGIATAN YANG BISA DILAKUKAN DI AIR TERJUN SRI GETHUK
Terletak di antara ngarai Sungai Oya yang dikelilingi areal persawahan nan hijau, Air Terjun Sri Gethuk selalu mengalir tanpa mengenal musim. Gemuruhnya menjadi pemecah keheningan di bumi Gunungkidul yang terkenal kering.
Selain bisa menikmati pemandangan yang ada di objek ini, pengunjung bisa menikmati budaya yang ditawarkan Desa Bleberan seperti upacara kenduri rasulan, upacara kenduri nyadranan dan sebagainya
Wisatawan yang berkunjung bisa melakukan kegiatan seperti naik perahu sederhana yang dibuat oleh masyarakat berupa drum-drum besar dan kayu .Selama perjalanan menyusuri sungai Oya menuju air terjun, pengunjung disuguhi suasana teduh, nyaman, hening dan pemandangan batuan cadas berrelief di kanan kiri..
Air Terjun Sri Gethuk atau dengan nama lain Air Terjun Slempret memiliki keunikan tersendiri karena bercabang pada dua celah tebing dan muncul dari sela-sela tebing karst yang gersang. Air tejun ini memiliki ketinggian sekitar 80 meter dan berada tepat di tepi Sungai Oyo.  Ada tiga sumber mata air yang menyembur di sekitar air terjun Sri Gethuk, yaitu mata air Dung Poh, Ngandong dan Ngumbul. 
Salah satu prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah diterima secara ekologis atau kemajuan teknologi yang ada di sekitar objek tersebut. Ini terbukti pada transportasi di Objek Wisata Air Terjun Sri Gethuk yang sebelumnya menggunakan gethek dan sekarang rakit.  Dimana transportasi tersebut dikelola langsung oleh masyarakat lokal.
Sepuluh objek wisata (obwis) di Gunungkidul diakui menjadi kawasan Geopark Nasional Gunungsewu. Lokasinya meliputi Gunung Nglanggeran, Endapan Laut Miosen Awal Sambipitu, Goa Pindul, Kompleks Kali Suci, luweng Jomblang, Pantai Siung Wediombo, lembah kering purba Sadeng, Air terjun Bleberan, Goa Jlamprong dan Luweng Cokro.
Pengelolaan geopark, lanjut Agus, dimaksudkan memberikan manfaat bagi masyarakat. Salah satunya pengembangan kawasan wisata seperti di Gunung Nglanggeran dan Goa Pindul yang sudah dikelola masyarakat, sehingga mendatangkan kesejahteraan. Termasuk kawasan karst, bisa dikembangkan menjadi industri ukir batu yang memunculkan pendapatan bagi warga.
Dalam kawasan Air Terjun Sri Gethuk kelestarian kawasan sungguh diperhatikan, tetapi kawasan ini masih dalam pengembangan dan pembangunan sehingga terjadi pembukaan kawasan, tetapi nantinya kan di reboisasi kembali.
Salah satu prinsip dari Ekowisata adalah Atraksi / daya tarik dominan berbasis alam (nature-based). Sri Gethuk adalah kawasan berbasis alam sehingga masuk dalam kriteria kawasan EKOWISATA.
Environmentally educative adalah pembelajaran di lingkungan atau adanya nilai edukasi yang diberikan oleh kawasan wisata ini kepada para pengunjung.
Nilai edukasi yang diberikan oleh kawasan air terjun Sri Gethuk ini sangatlah banyak.
Wisatawan bisa belajar tentang pertanian di desa wisata , belajar fotografi karena spot air terjun adalah tempat yang paling sering digunakan fotografer untuk mengambil foto , dan juga bisa mempelajari tengtang kebudayaan-kebudayaan serta adat di desa wisata tersebut banyak sekali yang dapat menjadi nilai edukasi .
Kepuasan pelanggan atau Generates tourist satisfaction adalah hal yang penting dalam kegiatan ekowisata. Tourist atau pengunjung akan kembali ke obyek wisata atau mengajak kerabat untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut apabila merasakan kepuasan dalam kegiatan wisatanya di obyek wisata tersebut atau bisanya kita sebut dengan repeater .
Air Terjun Sri Gethuk dan Goa Rancang Kencana adalah obyek wisata alam yang terletak di Padukuhan Menggoran, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Gunungkidul. Goa Rancang Kencana dan Air Terjun Sri Gethuk terletak disatu kawasan yang berjarak 750 m, dengan perjalanan menuju air terjun sri gethuk bisa di tempuh dengan kendaraan ataupun tracking(jalan kaki) menyusuri area persawahan. air terjun tersebut berasal dari 3 sumber mata air yang jernih mengalir disepanjang tahun, mata air yang mengalir dari ketiga sumber tersebut dengan rata-rata debit 30 – 60 liter/detik, sehingga dilokasi tersebut tidaklah seperti di daerah gunungkidul yang terkenal dengan daerah kering. air terjun sri gethuk di apit oleh tebing yang sangat tinggi dengan ketinggian sampai dengan 50 m dengan suasana alam yang sangat romantis.
Walaupun Objek ini masih terbilang baru di Kabupaten Gunungkidul sehingga infrastruktur pun masih terbatas, tetapi untuk mendukung kenyamanan wisatawan di objek wisata Air Terjun Sri Gethuk juga disediakan beberapa fasilitas yang cukup memadai seperti :
       Toilet
      Warung dan tempat peristirahatan
      Mushola
      Tempat Pemancingan
      Tempat parkir
      Cinderamata
 Isu-isu strategis juga menjadi bahasan diantaranya mengenai Gunungkidul sebagai geopark nasional yang belum lama ini disampaikan oleh Presiden RI kepad Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Usulan konsep Geopark saat ini menunggu persetujuan oleh UNESCO untuk diakui secara internasional. Rencananya april tahun ini akan dievaluasi akhir oleh pihak UNESCO untuk menentukan kelayakan ekowisata yang sedang dikembangkan di Gunungkidul. Hasil penilaian kriteria yang dibuat oleh UNESCO akan diumumkan sekitar November 2014. Sebanyak 11 Geosite yang diajukan antara lain Gunung Api Purba Nglanggeran, Endapan Laut Miosen Awal Sambipitu, Goa Pindul, Goa Kali Suci, Luweng Jomblang, Pantai Siung Wediombo, Lembah Purba Sadeng, Air Terjun Bleberan “Sri Gethuk”, Goa Jlamprong dan Luweng Cokro. Status Geopark apabila nantinya didapat maka akan semakin menarik investor berskala internasional untuk pembangunan Gunungkidul yang tetap berwawasan lingkungan dan budaya. “Konsep Geopark pegunungan karst ini juga akan melibatkan kerjasama berbagai pihak terutama warga masyarakat yang menjadi inisiator obyek wisata beserta komunitas penggiat lingkungan.
Eksotisme Grand Canyon di daerah utara Arizona, Amerika Serikat tentunya tak bisa disangkal lagi. Grand Canyon merupakan bentukan alam berupa jurang dan tebing terjal yang dihiasi oleh aliran Sungai Colorado. Nama Grand Canyon kemudian diplesetkan menjadi Green Canyon untuk menyebut obyek wisata di Jawa Barat yang hampir serupa, yakni aliran sungai yang membelah tebing-tebing tinggi. Gunungkidul sebagai daerah yang sering diasumsikan sebagai wilayah kering dan tandus ternyata juga menyimpan keindahan serupa, yakni hijaunya aliran sungai yang membelah ngarai dengan air terjun indah yang tak pernah berhenti mengalir di setiap musim. Air terjun tersebut dikenal dengan nama Air Terjun Sri Gethuk.
Kabupaten Gunung Kidul, dahulu sangat terkenal dan identik dengan kekeringan, hutan gundul, tanah tandus dan berbatu. Namun saat ini kesan itu mestinya sudah hilang ditelan semilir angin dan rimbunnya pohon pohon hutan di  rakyat yang menutupi berbagai tanah yang dahulunya kosong dan tandus. Pohon pohon seperti jati dan mahoni begitu mendominasi selain kelapa, rambutan, sengon, dan lain lain.
Di beberapa kecamatan terutama yang mempunyai pantai memang masih terasa aroma kering di musim kemarau. Namun jangan salah jika kita semua mengunjungi suatu tempat di Kecamatan Playen, desa Bleberan . Disitu ada suatu tempat yang sangat elok, berlimpah air, hamparan sawah yang sangat subur dan tentu yang sedang naik daun dan sangat terkenal sekarnag adalah  tempat yang bernama Air Terjun Sri Getuk. Air di seputar tempat ini sangat melimpah karena memang beberapa mata air muncul dari  dalam tanah dan beberapa alirannya masuk melalui tebing yang yang sangat tinggi masuk ke  dalam Sungai Oya, sungai yang tidak pernah kering dan mengalir  sepanjang musim. Air terjun itu terpecah menjadi tiga bagian yang meluncur sangat deras..itulah indahnya Air Terjun Sri Gethuk di Kecamatan Playen Gunung Kidul.
Jika kita ingin berekreasi ke Air Terjun Sri Gehtuk ini dari Yogyakarta kita akan menempuh jarak sekitar 45 km. Dari yogyakarta ke arah Gunungkidul kemudian naik tanjakan yang lumayan terjal di Piyungan dan bukit Pathuk Gunung Kidul. Terus kemudian akan melalui hutan negara di  Bunder terus sampai ketemu pertigaan traficlight di Gading kemudian belok kanan ke arah Playen.  Setelah sampai Playen belok kanan arah kecamatan Paliyan dan sekitar 2 km kita akan ketemu pertigaan dan belok kanan. Di pertigaan tersebut kita sudah akan melihat banyak petunjuk jalan yang akan membimbing kita secara mudah untuk dapat menjangkau air terjun Sri Gethuk. Dari pertigaan tadi kita masih  harus menuempuh perjalanan lagi sepanjang 7 km. Tinggal 7 km dan sudah lumayan dekat, tapi jangan salah karena jalan tersebut agak kurang baik dan cenderung rusak, jadi jalannya juga pelan pelan..memang sih saat itu beberapa bagian jalan sudah mulai diperbaiki dan aspal juga masih terasa baru. Namun rupaya masih lumayan panjang juga yang rusak jadi kita perlu musti hati hati. Satu setengah jam perjalanan kita sampai di lokasi.
Something to see ( sesuatu yang bisa dilihat)
Di objek wisata alam sri gethuk ini kita bisa melihat pemandangan yang indah area persawahan dan area perkebunan kayu putih dan kayu jati . Lingkungan yang masih asri dan masih sejuk menambah keindahan di tempat ini . Sungai yang masih bersih dan bebas sampah juga membuat wisatawan semakin hari semakin ingin berkunjung di kawasan ini . Selain itu yang tidak kalah indah yaitu Air Terjun Sri Gethuk yang diabawahnya terdapat batu-batuan yang menambah keindahan yang syang dilewatkan wisatawan untuk melihatnya .
Something to do ( sesuatu yang bisa dilakukan )
Di objek wisata alam Sri Gethuk ini kita bisa bermain air dibawah air terjun ini , yang dipercaya sebagai mitos bila mencuci muka disini akan awet muda ini karena pada zaman dahulu sering digunakan untuk bidadari mandi . Di Kawasan ini juga ada spot memancing , setelah wisatawan menikmati air terjun bisa dengan naik kapal , jalan kaki menyusuri sungai ataupun bermain flaying fox wisatawan juga bisa memancing di area ini karena terdapat area pemancingan disini yang dikelola oleh masyarakat local sendiri .
Something to see ( sesuatu yang bisa di beli )
Di kawasan objek wisata alam air terjun Sri Gethuk ini banyak sekali warung-warung yang rata-rata milik masyarakat local dengan menjajakan makanan ringan , makanan tradisional , gethuk khas kawasan ini , serta cinderamata khas dari objek wisata ala ini unuk sekedar dinikmati disini ataupun untuk buah tangan oleh-oleh teman , keluarga dan saudara .

