Laju pertumbuhan penduduk di DIY
antara 2003-2007 sebanyak 135.915 jiwa atau kenaikan rata-rata pertahun sebesar
1,1%. Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk di DIY menunjukkan kecenderungan yang meningkat
dari 72,4 tahun pada tahun 2002 menjadi 72,9 tahun pada tahun 2005. Ditinjau
dari sisi distribusi penduduk menurut usia, terlihat kecenderungan yang semakin
meningkat pada penduduk usia di atas 60 tahun.
Proporsi distribusi peduduk
berdasarkan usia produktif memiliki akibat pada sektor tenaga kerja. Angkatan kerja di DIY pada 2010 sebesar 71,41%. Di
sektor ekonomi yang menyerap tenaga kerja paling besar adalah sektor pertanian
kemudian disusul sektor jasa-jasa lainnya.Sektor yang potensial dikembangkan
yaitu sektor pariwisata, sektor perdagangan dan industri terutama industri
kecil menengah serta kerajinan.Pengangguran di DIY menjadi problematika sosial
yang cukup serius karena karakter pengangguran DIY menyangkut sebagian
tenaga-tenaga profesional dengan tingkat pendidikan tinggi.
Salah satu cara untuk mengatasi
masalah kependudukan dan ketenagakerjaan adalah dengan mengadakan program transmigrasi.
Pelaksanaan pemberangkatan transmigran asal DIY sampai pada tahun 2008 melalui
program transmigrasi sejumlah 76.495 KK atau 274.926 jiwa.Ditinjau dari pola
transmigrasi sudah mencerminkan partisipasi dan keswadayaan masyarakat, melalui
Transmigrasi Umum (TU), Transmigrasi Swakarsa Berbantuan (TSB) dan Transmigrasi
Swakarsa Mandiri (TSM).Untuk pensebarannya sudah mencakup hampir seluruh
provinsi. Rasio jumlah tansmigran swakarsa mandiri pada 2010 mencapai 20% dari
total transmigran yang diberangkatkan.
KESEJAHTERAAN DAN KESEHATAN
sebagai salah satu aspek yang penting
dalam kehidupan, pembangunan kesehatan menjadi salah satu instrumen di dalam
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tahun 2007 jumlah keluarga miskin
sebanyak 275.110 RTM dan menerima bantuan raskin dari pemerintah pusat
(meningkat 27 persen dibanding periode tahun 2006 sebanyak 216.536 RTM).
Penduduk DIY menurut tahapan kesejahteraan tercatat bahwa pada tahun 2007
kelompok pra sejahtera 21,12%; Sejahtera I 22,70%; Sejahtera II 23,69%;
Sejahtera III 26,83%; dan Sejahtera III plus 5,66% . Tingkat kesejahteraan pada
tahun 2010 meningkat dengan penurunan persentase penduduk miskin menjadi
16,83%.
Arah
pembangunan kesehatan di DIY secara umum adalah untuk mewujudkan Provinsi DIY
yang memiliki status kesehatan masyarakat yang tinggi tidak hanya dalam batas
nasional tetapi memiliki kesetaraan di tataran internasional khususnya Asia Tenggara
dengan mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat,
peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan serta menjadikan DIY
sebagai pusat mutu dalam pelayanan kesehatan, pendidikan pelatihan kesehatan
serta konsultasi kesehatan. Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional Tahun 2010
menempatkan DIY sebagai provinsi dengan indikator kesehatan
terbaik dan paling siap dalam mencapai MDG’s.
Pada
tahun 2010 capaian indikator kesehatan untuk umur harapan hidup berada pada
level usia 74,20 tahun. Angka kematian balita sebesar 18/1000 KH, angka
kematian bayi sebesar 17/1000 KH, dan angka kematian ibu melahirkan sebesar
103/100.000 KH. Prevalensi gizi buruk sebesar 0.70%, Cakupan Rawat Jalan Puskesmas
16% sedangkan Cakupan Rawat Inap Rumah Sakit
sebesar 1,32%
Dari
118 Puskesmas, 20% puskesmas telah menerapkan sistem manajemen mutu melalui
pendekatan ISO 9001:200; 7% rumah sakit telah menerapkan ISO 9001:200; 25%
rumah sakit di DIY telah terakreditasi dengan 5 standar; 17% RS terakreditasi
dengan 12 standar; dan 5% RS telah terakreditasi dengan 16 standar pelayanan.
Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki unit pelayanan gawat darurat meningkat
menjadi 40% dan RS dengan pelayanan kesehatan jiwa meningkat menjadi 9%.
Meskipun demikian cakupan rawat jalan tahun 2006 baru mencapai 10% (nasional
15%) sementara untuk rawat inap 1,2% (nasional 1,5%). Rasio pelayanan kesehatan
dasar bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota telah mencapai 100%. Rasio dokterumum per 100.000 penduduk menunjukkan
tren meningkat sebesar 39,64 pada tahun 2006. Adapun program jamkesos tahun
2010 dianggarkan Rp. 34.978.592.000,00.
Penyakit jantung
dan stroke
telah menjadi pembunuh nomor satu di DIY sementara faktor risiko penyakit
jantung penduduk DIY ternyata cukup tinggi. Rumah tangga di DIY yang tidak
bebas asap rokok
sebesar 56%, sedangkan remaja yang perokok aktif sebesar 9,3%.