Paket Wisata Desa Wisata Bleberan : 
HTM (Goa Rancang Kencono + Air Terjun Sri Getuk) : Rp. 5.000,00/orang
Naik Perahu : Rp. 10.000,00/orang (dewasa), Anak-anak Rp. 5.000 untuk anak-anak
Sewa Pelampung : Rp. 5.000,00/pcs

Asal muasal nama Sri Gethuk.
Air terjun Sri gethuk  terletak di Padukuhan Menggoran yang berdekatan dengan lokasi wisata Gua Rancang Kencono, dengan arah  dari Gua Rancang Kencono menuju ke arah Barat sejauh 750 meter. Air terjun Sri Gethuk juga dikenal dengan nama Air terjun Slempret karena lokasi air terjun tersebut bertempat di lokasi Blok Slempret. Slempret adalah jenis alat music yang dengan cara ditiup .
Menurut Pak Ngabdani Ketua Kelompok Tani yang mengelola wisata tersebut. Asal muasal nama Gethuk sebetulnya bukan makanan tradisional yang berasal dari singkong itu, tapi sebetulnya adalah Kethuk salah satu jenis perangkat gamelan jawa. Namun lidah kita lebih mudah menyebut Gethuk mengingat sebelumnya ada kata Sri, jadi hanyalah untuk memudahkan saja. Menurut beliau, pada jaman kakek-kakek buyutnya. Di seputar air terjun tersebut terdapat kerajaan lelembut yaitu semacam makhluk halus yang tentu tidak kasat mata. Pada hari dan saat saat tertentu konon di kerajaan tersebut sering spel atau latihan menabuh gamelan tersebut. Suara gamelan tersebut sangat nyaring di dengar oleh warga desa Bleberan. Suatu ketika ada sedikit keributan karena salah satu alat gamelannya hilang. Gamelan yang hilang itu namanya Kethuk. Maka terkenalah air terjun tersebut bernama Sri Kethuk..atau kemudian juga dan malah lebih dikenal dengan nama Sri Gethuk. Lokasi ini selanjutnya oleh pemerintah desa dikembangkan menjadi lokasi wisata dan dibuka sejak tahun 2007.
Setelah sampai dilokasi parkir, ada dua cara untuk mencapai lokasi air terjun. Pertama dengan berjalan kaki melintasi areal persawaan sekitar 1.5 km atau yang kedua menuruni anak tangga yang sudah lumayan disemen menuju dermaga di tepi Sungai Oya untuk naik secamam perahu Gethek yang sdah dimodifikasi menjadi  lebih modern. Drum drum dari plastik ditata sedemikian rupa dan beri alas papan untuk berdiri penumpang serta diberi pagar besi untuk pengaman. Perahu ini muat sekitar 7-8 penumpang dan berjalan digerakkan oleh mesin diesel kecil untuk memutar turbin. Penumpang dikenai biaya Rp.10.000, - pulang balik per orang untuk naik perahu ini. Perahupun berjalan pelan kita bisa sambil memotret  dan mencari obyek-obyek yang cocok yang sangat indah sepanjang perjalanan 5 menit ini. Pemandangan kiri dan kanan yang sangat indah tebing-tebing hijau yang masih asli dank has daerah pedesaan .
Terletak di Desa Wisata Bleberan, Air Terjun Sri Gethuk menjadi salah satu spot wisata yang sayang untuk dilewatkan. Untuk mencapai tempat ini Anda harus naik kendaraan melewati areal hutan kayu putih milik PERHUTANI dengan kondisi jalan yang bervariasi mulai dari aspal bagus hingga jalan makadam. Memasuki Dusun Menggoran, tanaman kayu putih berganti dengan ladang jati yang rapat. Sesampainya di areal pemancingan yang juga berfungsi sebagai tempat parkir, terdapat dua pilihan jalan untuk mencapai air terjun. Pilihan pertama yakni menyusuri jalan setapak dengan pemandangan sawah nan hijau berhiaskan nyiur kelapa, sedangkan pilihan kedua adalah naik melawan arus Sungai Oya. Tentu saja  memilih untuk naik rakit sederhana yang terbuat dari drum bekas dan papan sangat sederhana sekali tetapi juga sangat nyaman disana kita juga bisa menyewa plampung .
Sungai Oya terlihat begitu hijau dan tenang, menyatu dengan keheningan tebing-tebing karst yang berdiri dengan gagah di kanan kiri sungai. Suara rakit yang melaju melawan arus sungai menyibak keheningan pagi. Disana kita juga bisa menyewa seorang pemandu wisata agar kita juga tahu tentang Sri Gethuk , seorang pemandu menceritakan asal muasal nama Air Terjun Sri Gethuk. Berdasarkan cerita yang dipercayai masyarakat, air terjun tersebut merupakan tempat penyimpanan kethuk yang merupakan salah satu instrumen gamelan milik Jin Anggo Meduro. Oleh karena itu disebut dengan nama Air Terjun Sri Gethuk. Konon, pada saat-saat tertentu masyarakat Dukuh Menggoran masih sering mendengar suara gamelan mengalun dari arah air terjun.
Di samping itu, tempat tersebut adalah merupakan lokasi yang sangat subur karena didukung dengan 3 sumber mata air yang cukup besar, yaitu Sumber Mata Air Dong Poh, Ngandong, dan Ngumbul dengan rata–rata debit 30 sampai 60 l/dtk sehingga lokasi tersebut seperti di daerah Ngarai. Bahkan ketika di sana kita seperti berada di luar Gunungkidul, seakan-akan kita berada di Bali dengan Subaknya.
Menurut legenda nama Slempret sebenarnya adalah berasal dari kata Slompret yang merupakan alat musik tiup. Konon cerita bahwa lokasi tersebut adalah merupakan tempat atau pusatnya para jin atau makhluk halus yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata atau dapat di katakan bahwa tempat tersebut merupakan tempat yang sangat angker dengan nama pimpinan para jin tersebut adalah Jin Anggo Menduro.
Jin ini merupakan yang sangat menyukai dengan berbagai kesenian, hal tersebut dapat dibuktikan bahwa di tempat tersebut pada saat–saat tertentu akan terdengar suara atau dengan bahasa Jawa disebut pandulon yang suara tersebut kalau di dengarkan di lokasi Padukuhan Menggoran dan sekitarnya suara tersebut berasal dari lokasi air terjun. Tapi, kalau didekati suara itu akan hilang, suara tersebut adalah suara dramben dengan suara yang sangat dominan adalah suara slompret maka tempat tersebut di kenal sebagai sebutan Slompret atau kemudian di sebut Slempret maka yang terkenal sampai dengan saat ini lokasi tersebut dengan Air terjun Slempret karena air tersebut berada di lokasi daerah Slempret. Namun, sebenarnya air terjun tersebut bernama Air Tejun Sri Gethuk
Seperti pada cerita awal bahwa tempat tersebut merupakan pusatnya par para jin yang di dalamnya sebagi pimpnannya adalah Jin Angga Manduro, jin yang sangat suka dengan segala kesenian yang di antaranya adalah dramben dan juga gamelan. Di saat tertentu tempat ini juga sering terdengar sura gamelan atau suara kerawitan tapi jika di dekati suara ini juga tidak ada atau disebut hanya merupakan pandulon yang menyuarakan gamelan. Dalam cerita legenda Gamelan ini juga dapat dipinjam oleh manusia yang mempunyai kemampuan lebih dan juga dapat di manfaatkan untuk tabuan selayaknya gamelan biasa yang dapat kasat mata.
Dalam cerita legenda di lokasi wisata Slempret tersebut ada beberap tempat untuk menyimpan gamelan milik Anggo Menduro di antaranya lokasi Mergangsan dan juga Srikethuk. Mergangsan ini berada di sebelah bawah lokasi Sungai Oyo tempat tersebut disebut Mergangsan karena dipergunakan sebagai tempat menyimpan gongso atau gamelan. Dan, Sri Kethuk berada di lokasi air terjun tempat tersebut di sebut Sri kethuk karena dipergunakan oleh Jin Anggo Menduro sebagai tempat penyimpanan salah satu instrumen gamelan dengan nama Kethuk. Hingga kini nama tersebut menjadi Sri Gethuk.
Di samping itu, tempat tersebut adalah merupakan lokasi yang sangat subur karena didukung dengan 3 sumber mata air yang cukup besar, yaitu Sumber Mata Air Dong Poh, Ngandong, dan Ngumbul dengan rata–rata debit 30 sampai 60 l/dtk sehingga lokasi tersebut seperti di daerah Ngarai. Bahkan ketika di sana kita seperti berada di luar Gunungkidul, seakan-akan kita berada di Bali dengan Subaknya.
Menurut legenda nama Slempret sebenarnya adalah berasal dari kata Slompret yang merupakan alat musik tiup. Konon cerita bahwa lokasi tersebut adalah merupakan tempat atau pusatnya para jin atau makhluk halus yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata atau dapat di katakan bahwa tempat tersebut merupakan tempat yang sangat angker dengan nama pimpinan para jin tersebut adalah Jin Anggo Menduro.
Jin ini merupakan yang sangat menyukai dengan berbagai kesenian, hal tersebut dapat dibuktikan bahwa di tempat tersebut pada saat–saat tertentu akan terdengar suara atau dengan bahasa Jawa disebut pandulon yang suara tersebut kalau di dengarkan di lokasi Padukuhan Menggoran dan sekitarnya suara tersebut berasal dari lokasi air terjun. Tapi, kalau didekati suara itu akan hilang, suara tersebut adalah suara dramben dengan suara yang sangat dominan adalah suara slompret maka tempat tersebut di kenal sebagai sebutan Slompret atau kemudian di sebut Slempret maka yang terkenal sampai dengan saat ini lokasi tersebut dengan Air terjun Slempret karena air tersebut berada di lokasi daerah Slempret. Namun, sebenarnya air terjun tersebut bernama Air Tejun Sri Gethuk
Seperti pada cerita awal bahwa tempat tersebut merupakan pusatnya para jin yang di dalamnya sebagi pimpnannya adalah Jin Angga Manduro, jin yang sangat suka dengan segala kesenian yang di antaranya adalah dramben dan juga gamelan. Di saat tertentu tempat ini juga sering terdengar sura gamelan atau suara kerawitan tapi jika di dekati suara ini juga tidak ada atau disebut hanya merupakan pandulon yang menyuarakan gamelan. Dalam cerita legenda Gamelan ini juga dapat dipinjam oleh manusia yang mempunyai kemampuan lebih dan juga dapat di manfaatkan untuk tabuan selayaknya gamelan biasa yang dapat kasat mata.
Dalam cerita legenda di lokasi wisata Slempret tersebut ada beberap tempat untuk menyimpan gamelan milik Anggo Menduro di antaranya lokasi Mergangsan dan juga Srikethuk. Mergangsan ini berada di sebelah bawah lokasi Sungai Oyo tempat tersebut disebut Mergangsan karena dipergunakan sebagai tempat menyimpan gongso atau gamelan. Dan, Sri Kethuk berada di lokasi air terjun tempat tersebut di sebut Sri kethuk karena dipergunakan oleh Jin Anggo Menduro sebagai tempat penyimpanan salah satu instrumen gamelan dengan nama Kethuk. Hingga kini nama tersebut menjadi Sri Gethuk
Wisata Umum adalah wisatawan yang datang setiap saat tanpa melihat agenda wisata yang ada. Wisatawan datang bisa menikmati dua obyek wisata sekaligus yaitu Goa Rancang Kencana dan Air Terjun Sri Gethuk dengan fasilitas Welcome Drink, makan, pemandu, jasaraharja.
  • PAKET WISATA + OUTBOND
Paket Wisata + Outbond Yaitu wisatawan akan di pandu di lokasi outbond Goa Rancang + Air Terjun Sri Gethuk dengan berbagai permainan yang akan membuat wisatawan puas. Paket ini dengan fasilitas welcome drink, snack, kelapa muda, makan, peralatan-peralatan game, pemandu, jasaraharja.
  • CAMPING GROUND
Area Goarancang Kencana selain menjadi obyek wisata juga merupakan bumi perkemahan yang sejuk, nyaman dan aman dengan fasilitas air, listrik, MCK serta tempat ibadah. Paket Camping meliputi beberapa pilihan yaitu Camping Ground 2 hari 1 malam, Camping Ground 2 hari 2 malam, 3 hari 2 malam juga kami menyediakan camping family 1 hari 1 malam.
  • PAKET TRAIL & FUNBIKE
Paket Trail & Funbike adalah wisata yang menyusuri dan berpetualang mengelilingi desa wisata kami dengan trail atau dengan sepeda gunung bersama pemandu dengan track yang menantang namun menyenangkan. seluruh peserta akan start dari area sri gethuk dan finish di sri gethuk juga.
  • HOMESTAY
Paket wisata homestay ini adalah paket wisata untuk wisatawan yang ingin menikmati desa wisata kami sesuai waktu yang diinginkan. Kami telah menyiapkan beberapa rumah penduduk sebagai tempat menginapnya dengan jumlah sesuai permintaan, dengan fasilitas rumah yang bersih nyaman, dan alami.
Selama ini kita mengenal kawasan Gunung Kidul yang meliputi 65% wilayah Yogyakarta sebagai kawasan perbukitan kapur (karst ) yang dikenal dengan nama karst Gunung Sewu.
Gunung kidul merupakan daerah tandus dan selalu menderita kekurangan air pada musim kemarau akibat kondisi geomorfologinya sebagai kawasan karst.
Namun, yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat, bahwa meskipun minim mata air dan sungai permukaan, ternyata di bawah tanah gunung kidul merupakan tandon air raksasa.
Selain itu tandon air raksasa tersebut, ternyata juga memiliki sistem sungai bawah tanah yang mampu mengalirkan air sebanyak 40 – 200 liter/detik.
Kepala Bappeda Gunung Kidul menerangkan, “…Ketersediaan air di Gunung Kidul yang ada di bawah tanah itu, lebih dari cukup. Bahkan, kalau memiliki teknologi dan modal yang memadai, Gunung Kidul mampu memasok kebutuhan air Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah,”
Berdasarkan data ASC (acintyacunyata Speleological Club), karst Gunung Sewu memiliki sekitar 243 gua bawah tanah yang telah terpetakan. Dan 10% di antaranya memiliki potensi air. Dari penelitian lanjutan diasumsikan setiap debit air 1 liter per detik mampu memenuhi kebutuhan sekitar 1000 jiwa.
Kini, kabupaten gunung kidul sedang menganggarkan dana sekitar 10 – 15 miliar rupiah, untuk melakukan pemetaan lokasi sungai bawah tanah. Sumber air yang sedang dalam proses pengembangan ini, yakni Gua Sri Gethuk, Gua Pindul, Seropan, dan Gua Bribin.
Proyek eksploitasi sungai gua Bribin berada di kecamatan Semanu, Gunung kidul. Proyek ini menjadi proyek penggalian sungai bawah tanah pertama di dunia. Air yang disedot dari dalam gua dialirkan ke bak penampung utama setingi 2,5 m, kemudian dialirkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk setempat.
Teknologi pengangkatan air di gua Bribin akan diadopsi untuk menanggulangi krisis air di wilayah karst lain yang meliputi 15,4 juta Ha di Indonesia.
Namun kegiatan bermotif ekonomi pada sistem ini harus dilakukan dengan penuh kehatihatian serta dibatasi peruntukannya, kesadaran masyarakat pun perlu dibangun untuk membantu meningkatkan kualitas penyimpanan air di wilayah karst tersebut dengan reboisasi dan mengurangi aktivitas penambangan batu gamping.

Goa Rancang Kencono Merupakan Sebuah Goa Bersejarah yang berada tak jauh dari Air Terjun Sri Gethuk, Goa Rancang Kencono pernah digunakan oleh para wali dalam berkumpul, mendiskusikan strategi penyebaran Agama Islam di pulau jawa, dari tempat ini lah muncul ide ide emas / kencono, yang kemudian menjadi sebuah nama “Goa Rancang Kencono”, Rancang yang berarti perencanaan dan kencono yang berarti emas.
secara kasat mata goa rancang kencono terdiri dari 3 ruangan, ruangan pertama yang disebut aula,ruang persembahan dan ruang petapa, diruang petapa ini terdapat pintu gaib yang disebut “gembok”, yang berarti kunci, orang yang melakukan semedi di ruang petapa saat dikabulkan hajatnya maka pintu gembok ini akan terbuka dan akan membentuk lorong yang tembus ke lereng merapi.
Di dalam Goa Rancang Kencana terdapat sebuah pohon besar yang bernama pohon “klumpit”, pohon ini telah berumur lebih dari 300 tahun, konon ceritanya pohon klumpit ini merupakan sebuah tongkat wali yang ditancapkan dan tumbuh menjadi pohon yang besar.
Goa Rancang Kencono merupakan tempat yang sangat asik untuk acara kumpul2, rapat di outdoor, untuk outbond, dan untuk bumi perkemahan., dengan fasilitas listrik, air, dan mck.

Tidak jauh dari Air Terjun Srigethuk juga bisa dikunjungi Goa Song Oyo yang merupakan goa basah yang terbentuk secara alami oleh alam, memiliki beberapa tembusan dengan goa dilem, goa trinting dan goa pucung. di dalam goa song oyo hidup beberapa spesies hewan, jangkrik goa yang memiliki ukuran badan lebih besar, dan antena kepala yang lebih panjang dari jangkrik biasa, laba laba goa,ikan sidat,lele dan beberapa spesies hewan goa lainya. goa song oyo masih sangat alami,belum banyak perubahan yang kami lakukan demi menjaga kealamian goa. keindahan stalaktitnya dan suasana song oyodidalam lorong bawah tanah memberikan kesan tersendiri dalam mengisi liburan anda. Goa song oyo hanya di buka saat musim kemarau.
Perbukitan karst yang terbentang disepanjang daerah administrasi  gunungkidul memberi warna tersendiri terhadap sistem tata kelola kehidupan agraris di daerah tersebut. Topografi yang berbukit-bukit dan Lapukan batuan karbonat yang menyusun sebagian besar permukaan tanah pada daerah eksokarst serta aliran air yang sebagian besar hanya terdapat di bawah tanah (Air Bawah Tanah) membuat pemandangan perbukitan bentang alam yang tandus dan kering menjadi hal yang lumrah di kawasan karst gunungkidul. Akan tetapi, dibalik panorama kekeringan itu, perbukitan karst di gunungkidul menyimpan sejuta potensi ekowisata yang apabila dikelola dengan baik, tentu saja akan menjadi motor penggerak roda perekonomian kawasan karst gunungkidul.

Desa Wisata Bleberan, yang  terletak di kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul, merupakan salah satu wujud keseriusan pemerintah dalam mengelola potensi sumber daya alam yang terdapat di kawasan karst pegunungan sewu yang unik dan termasyur hingga ke seluruh dunia. Melalui pengembangan desa wisata, desa bleberan mampu sejajar dengan desa-desa lain dengan kondisi geografis yang lebih potensial untuk bercocok tanam. Sehingga tak heran jika desa wisata bleberan menjadi salah satu tujuan wisata utama para turis lokal maupun mancanegara dengan bentang alamnya berupa gua-gua dan aliran sungai yang panoramik.  

GUA RANCANG KENCONO
Memasuki Desa Bleberan, pengunjung disuguhkan wisata gua yang menjadi ciri khas kawasan karst. Gua "Rancang Kencono" merupakan gua yang terbentuk secara alami ribuan tahun yang lalu melaului proses pelarutan dan diperbesar oleh proses erosi atau abrasi yang mengikuti suatu jaringan retakan pada batuan gamping disekitarnya secara kontinyu. Gua ini selain memberikan pengalaman seru bagi para pengunjungnya dengan hiasan stalaktit pada langit-langit gua, juga mempunyai nilai historis yang tinggi karena pernah menjadi tempat perencanaan strategi perang melawan penjajah belanda oleh laskar mataram pada masa pra-kemerdekaan. Sehingga nama gua "Rancang Kencono" yang dalam bahasa indonesia berarti "Rencana Emas" merupakan nama yang tepat untuk gua purba ini.
AIR TERJUN SRI GETHUK

Berjalan sekitar sepuluh menit dari lokasi gua menggunakan sepeda motor, dan dengan menyusuri jalanan yang sedikit rusak, riak-riak air dari sungai oyo mulai terdengar seakan memanggil setiap pengunjung untuk ikut menikmati sejuknya daerah aliran sungai yang menjadi salah satu  spot pilihan olahraga arung jeram ini. Transportasi berupa rakit yang digerakkan menggunakan motor mesin membawa pengunjung menyusuri sungai menuju ke salah satu diantara banyaknya tujuan wisata di bentang alam karst gunung kidul. 
Inilah bukti bahwa yang Maha Kuasa selalu adil dalam memberikan nikmat dan rizki kepada manusia. Bumi yang diciptakanNya dalam kesempurnaan, mengandung sejuta potensi yang menunggu untuk dikelola oleh manusia secara bijak. Bentang Alam Karst yang dikenal sebagai daerah tandus dan kurang subur pun ternyata dapat bernilai ekonomis melalui kegiatan pertambangan kapur yang memperhatikan dampak ekosistem, pertanian tanaman keras dan musiman dengan metode terasering, serta pengembangan sektor wisata alam yang tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga menjaga keseimbangan alam guna melestarikan bumi sebagai sumber daya agraria yang patut untuk disyukuri.

Pada daerah ini masih kelihatan sangat alami dan masih rawan terjadi kecelakaan maka perlu di buat suatu batas air terjunnya supaya pengunjung mengetahui zona bahayanya. Selain itu juga pada sungainya juga perlu di buat pos penjagaan agar bila ada pengunjung yang berenang di daerah tersebut lebih merasa nyaman karena sudah ada penjaga bila terjadi kecelakaan. Selain itu pada area ini juga perlu di tambah area bermain anak- anak seperti ayunan dll sedangkan untuk orang dewsa bisa di buat juga flying fox menuju air terjun, jadi pengunjung idak lagi jalan kaki untuk menuju lokasi air terjun tersebut.

Untuk menambah kenyamanan pengunjung juga harus disediakan tempat sampah di area air terjun terutama pada area yang dekat dengan warung- warung sehingga pengunjung yang beli sesuatu dari warung dapat langsung membuang sampahnya di tempat sampah terdekat.
Aksesbilitas
           Berjarak sekitar 750 m ke arah barat dari Dusun Menggoran atau 40 km dari kota Yogyakarta, dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau berkendara baik roda dua atau empat. Sayangnya untuk menuju kesana tidak ada angkutan umum tersedia.
               Bila berangkat dari Yogjakarta melewati jalan utama utama Yogyakarta-Wonosari dengan menempuh jarak sekitar 10 km.   Kondisi jalan ini sudah beraspal baik, hanya 2 km terakhir saja masih berupa jalan berbatu putih (bukan jalan beraspal).  Selain itu jalan ini cukup sempit hanya bisa dilalui oleh satu kendaraan saja. 
Kota yogyakarta –> Jalan wonosari –> Bukit Pathuk/bukit bintang –> Lapangan udara gading ke kanan (ke selatan) –> Kecamatan playen ke kanan (ke barat) +/- 7km ikuti jalan sampai ada petunjuk ke air terjun, kemudian belok ke kanan. Lokasinya sulit diakses tanpa memakai kendaraan pribadi, sebab angkutan umum tidak tersedia. Usai menyusuri jalan ini, awalnya sampai di Gua Rancang Kencana. Sedangkan untuk sampai ke air terjun Sri Gethuk, dari gua itu harus berjalan di jalan setapak yang tidak dapat dilalui kendaraan.

Fasilitas dan Akomodasi





           Fasilitas sarana dan prasarana di kawasan ini memang belum memadai terlebih sarana jalan yang masih berbatu dan naik turun. Untuk akses jalan menuju air terjun sri gethk juga harus diperbaiki karena jalan yang masih belum di aspal menyulitkan pengunjung untuk mencapai lokasi tersebut selain itu juga dengan jalan yang buruk membuat minat pengunjung berkurang karena jalan yang berbatu dan terjal sepanjang kurang lebih 3 km. Jalan tersebut perlu diperlebar agar mobil dapat berpapasan dengan nyaman selain itu juga di sekitar jalan juga perlu di buat taman di sekitar area air terjun agar daerah tersebut kelihatan segar walaupun terletak di daerah karst sedangkan sumber air sangat mudah didapat di sungai oya. Perlu juga ditambah toilet di dekat air terjun karena di situ hanya terdapat toilet untuk mengganti pakaian saja dan belum tersedianya tempat sampah membuat lokasi tersebut masih terdapat sampah walaupun volume sampah tidah terlalu banyak tetapi hal tersebut dapat menurunkan minat pengunjung, maka perlu di sediakan tempat sampah sitiap 50 m agar kebersihan lokasi tersebut tetap terjaga.

.






BAB III
FUNGSI ̸  PERAN ORGANISASI DI AIR TERJUN SRI GETHUK
Menurut keterangan salah seorang pemuda setempat yang mengelola air terjun ini, tebing di sebelah kanan (timur) masuk wilayah Gunungkidul dan tebing di sebelah kiri (barat) masuk wilayah Bantul. Pengelolaan air terjun ini sendiri belum ditangani pemerintah Kabupaten Gunungkidul, penduduk Desa Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul membentuk kelompok pengelola kawasan wisata ini. Pendapatan dari tiket masuk air terjun, parkir dan tiket perahu dikelola untuk biaya operasional dan sebagai pendapatan pengelola dan desa.
Meskipun begitu, pengelolaan aset wisata ini belum tergarap secara maksimal. Hal ini pun diakui oleh Manajer Desa Wisata Bleberan, Tri Harjono. Ia mengatakan potensi wisata air terjun di desa ini baru ditemukan sekitar tahun 2007 dan diresmikan sebagai objek wisata pada tahun 2009.
Peluang Ekonomi Desa Wisata
Desa wisata menyimpan potensi ekonomi yang berguna meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di desa tersebut. Tri mengatakan pada tahun 2012, pengunjung Desa Bleberan mencapai angka 120.000 orang per tahun dengan pendapatan sekitar Rp 1 miliar. Sejak diresmikan, sektor wisata ini menjadi salah satu unit bisnis di samping pengelolaan air dan usaha kecil menengah di bawah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) belum lagi kawasan wisata air terjun ini juga masuk dengan kawasan desa wisata .
Namun disisi lain, meningkatnya bidang pariwisata di Gunung Kidul juga berdampak buruk bagi sebagian masyarakat Gunung Kidul. Masyarakat Gunung Kidul sebagian terpecah belah akibatsengketa lahan pengembangan wisata di Gunung Kidul. Mereka satu sama lain saling berebutan untuk mendapatkan lahan yang selanjutnya akan dikembangkan untuk tempat wisata. Hal ini seperti yang terjadi pada sengketa lahan Goa Pindul. Mereka yang sudah sejak dulu mengelola wisata Goa Pindul tidak ingin menyerahkan tempat wisata yang sudah sangat familiar tersebut untuk diserahkan dan di kelola Pemerintah. Selain itu juga terjadi sengketa antar pengelola wisata, hal itu terjadi karena tempat wisata Goa Pindul di kelola oleh lebih dari satu pengelola dan antar pengelola tersebut mengklaim bahwa mereka adalah pengelola yang sah wisata Goa Pindul sehingga terjadi persengketaan antar pengelola. Kejadian tersebut membuat antusias wisatawan menjadi menurun karena mereka merasa tidak nyaman dengan kejadian tersebut sehingga lebih memilih objek wisata yang lain.
Selain masalah tersebut juga terdapat masalah tarif masuk ke objek wisata Gunung Kidul yang di rasa masyarakat kurang mampu masih terlalu mahal dan juga para pengelola wisata yang menjual makanan di tempat wisata dengan harga seenaknya. Hal tersebut sangat merugikan para wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut sehingga yang paling ditakutkan adalah wisatawan enggan lagi berkunjung di objek wisata Gunung Kidul, hal itu akan berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah. Menurut Bartono (2005: 155), wisatawan masih sering dijadikan objek bisnis, bukan subyek kegiatan wisata. Keluhan wisatawan ialah masalah tariff yang dipermahal dan harga yang dilipatgandakan. Turis masih dianggap sebagai objek bisnis yang bisa diperah uangnya, Pekerja pariwisata secara sadar atau tidak, lebih mengutamakan materi yang diperolehnya, daripada melakukan transaksi-transaksi etis. Kasus-kasus semacam ini apabila terus-menerus terjadi, lambat laun akan menurunkan citra pariwisata kita.
Dalam hal ini Pemerintah Daerah Gunung Kidul harus bertindak tegas dengan kejadian tersebut. Namun disisi lain perlu adanya partisipasi masyarakat dalam pengawasan pengelolaan wisata di Gunung Kidul, masyarakat dapat melapor kepada pihak yang terkait dalam hal ini Dinas Pariwisata bila ada penyalahgunaan atau pelanggaran dalam pengelolaan wisata di Gunung Kidul. Pihak terkait harus menerima dengan tangan terbuka bila ada laporan-laporan dalam pelanggaran pengelolaan wisata dan segera menindak lanjuti laporan tersebut, selanjutnya menindak tegas oknum-oknum yang bertindak sewenang-wenang dalam pengelolaan wisata. Sehingga hal itu diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan wisatawan untuk berkunjung kembali ke objek wisata di daerah Gunung Kidul. Mengingat Gunung Kidul memiliki prospek yang sangat bagus untuk pengembangan objek wisata pantai dan wisata alam. Gunung Kidul saat ini merupakan objek wisata andalan di Provinsi D.I. Yogyakarata. Pemerintah daerah harus membuat peraturan perundang-undangan yang tegas sehingga pariwisata di Gunung Kidul dapat di kelola dengan rapi dan tidak ada lagi persengketaan dalam tata kelola wisata. Maka dari itu perlu adanya partisipasi dari berbagai pihak dalam mengontrol dan mengembangkan pariwisata di Gunung Kidul sehingga wisatawan antusias untuk visit Gunung Kidul. Dalam hal ini masyarakat sangat dibutuhkan peranannya dalam pemasaran wisata di Gunung Kidul.


Potensi inilah yang direspon oleh Bank Central Asia (BCA). Sebagai wujud kepedulian perusahaan, BCA melakukan kerja sama dengan warga Desa Bleberan untuk mengembangkan industri pariwisata di desa tersebut. Menurut Inge Setyawati, Corporate Secretary BCA, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi program Corporate Social Responsibility (CSR) BCA di samping sektor pendidikan dan kesehatan.
Responsible Marketing adalah proses perencanaan, pengelolaan dan evaluasi kegiatan pemasaran serta bauran pemasaran (4P) , yang memperhatikan dan mempertimbangkan aspek lingkungan, pemberdayaan masyarakat, terpenuhinya hak-hak wisatawan, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab wisatawan selama berwisata.
Segmentasi Wisatawan
A Segmentasi Demografi Dan Sosio-ekonomi
            Dilihat dari segmen demografi yaitu kategori wisatwan yg berkunjuung berdasarkan umur, pendidikan juga ada karena pada objek Air Terjun Sri Gethuk ini terdapat aktivitas (something to do) seperti camping, outbound dg segmen PAUD, SD, SMP, SMA
B         Segmentasi Psikografik
            Hampir semua wisatawan yang datang ke objek ini untuk besenang-senang, mereka ingin melepaskan sejenak ruitinitas dari anak-anak sampai yang tua.



C Segmentasi Geografis
            Letaknya yang cukup jauh dari kota Yogyakarta tidak membuat para wisatawan untuk berkunjung. Wisatawan yang berkunjung pun tidak hanya dari Yogyakarta bahkan ada yang dari luar Jogja.
Ibarat makanan, Yogyakarta adalah paket komplit jika dikaitkan dengan objek wisata. Berbagai lokasi yang menarik bertebaran di seluruh pojok wilayah. Mahasiswa dapat berjalan-jalan sekaligus mempelajari sejarah dengan mengunjungi berbagai museum serta bangunan bersejarah yang terkenal seperti Monumen Jogja Kembali, Taman Sari, atau Candi Prambanan. Selain itu, mahasiswa juga bisa mengunjungi berbagai acara seperti pegelaran seni maupun pameran-pameran yang cukup sering diadakan di Yogyakarta.
Wisata favorit lain yang sering dijalani mahasiswa adalah wisata alam. Tidak diragukan lagi, Yogyakarta memiliki berbagai objek wisata alam yang terkenal keindahannya. Pantai Indrayanti, Gua Pindul, Air Terjun Sri Gethuk, serta Kali Kuning adalah contoh sedikit dari puluhan objek wisata alam yang ada di sekitar wilayah Yogyakarta. Berkunjung ke lokasi-lokasi ini bersama teman dekat tentu mampu menjernihkan kembali pikiran yang letih akibat urusan kuliah dan organisasi.
Berasal dari daerah berbeda dengan budaya dan kebiasaan yang berbeda pula, menimbulkan tantangan baru bagi para mahasiswa FEB UGM untuk dapat menyesuaikan diri. Interaksi dengan teman di tempat tinggal maupun di kampus jelas diperlukan. Segala kegiatan yang dilakukan bersama-sama baik itu akademik ataupun non-akademik bersama teman-teman akan memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi mahasiswa.
Akhirnya, adaptasi hanya masalah waktu. Seluruh mahasiswa diharap akan mampu menerima dirinya sendiri sebagai bagian keluarga besar FEB UGM dan turut berperan dalam perwujudan lingkungan pendidikan yang kaya keragaman namun tetap tersistem dengan baik.

JENIS PASAR WISATAWAN
            Manajer Unit Usaha Sejahtera (Desa Wisata Bleberan) Tri Harjono mengatakan “Saat ini air terjun Sri Gethuk bisa dikunjungi 50 orang sampai 200 orang di hari biasa. Sedangkan pada akhir pekan  jumlah kunjungan bisa mencapai 200 orang hingga 1000 orang. Malah pada libur lebaran kemarin dalam lima hari  ada 12.000 orang yang mengunjungi air terjun ini.”
1. Pasar Wisatawan Utama
Dari data di atas , pasar utama dalam kunjungan di Air Terjun Sri Gethuk hampir sebagian adalah anak muda.
Target wisatawan potensial dari objek wisata Air Terjun Sri Gethuk adalah patra wisatawan yang mencintai objek wisata alam dan adventure yang mau membelnajankan kegiatan wisatanya di objek ini
      PRODUK
            Produk yang di tawarkan di Objek Wisata Air Terjun sri Gethuk yang terletak di Kabupaten Gunungkidul adalah wisata alam. Produk disini adalah sesuatu yang ditawarkan unutuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Variabel yang ternasuk yaitu packaging, service component, branding, image
      PLACE
            Terletak di Desa Bleberan Kec Playen Gunungkidul. Dalam pemasaran ini yang dimaksudkan bagaimana wisatawan dapat memperoleh penjelasan dari objek yg ditawarkan. Termasuk dalam lini distribusi dan penambahan akses .
      PRICE
yaitu harga yang harus di bayar oleh konsumen untuk menikmati objek yang ditawarkan di Air Terjun Sri Gethuk. Harga normal, harga promosi, discount.Harga normal  Rp 5.000 ( Rp 10.000 untuk biaya rakit per orang). Untuk harga promosi tidak ada , tetapi untuk harga discount bisa berlaku .
PROMOTION
            promosi yang dilakukan dengan blog, internet, web dinas pariwisata kabupaten gunungkidul
  • Iklan (TV/radio, jurnal, majalah, dsb.)
  • Promosi penjualan (sales promotion)
  • Kehumasan (public relations)
  • Brosur
  • Tenaga penjualan (sales force)


INVOLVEMENT ?
         Karena Objek ini merupakan objek baru yang ada di Gunungkidul dan fasilitas (sarana prasarana) yang disediakan oleh masyarakat setempat sudah ada walaupun belum banyak.
         Objek ini merupakan objek yang mempunyai potensi wisata sangat besar yang masih belum di gali dan membuat wisatawan semakin menarik untuk mengunjungi objek ini
         Adanya keterlibatan pemerintah Desa Bleberan dalam mengelola objek ini serta dalam menyediakan infrastruktur pendukung
KONSERVASI ALAM
Obyek wisata Sri Gethuk sebagai obyek wisata minat khusus akan dikembangkan menjadi obyek wisata ekowisata . Ekowisata diharapkan mendorong masyarakat menjadi peduli terhadap lingkungan. Hal ini diungkapkan oleh Bupati Gunung Kidul Badingah.
Sri gethuk dan Gua Rancang Kencono akan dijadikan sebagai kawasan konservasi alam dan lingkungan hidup. Hal ini dikhawatirkan jika pemanfaatan alam yang tidak terkontrol justru akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang akan merugikan masyarakat.
Dunia parawisata di Indonesia tak ada habisnya untuk dibicarakan. Salah satu negara kepulauan terbesar di dunia ini menyimpan begitu banyak potensi wisata alam dan budaya yang belum dikenal banyak orang. Salah satunya adalah desa wisata Bleberan yang terletak di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Desa ini menawarkan dua objek wisata utama yang lokasinya tak begitu berjauhan yaitu Air Terjun Sri Gethuk dan Gua Rancang Bangun. Dengan jarak sekitar 45 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, perjalanan yang harus ditempuh untuk mencapai lokasi tujuan menghabiskan waktu sekitar 1-1,5 jam. Tapi, waktu perjalanan akan lebih lama saat akhir pekan atau musim liburan. Selama ini, daerah Gunung Kidul yang didominasi tanah kapur dikenal sebagai daerah yang gersang dan tandus. Tak banyak tanaman hijau yang bisa ditanam di daerah ini.
Mendekati area Desa Bleberan, sebelah kiri kanan jalan akan ditemui hutan yang dipenuhi berbagai pohon jati dan pinus. Tapi, kondisi berbeda terasa saat mulai memasuki Desa Bleberan. Pos tiket di pertigaan jalan menjadi penanda masuk desa, di mana pengunjung harus membayar tiket terusan, sudah termasuk tiket masuk ke dua obyek wisata, asuransi, dan parkir, sebesar Rp 5.000.

Setelah melewati pos tersebut, pengunjung akan melewati jalan tanah berbatu setelah sebelumnya melewati jalan beraspal. Selain tanaman jagung, pengunjung juga akan disuguhi hamparan sawah yang luas dan hijau. Mata air yang berasal dari puncak gunung memang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat, termasuk sebagai sumber irigasi bagi tanaman padi yang jarang ditemui di daerah Gunung Kidul. Dari lokasi parkir kendaraan, pengunjung akan melihat lembah yang dialiri Sungai Oyo yang begitu jernih. Meski begitu, pada musim hujan, air akan berwarna kecokelatan karena membawa endapan dari hulu sungai.

Pengembangan wisata Goa Rancang Kencana dan Air Terjun Sri Gethuk di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, menjadi Kawasan Ekowisata Bleberan tidak boleh hanya sekadar label saja. Dengan adanya kawasan ekowisata, kesejahteraan masyarakat harus lebih baik. ‘’Untuk mewujudkan hal itu, jaga kawasan ekowisata ini sebagai kawasan konservasi alam dan lingkungan hidup,’’ kata Bupati Gunungkidul Badingah ketika melaunching pengembangan ekowisata Goa Rancang Kencana dan Air Terjun Sri Gethuk di Desa Bleberan, Kecamatan Playen (12/9). Lebih dari itu, lanjut orang nomor satu di Gunungkidul ini, untuk menarik wisatawan juga harus ada sinergitas antara masyarakat, pengelola, dan wisatawan. Termasuk menjadikan kawasan ini konservasi alam dan lingkungan hidup, maka membutuhkan peran aktif berbagai pihak. Camat Playen Suyatna mengatakan, pengembangan wisata bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus media menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Untuk itu pihaknya berharap kerja sama semua pihak. ‘’Kita bersyukur pengembangan destinasi wisata Air Terjun Sri Gethuk dan Goa Rancang Kencono sampai saat ini telah mampu mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak,” ungkapnya. Sebelumnya, peluncuran ekowisata Bleberan ditandai dengan pemotongan bunga oleh bupati didampingi beberapa pejabat Bank BNI 1946, dan pendukung kegiatan melalui program CSR. Manager Program Bank BNI 1946 Fachrudin Rijadi mengungkapkan, sebagai bukti kepedulian terhadap pengembangan wisata di Gunungkidul, terutama dalam pengembangan kawasan ekowisata, BNI 46 melalui program Corporate Social Responbility (CSR) telah memberikan dana hibah Rp 495 juta. “Dana tersebut digunakan untuk pengembangan kawasan wisata serta pembangunan pintu gerbang desa wisata, pembangunan kios pedagang, pengadaan perahu dan pelampung, pengadaan gazebo, pelatihan pengelola wisata, serta pengadaan tong sampah,” ujarnya. Dengan fasilitas itu dia berharap bakal mempercantik dan melengkapi sarana dan prasarana di Desa Wisata Bleberan. Dengan demikian keberadaan objek wisata ini bisa semakin ramai, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat


Selama tahun 2012 GOW melaksanakan  berbagai kegiatan yang berorientasi pada upaya pemberdayaan  perempuan. Kegiatan tersebut diimplementasikan  pada program kerja masing-masing bidang  yang anggarannya  ditopang  dari bantuan APBD II th 2012  sebesar Rp. 20 juta.
     Bidang  organisasi dan kehumasan  mengadakan  konsolidasi dan koordinasi  dengan organisasi anggota GOW sekaligus  membuat laporan kegiatan sebagai  bahan evaluasi dan monitoring. Selain itu juga melakukan pendataan  anggota  sesuai AD ART  yang saat ini jumlah anggota 53 organisasi  terdiri dari 29  dari unsur  dharma wanita pesatuan dan 24 dari unsur lainnya. Kegiatan lain  yaitu sosialisasi  atribut GOW meliputi lencana, kartu tanda anggota, pakaian seragam  dan sosilasisasi mars GOW  dengan menggelar lomba.  Disisi lain juga  melakukan  penyempurnaan AD ART sebagai patokan  dalam pelaksanaan  kegiatan organisasi.
     Bidang  Pendidikan  mengadakan  wisata outbound  ke sri gethuk dan goa pindul  Wonosari, bertujuan  untuk  meningkatkan  jalinan kerjasama dan keakraban. Pembinaan dan monitoring  pos PAUD  Alamanda Madureso Temanggung dan Alamanda  Kacepit Selopampang. Selain itu mengadakan pelatihan ketrampilan menjahit yang diikuti 5 peserta selama 3 bulan. Saat ini   ke 5 peserta tersebut sudah lulus dan praktik  menjahit untuk menambah penghasilan keluarga.
     Bidang  Sosial  dan kesejahteraan  mengadakan  anjangsana  ke sejumlah  penderita cacat dengan memberikan bantuan uang. Selain itu  setiap  momen HUT  GOW yang bersamaan dengan  peringatan Hari Kartini menggelar  donor darah  yang hasilnya disumbangkan ke PMI Cabang Temanggung. 
     Bidang  Ekonomi  dan pengembangan  usaha,  menjual aneka makanan  dan pakaian seragam organisasi pada setiap event pertemuan. Disamping itu juga ikut serta  membuka stand  pada kegaiatan pasar murah utamanya menjelang peryaan hari raya Idul Fitri. Kegiatan lain yang tak kalah menariknya yakni  program bantuan   usaha ekonomi produktif secara bergulir untuk anggota  sebesar Rp. 500 ribu untuk jangka waktu 10 bulan.
     Bidang  pemberdayaan  perempuan, hukum dan HAM yaitu   pelatihan ketrampilan menjahit dan membuat kue, pelatihan membuat perencanaan  dan penyuluhan politik. Untuk pembuatan kue dikonsentrasikan ke desa binaan Donorojo  Tretep bekerjasama  dengan SMK Negeri 1 Temanggung. Kue yang dibuat  memanfaatkan bahan dasar jambu dan ketela  sesuai potensi yang dimiliki desa. Selain itu juga untuk program hukum dan HAM mengadakan sosialisasi  keagrariaan  dan penyuluhan kepribadian. Kegiatan tersebut bertujuan untuk  meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang  keagrarian dan kepribadian  sekaligus motivasi dan percaya diri  perempuan










BAB IV
KELEMBAGAAN YANG TERBENTUK DI AIR TERJUN SRI GETHUK
Gunungkidul pada 4–8 Juli 2014 kemarin mendapatkan penilaian terakhir dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO) soal status taman geologi (geopark) dunia, yang diajukan sejak 2013. Status itu akan diumumkan melalui sidang pleno UNESCO di Kanada.
Sejumlah geosite di kawasan Gunungsewu telah diajukan untuk dinilai. Geosite itu, antara lain Gunung Api Purba Nglanggeran, Endapan Laut Miosen Awal Sambipitu, Gua Pindul, Gua Kali Suci, Luweng Jomblang, Pantai Siung Wediombo, Lembah Purba Sadeng, Air Terjun Bleberan, Gua Jlamprong, dan Luweng Cokro.

Pemerintah Kabupaten sangat serius menyambut tim tersebut. Hal itu ditandai dengan papan penanda bertuliskan Welcome to Geopark Gunungsewu. Tulisan itu dibuat memang untuk menyambut tim UNESCO. Tim tersebut akan menilai kawasan Gunungsewu, yang terbentang dari Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta), Wonogiri (Jawa Tengah), dan Pacitan (Jawa Timur). Gunungkidul merupakan pintu masuk untuk wilayah geopark tersebut.

Tidak itu saja, untuk memaksimalkan peluang masuk menjadi geopark dunia, pihak Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengirim 30 orang perwakilan ke Bangli, Bali, untuk studi banding. Di Gunungkidul sendiri terus gencar dilakukan sosialisasi ke masyarakat tiada henti agar mereka paham bagaimana menempatkan diri sebagai pemilik sekaligus pengelola kawasan geopark.
Bertemu Masyarakat
Menurut Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Sekretariat Daerah (Sekda) Gunungkidul, Birowo Adie, tim UNESCO berencana langsung berinteraksi dengan masyarakat untuk memberikan penilaian. Adapun yang akan dinilai mengenai pengelolaan, kelembagaan serta keterlibatan masyakarat. “Jadi, tim UNESCO itu datang ke Gunungkidul bukan bertemu dengan kami, jajaran pejabat di pemerintahan, tetapi bertemu dengan masyarakat,” kata Birowo.

Paling tidak selama dua tahun terakhir, jajaran Pemerintah Kabupaten Gunungkidul intens melakukan sosialisasi di berbagai tempat kepada masyarakat. “Saya sakit dan harus bed rest selama beberapa bulan ini, ya karena kerja keras, kecapekan sosialisasi dan menyiapkan segala sesuatu terkait geopark ini. Semua tenaga kami kerahkan ke lapangan untuk sosialisasi,” tandas Birowo.

Contohnya, sosialisasi Geopark Gunungsewu dilaksanakan di Kalisuci, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Gunungkidul, pada akhir Februari 2014. Sosialisasi digelar oleh Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda Kabupaten Gunungkidul ini dihadiri sejumlah camat serta para pengelola desa wisata di wilayah ini meliputi pengelola Gua Jomblang, Kalisuci, Gua Pindul, Lembah Ngingrong, Pantai Siung, dan Gua Cokro.

Sosialisasi menghadirkan Akhyaruddin dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Hanang Samodra dari Badan Geologi. Menurut Akhyaruddin, pengelolaan geopark Gunungsewu dimaksudkan untuk meningkatkan dan menggerakkan perekonomian masyarakat. Untuk itu, masyarakat harus terlibat di dalamnya dan menjadikan Gunungsewu menjadi warisan dunia.

Geopark, tambah Akhyaruddin, merupakan suatu kawasan yang memiliki arti sebagai sebuah warisan alam (geologi) dan menjadi tempat implementasi strategi pengembangan ekonomi berkelanjutan yang dilakukan melalui struktur manajemen yang baik dan realistis. Geopark menjadi peluang bagi terciptanya lapangan kerja untuk masyarakat setempat. Usaha penggalian, penumbuhan, dan pengembangan nilai ekonomi tersebut biasanya dilakukan melalui industri pariwisata yang berkelanjutan dengan usaha konservasi.

Dengan segala persiapan itu, Birowo yakin dari sisi masyarakat sudah siap menerima tim penilai dari UNESCO. Masyarakat sudah paham saol geopark dan bagaimana mengelola objek wisata secara secara terpadu sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh, dan diselenggarakan secara berkelanjutan.
Status geopark dari UNESCO dianggap sebagai modal penting bagi Gunungkidul mengelola potensi kawasan. Status geopark ini bak tiket khusus mendapat kepercayaan pula dari sejumlah investor atas peluang terbukanya kerja sama investasi berskala internasional. Birowo pun menuturkan, saat ini yang menjadi target Pemerintah Kabupaten Gunungkidul hanyalah menggolkan Gunungsewu mendapatkan status geopark terlebih dahulu.

Soal Geopark Gunungsewu ini secara singkat bisa disimak apa yang disampaikan Sari Bahagiarti Kusumayudha dan Jatmika Setiawan dari Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional/UPN “Veteran” Yogyakarta dalam Situs-situs Warisan Geologi di Daerah Gunung Sewu sebagai Pendukung Kawasan Geopark. Menurut Sari, daerah Gunungsewu merupakan kawasan karst Tropik yang cantik dan terluas di Asia Tenggara.

Mudah Diakses

Daerah ini, tambah Sari, secara administrasi termasuk wilayah Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Wonogiri. Secara geografik berada sekitar 25 km tenggara Yogyakarta, sekitar 109 km dari Pacitan, dan hanya 20 km dari Wonogiri. Luas kawasan Gunungsewu sekitar 800 km2, sangat mudah diakses dari Yogyakarta – Wonosari, Wonogiri, dan Pacitan.

Geologi daerah Gunungsewu merupakan hasil dari proses-proses deposisi dan tektonik, serta proses permukaan, menghasilkan hamparan batuan karbonat dengan variasi bentuk bentang alam, berbagai fosil, struktur deformasi, dan keunikan hidrogeologi. Batuan dasar kawasan ini, tambah Sari, adalah batuan vulkanik Formasi Semilir dan Formasi Nglanggran yang berumur Tersier Awal.



Menurut Sari, di bagian utara batuan dasar ini ditutupi oleh napal dan batu pasir tufaan Formasi Sambipitu dan batu pasir tufaan dan kalkarenit Formasi Oyo. Di atas Formasi Sambipitu dan Formasi Oyo terdapat Formasi Wonosari, dan Formasi Kepek. Di Daerah Gunungsewu batuan termuda adalah endapan Kuarter alluvial dan endapan vulkanik Gunung Merapi.

Proses-proses alam yang kompleks, tambah Sari, telah mewariskan banyaknya situs geologi di daerah ini. Kehadiran berbagai situs warisan geologi ini akan mendukung promosi Gunungsewu sebagai kawasan geopark dunia sekaligus akan memantik minat para turis, untuk menyaksikan langsung eksotisme gua karts Gunungsewu sebagai salah satu kawasan geopark nasional.
Di salah satu kawasan ini juga dilengkapi alur sungai purba sepanjang 12 kilometer, mulai Giritontro hingga perbatasan Pracimantoro-Wonosari di Gunungkidul, dan Pantai Sembukan. Semua aset geologi itu bisa jadi wadah untuk pendidikan geologi, sejarah, sekaligus tempat pariwisata. Potensi ini menjadi momentum promosi kawasan karst Gunungsewu melalui geopark sehingga sektor pariwisata di Pacitan, Wonogiri, dan Gunungkidul semakin meningkat. b siswo

Geopark Jadi Model Pengelolaan Warisan Bumi secara Berkelanjutan

 Pada tahun 1999, UNESCO menginisiasi dan mengembangkan program baru yang dinamakan geopark. Sebagai suatu faham konservasi, geopark memiliki beragam istilah yang berkaitan dengan konservasi sumber daya warisan geologi.

Geopark diartikan sebagai konsep manejemen sumber daya alam yang memanfaatkan nilai-nilai keragaman geologi (geodiversity), keragaman biologi (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural-diversity). Jika pada awalnya kata “geo” pada geopark diartikan sebagai “geologi”, maka pada perkembangan selanjutnya dimaknai sebagai “bumi” (earth).

Menurut website yang dibuat khusus dalam rangka mempromosikan Geopark Gunungsewu, dengan jelas dinyatakan bahwa keragaman geologi mencakup unsur-unsur abiotik, seperti mineral, batuan, fosil, struktur geologi, dan bentang alam. Unsur-unsur abiotik yang memiliki arti sebagai warisan bumi (baik dari sisi keunikan, kelangkaan, maupun keindahan), sehingga perlu dihargai, dimaknai sebagai warisan geologi (geoheritage). Keragaman biologi mencakup unsur-unsur biotik, seperti flora dan fauna.

Keragaman budaya (cultural-diversity) mencakup unsur-unsur budaya masa lalu dan masa kini yang dihasilkan oleh manusia. Geopark menjadi model dari upaya pengelolaan sumber daya alam (biodiversity dan geodiversity) dan warisan budaya yang dilestarikan, dilakukan secara terpadu sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh, dan diselenggarakan secara berkelanjutan.

Pembangunan geopark memanfaatkan komponen ABC (abiotic, biotic, culture) yang terdapat di suatu wilayah. Pembentukan dan pengembangan geopark mendasarkan pada tiga pilar, yaitu konservasi, pendidikan, dan penumbuhan nilai ekonomi lokal (umumnya melalui kegiatan pariwisata). Ketiga pilar itu menjadi tujuan dan sasaran pengembangan geopark. Geopark pun akhirnya menjadi sebuah model pembangunan berkelanjutan regional (model for regional sustainable development) yang fleksibel (luwes).
Jika Gunungsewu, termasuk Gunungkidul lolos dalam penilaian sebagai geopark dunia, keuntungan bakal diterima berlipat-lipat. Selain mendapat event promosi gratis tentang wisata dunia, juga bisa meraih dana melalui bank dunia.
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Handayani di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menargetkan pengolahan air Sungai Oya bisa menyuplai 20 ribu kepala keluarga hingga akhir 2014.
Dirut PDAM Gunungkidul Isnawan Febrianto mengatakan proyek yang telah menghabiskan dana Rp12 miliar yang bersumber dari APBN 2013 telah diuji coba beberapa waktu yang lalu.
“Sudah diuji coba untuk mengetahui mana yang bocor dan belum terkoneksi. Sekarang, tinggal menunggu serah terima,” kata Isnawan.
Ia mengatakan pengolahan air Sungai Oya untuk mengaliri 20 ribu warga Kecamatan Playen. Nantinya akan dilakukan penyerahan dari penanggung jawab anggaran yakni Satuan Kerja DIY ke PDAM Gunungkidul.
“Apabila semuanya sudah selesai akan dilakukan penyerahan. Distribusi air juga bisa dilakukan ke daerah lain, misalnya Desa Bunder, Kecamatan Patuk,” kata dia.
Menurut dia, air bersumber dari Sungai Oya yang membelah perbatasan Kecamatan Patuk dan Playen. Air yang ditampung dibak penampungan, nantinya akan diendapkan dan baru disalurkan kepada masyarakat.
“Air yang keruh akan dibuang sementara air yang bersih di salurkan ke masyarakat,” katanya.
Air terjun Sri Gethuk yang berada di desa wisata Bleberan, Kecamatan Playen, Gunungkidul, dirancang sebagai obyek wisata khusus untuk terapi pecandu narkotik. Wisata terapi itu menjadi fokus pengembangan lantaran sejak obyek wisata ini dibuka pada 2010, banyak pecandu yang merasakan manfaat air terjun itu. "Mungkin mereka tersugesti pikiran-pikiran positif setelah membaur dengan alam yang mendorong kesembuhan," kata Ketua Kelompok Sadar Wisata Sri Gethuk Tri Harjana, Ahad, 21 September 2014.

Tri mengatakan pihaknya mulai berfokus pada wisata terapi pecandu narkoba bersama Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul pada akhir pekan lalu. Kegiatan terapi itu melibatkan sekitar 40 pecandu berusia muda yang tengah menjalani fase rehabilitasi. "Awalnya diajak bermain dalam kelompok, lalu berenang bersama di bawah guyuran air terjun," katanya.

Dengan mengajak para pecandu ini menyatu dengan alam, mereka didorong agar tak lagi bersentuhan dengan narkoba setelah menjalani rehabilitasi. "Mereka harus percaya bisa melepas ketergantungan dari narkoba," kata Tri.

Untuk menggelar wisata terapi pecandu ini, kelompok wisata Sri Gethuk menjalin kerja sama dengan sejumlah panti rehabilitasi narkoba di Yogyakarta. Biaya yang dikenakan kepada wisatawan hanya Rp 55 ribu per orang untuk satu paket berisi berbagai kegiatan. "Biaya sama dengan paket reguler, kecuali hanya berenang dan naik rakit, hanya Rp 17 ribu per orang," katanya.

Sebelumnya, kata Tri, wisata terapi Sri Gethuk ini terbangun sendiri dari kabar wisatawan yang tersebar dari mulut ke mulut. Tak ada promosi khusus dari pengelola obyek wisata serta kelompok sadar wisata setempat.

Ada wisatawan dari Lampung yang mengaku sembuh dari rematik setelah menceburkan diri ke air. Bahkan ada pengakuan seorang karyawan hotel di Yogyakarta yang membatalkan operasi tulang pada kakinya setelah tiga kali mandi di obyek wisata itu.

"Tapi kami tak menjanjikan apa-apa, karena kesembuhan itu hanya sugesti, dan air terjun ini hanya alam yang membantu mendorong sugesti positif itu," kata Tri.

Tri menjelaskan, tak ada khasiat istimewa dari air terjun itu. Tapi memang air yang jernih dan alam yang asri di sekitarnya membantu terciptanya pikiran positif. "Menyatu dengan alam itu mungkin yang mendorong pikiran jadi rileks dan membuat orang jadi lebih sehat."
Sri Gethuk merupakan air terjun yang sumber airnya berasal dari sedikitnya tujuh mata air bawah tanah perbukitan karst Gunungkidul. Mata air itu tak pernah mengering sekalipun Gunungkidul merupakan daerah langganan kekeringan paling parah di wilayah DIY. Dua dari tujuh mata air Sri Gethuk telah dialirkan untuk air baku warga sekitar.

Perkembangan sektor pariwisata di Gunungkidul meningkat cukup tajam. Kawasan tersebut diantaranya pantai, Gunung Nglanggeran, Goa Pindul, Air Terjun Sri Gethuk, Kali Suci dan Desa Wisata Bobung. Pengelolaan pariwisata selain dikelola pemda, juga banyak yang berbasis masyarakat. Pengelolaan tersebut, hendaknya mampu memberikan multiplier effect atau banyak manfaat positip bagi kesejahteraan masyarakat. Pemerintah dan masyarakat pengelola wisata, juga perlu mengoptimalkan pelayanan ataupun strategi, agar wisatawan betah berlama-lama tinggal di Gunungkidul.
Demikian mencuat dalam Forum Dialog Jogja Education Club (JEC) XI dengan tema Kebijakan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal di gedung DPRD Gunungkidul, Senin (9/12). Kegiatan Kerjasama SKH Kedaulatan Rakyat, DPRD dan Perhimpunan Rumah Suluh Indonesia menghadirkan narasumber Dekan Fisipol UGM DR Erwan Agus Purwanto MSi, Wakil Rektor UNY Prof Suwarsih Madya, Wakil Rektor UKDW Drs Purnawan Hardiyanto, Wakil Rektor UGK Padmaya. Serta dihadiri Komisaris Utama PT BP SKH Kedaulatan Rakyat Drs HM Romly, Direktur Penelitian dan Pengembangan KR Sugeng Wibowo SH, Staf Ahli Direktur Utama PT BP Kedaulatan Rakyat Drs Untoro Hariyadi MSi, Bupati Hj Badingah SSos, Ketua DPRD Drs Budi Utama, muspida, camat dan undangan.
Erwan Agus Purwanto mengungkapkan, pengelolaan obyek wisata juga perlu menggali kearifan lokal dalam menangani konflik. Sumber daya alam tidak harus dikelola negara atau pemerintah daerah, tetapi bisa diserahkan kepada masyarakat. Jika pemerintah mempercayai masyarakat untuk mengelola pariwisata, maka akan lebih baik. “Hanya saja diperlukan batasan-batasan, siapa yang boleh terlibat serta menentukan aturan main atau membagi pendapatan dari pengelolaan obyek wisata,” ujarnya.
Purnawan Hadriyanto menambahkan, pengelolaan obyek wisaya berbasis masyarakat ataupun pemerintah daerah, perlu dibuat lebih menarik. Jangan sampai wisatawan datang lalu pergi begitu saja. Dibutuhkan pemikiran dalam memberikan pelayanan, agar wisatawan mau untuk tinggal di Gunungkidul. Melalui upaya tersebut, pengunjung akan membelanjakan uangnya dan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat. “Kerjasama dengan swasta atau investor diperlukan untuk mendorong pertumbuhan pariwisata, sehingga menimbulkan multiplier effect.
Staf Ahli PT BP SKH Kedaulatan Rakyat Drs Untoro Hariyadi MSi menuturkan, pelaksanaan dialog JEC merupakan tindak lanjut kerjasama antara KR dengan DPRD serta rumah suluh dan perguruan tinggi, Melalui dialog serta pemikiran-pemikiran pengembangan pariwisata, diharapkan mampu memberikan dampak positip, terhadap perkembangan obyek wisata di Gunungkidul
Lebih dari setengah wilayah Gunungkidul merupakan bentang alam karst dengan berbagai keunikannya,  maka sebagian besar usaha pariwisata di Kabupaten Gunungkidul berbasiskan pada wisata alam karst.  Menilik pada jumlah kunjungan wisatawan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun maka pengembangan ekowisata karst akan memiliki prospek yang bagus dan lebih kompetitif jika dibandingkan dengan jenis wisata yang lain.  Namun pengembangan ekowisata tidaklah hanya untuk mengejar kepentingan ekonomi.  Sebagaimana dikemukakan oleh Samodra (2005) bahwa pada prinsipnya konsep kegiatan pengembangan ekowisata karst didasarkan pada beberapa aspek, yang memungkinkan usaha itu dapat dilakukan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup.  Aspek tersebut antara lain adalah aspek konservasi, aspek pendidikan dan aspek ekonomi.
Berkaitan dengan aspek konservasi pada upaya pengembangan ekowisata karst di obyek wisata Air Terjun Sri Getuk terdapatpoint-point penting sebagai berikut:
1. Dalam konsep pengembangan geopark Gunungsewu, terdapat 30 situs geologi (geosite) yang tersebar pada kawasan karst  yang ada di Kabupaten Gunungkidul,  Wonogiri dan Pacitan.  Ke-30 situs tersebut merupakan bagian dari konsep perlidungan, pendidikan dan  pembangunan berkelanjutan secara holistik. Di Kabupaten Gunungkidul terdapat 11 situs, satu diantaranya yaitu air terjun Sri Getuk di Desa Bleberan yang merupakan bagian dari geopark Gunungsewu yang dilindungi.  Hal ini sejalan dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2012 tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst, bahwa kawasan bentang alam karst memiliki komponen geologi yang unik, sehingga perlu untuk dilestarikan dan dilindungi keberadaannya dalam rangka mencegah kerusakan guna menunjang pembangunan berkelanjutan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Menindaklanjuti Permen ESDM tersebut, Pemerintah Daerah  Daerah  Istimewa Yogyakarta mengusulkan penetapan Kawasan Bentang Alam Karst Gunung Sewu di DIY.  Kawasan obyek wisata air terjun Sri Getuk di Desa Bleberan termasuk salah satu dalam usulan penetapan tersebut.  Upaya perlindungan kawasan Gunungsewu yang dikembangkan menjadi kawasan wisata tidak hanya pada aspek fisik namun juga budaya masyarakat lokal yang bisa ditunjukkan kepada wisatawan.
2. Berkaitan dengan perlindungan terhadap kawasan yang dikembangan sebagai obyek wisata tidak lepas dari  pemanfaatan lahan.  Lahan yang dikembangkan menjadi kawasan obyek wisata air terjun Sri Getuk  dan Goa Rancang Kencono merupakan tanah kas desa, tanah “Sultan Ground” atau “SG”, dan tanah milik kehutanan.  Perda RTRW Kabupaten Gunungkidul 2010-2030 menyebutkan bahwa Air Terjun Sri Getuk termasuk dalam areal hutan yang merupakan hutan negara. Hutan tersebut adalah hutan tanaman produksi untuk jenis tanaman kayu jati dan kayu putih.  Tanah milik kehutanan seluas sekitar 1.000 m2 yang telah dimanfaatkan untuk pengembangan, diantaranya dibangun kolam ikan dan warung makan/kuliner. Namun tanah yang digunakan untuk pengembangan kawasan wisata tersebut adalah tanah kosong yang dahulu digunakan sebagai tempat penimbunan kayu (TPK).  Kegiatan pengembangan yang dilakukan tidak mengganggu atau bahkan mematikan fungsi hutan sebagai pengendali dan penyeimbang sistem tata air, karena hanya memanfaatkan tanah yang selama ini tidak dimanfaatkan oleh pihak kehutanan.
3. Tekanan terhadap hutan negara berupa penebangan dan pejarahan kayu di wilayah Desa Bleberan dulu pernah terjadi setelah meletus reformasi.  Namun sekarang tidak pernah terjadi, setelah kawasan air terjun dan goa dikembangkan menjadi obyek wisata.  Bahkan pada akhir Tahun 2013 diadakan kegiatan penanaman bibit pohon di daerah sekitar aliran sungai dan mata air yang difasilitasi oleh Dinas Kehutanan Provinsi DIY bersama petani penggarap disekitar aliran mata air yang tergabung dalam kelompok HKM.  Kegiatan konservasi ini merupakan upaya penghijauan pada daerah tangkapan air, dimaksudkan agar debit air pada tiga sumber mata air tidak surut/berkurang. 
Program penghijauan ini tidak sekedar bernuansa fisik dengan menanam bibit tanaman, namun juga ada unsur pelestarian budaya di dalamnya.   Progam penghijauan ini menggunakan “dana keistimewaan” sehingga walaupun ini merupakan tupoksi Dinas Perkebunan dan Kehutanan namun tetap bernuansa budaya.  Bahkan dalam pelaksanaannya melibatkan peran masyarakat lokal sebagai petani penggarap lahan milik kehutanan yang tergabung dalam kelompok HKM. 

Pendekatan partisipatif yang melibatkan masyarakat lokal dalam upaya konservasi yang bernuansa budaya tidak hanya dibutuhkan selama proses konservasi, tetapi yang lebih penting adalah pasca konservasi.  Pasca konservasi menitik beratkan pada peran masyarakat lokal yang lebih besar sehingga mampu menjamin kontinuitas sebuah konservasi.  Sebagaimana dikemukakan Steger dalam Soeroso A. dan Susilo Y.S (2008) bahwa dalam proses globalisasi berbagai budaya lokal lenyap ternafikan oleh kekuatan homogenisasi barat, akibat gerakan partikularitas keberagaman budaya lokal berkembang ke dalam konstelasi kultur yang baru.  Menjunjung tinggi nilai kearifan lokal ditengah gelombang modernisasi dan identitas budaya lokal yang semakin luntur tergerus jaman menjadi sumber kekuatan tersendiri dalam menjaga kelestarian alam.
Diantara bentuk pelestarian seni dan budaya yang dilakukan yaitu pengadaan gamelan jawa dan wayang dengan menggunakan dana hibah Tahun 2013.  Selain itu bentuk kepedulian terhadap seni dan budaya dengan pemberian bantuan melalui dana pengembangan potensi yang ditetapkan sebesar 20% dari Sisa Hasil Usaha.  Dana ini dipergunakan untuk pemberian bantuan kepada kelompok-kelompok usaha kecil dan kelompok seni budaya yang ada di Desa Bleberan.  Jenis seni budaya yang ada di Desa Bleberan yaitu Kerawitan, Doger, Reog, Hadrah, dan Slawatan.
Kegiatan penggalian atau pengerukan bukit yang selama ini dilakukan dalam rangka pengembangan obyek wisata masih dalam batas wajar dan terkendali.  Penggalian/pengerukan bukit yang difungsikan sebagai lahan parkir seluas sekitar 15 x 50 m masih bisa ditolerir karena tidak mengganggu fungsi lahan.  Kegiatan pengerukan kemudian akan diikuti dengan penanaman bibit tanaman buah untuk mengatasi fungsi penyerapan air dan penanganan lahan kritis.  Konsep penanganan lahan kritis dengan penanaman kebun buah karena memiliki nilai ekonomi.  Kebun buah pada lahan seluas 4 hektar ini kedepan dikemas menjadi agrowisata  guna mendukung obyek wisata utama yaitu air terjun.
Kegiatan penambangan yang dilakukan warga yaitu penambangan tradisional tanpa alat berat pada lahan milik pribadi.  Penambangan yang berada disekitar kawasan obyek wisata  air terjun dan goa masih dalam skala kecil dengan kedalaman antara 1 sampai 1,5 m dengan luasan sekitar 10 m2. 
Salah satu wujud terabaikannya konservasi terhadap keunikan bentang alam karst, yaitu belum adanya perlindungan terhadap keamanan goa karena area parkir berada tepat di atas ruangan goa bagian dalam.   Walaupun struktur batuan yang membentuk sistem pergoaan  cukup kuat karena telah teruji pada saat terjadi gempa pada Tahun 2006 yang melanda wilayah DIY.  Gempa yang cukup dahsyat tersebut dengan kekuatan 5,9 SR tidak menimbulkan runtuhan stalagtit ataupun retakan dinding goa, namun dikhawatirkan terjadi kerusakan atau kemungkinan amblesan bila diatasnya digunakan untuk parkir kendaraan-kendaraan besar atau bus.















PENUTUP
KESIMPULAN
Kawasan Wisata Air Terjun Sri Gethuk yang terletak di kabupaten Gunungkidul ini sebenarnya memiliki potensi wisata alam yang sangat indah . Masih banyak kekurangan dalam pemanfaatan sumber daya alamnya dan pengembangannya kurang merata ke seluruh desa terutama pada sector ekonomi . Perlu adanya campur tangan pemerintah agar tidak terjadi kesenjangan social antar warga . Kawasan wisata air terjun sri gethuk telah menerapkan konservasi alam dan akan dijadikan sebagai ekowisata untuk pariwisata berkelanjutan .Lembaga –lembaga dan investor pun sudah mulai berdatangan untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan kawasan ini. Bentuk kerjasama natar lembaga dan organisasipun disini sudah muncul seperti kerjasama dari dinas kehutanan , dinas pariwisata dan para investor local yang sudah memulai membantu memperbaiki fasilitas dengan mempermudah akses masuk ke kawasan wisata alam air terjun sri gethuk .

SARAN
Perlu adanya pelatihan-pelatihan tentang sadar wisata dan tata cara pengembangan pariwisata berkelanjutan untuk objek wisata ala mini dan juga perlu adanya dampingan pemerintah agar tidak terjadi kesenjangan social .





DAFTAR PUSTAKA
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata), diakses 24 November 2014
(.unhas.ac.id), diakses 26 November 2014
(http://desawisatableberan.net/blog/2014/11) , diakses 2 Desember 2014
(http://goarancang.blogspot.com/), diakses 3 Desember 2014
(http://www.harianjogja.com), diakses 3 Desember 2014