Sebanyak 52% penduduk DIY kurang melakukan aktivitas olahraga dan hanya 19,8%
penduduk DIY yang mengkonsumsi serat mencukupi. Dalam tiga tahun terakhir angka
obesitas pada anak-anak di DIY meningkat hampir 7%.
PENDIDIKAN
Penyebaran
sekolah untuk jenjang SD/MI sampai Sekolah Menengah sudah merata dan menjangkau
seluruh wilayah sampai ke pelosok desa. Jumlah SD/MI yang ada di Provinsi DIY
pada tahun 2008 adalah sejumlah 2.035, SMP/MTs/SMP Terbuka sejumlah 529, dan SMA/MA/SMK sejumlah 381 sekolah negeri maupun
swasta. Ketersediaan ruang belajar dapat dikatakan sudah memadai dengan rasio
siswa per kelas untuk SD/MI: 22, SMP/MTs: 33, SMA/MA/SMK: 31. Sedangkan tingkat
ketersediaan guru di Provinsi DIY juga cukup memadai dengan rasio siswa per
guru untuk SD/MI: 13, SMP/MTs: 11, SMA/MA/SMK: 9. Untuk tahun 2010 pembinaan guru jenjang SD/MI sebanyak 3.900 guru
telah memenuhi kualifikasi dari total 24.093 guru. Jenjang SMP/MTs sebanyak
3.939 guru telah memenuhi kualifikasi dari total 12.971 guru. Dan untuk SMA/MA
sebanyak 4.826 guru telah memenuhi kualifikasi dari total 15.067 guru.
Para
lulusan jenjang SD/MI pada umumnya dapat melanjutkan ke SMP/MTs, sejalan
kebijakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang dicanangkan pemerintah. Pada
tahun 2010, angka kelulusan SD/MI mencapai 96,47%, SMP/MTs mencapai 81,84% dan
SMA/MA/SMK sebesar 88,98%. Sedangkan angka putus sekolah pada tahun yang sama
sebesar 0,07% untuk SD/MI; 0,17% untuk SMP/MTs; dan 0,44% untuk SMA/MA/SMK
Sementara itu jumlah perguruan tinggi di Provinsi DIY baik negeri, swasta maupun
kedinasan seluruhnya sebanyak 136 institusi dengan rincian 21 universitas,
5 institut,
41 sekolah tinggi, 8 politeknik dan 61 akademi
yang diasuh oleh 9.736 dosen.
KEBUDAYAAN
DIY
mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang tangible (fisik)
maupun yang intangible (non fisik). Potensi budaya yang tangible antara
lain kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible
seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau
perilaku sosial yang ada dalam masyarakat.
DIY
memiliki tidak kurang dari 515 Bangunan Cagar Budaya yang tersebar di 13
Kawasan Cagar Budaya.Keberadaan aset-aset budaya peninggalan peradaban tinggi
masa lampau tersebut, dengan Kraton sebagai institusi warisan adiluhung yang
masih terlestari keberadaannya, merupakan embrio dan memberi spirit bagi
tumbuhnya dinamika masyarakat dalam berkehidupan kebudayaan terutama dalam berseni
budaya dan beradat tradisi. Selain itu, Provinsi DIY juga mempunyai 30 museum, yang dua di antaranya yaitu Museum
Ullen Sentalu dan Museum Sonobudoyo diproyeksikan menjadi museum internasional.
Pada 2010, persentase benda cagar budaya tidak bergeak dalam kategori baik
sebesar 41,55%, seangkan kunjungan ke museum mencapai 6,42%.
KEAGAMAAN
Penduduk
DIY mayoritas beragama Islam yaitu sebesar 90,96%, selebihnya beragama Kristen,
Katholik, Hindu, Budha. Sarana ibadah terus mengalami perkembangan, pada tahun
2007 terdiri dari 6214 masjid, 3413 langgar, 1877 musholla, 218 gereja, 139 kapel, 25 kuil/pura dan 24 vihara/klenteng. Jumlah pondok pesantren
pada tahun 2006 sebanyak 260, dengan 260 kyai dan 2.694 ustadz serta 38.103
santri. Sedangkan jumlah madrasah baik negeri maupun swasta terdiri dari 148 madrasah ibtidaiyah, 84 madrasah tsanawiyah dan 35 madrasah aliyah.Aktivitas
keagamaan juga dapat dilihat dari meningkatnya jumlah jamaah haji dari tahun ke tahun, dan pada tahun
2007 terdapat 3.064 jamaah haji.
BUDAYA
Aspek
Seni
Daerah
Istimewa Yogyakarta memiliki banyak sekali kesenian.Baik itu kesenian budaya
seperti tari-tarian ataupun seni kerajinan seperti batik, perak, dan wayang.
1.
Batik
Batik
adalah salah satu kerajinan khas Indonesia terutama daerah Yogyakarta.Batik
yogya terkenal karena keindahannya, baik corak maupun warnanya.Seni batik sudah
ada diturunkan oleh nenek moyang, hingga saat ini banyak sekali tempat-tempat
khusus yang menjual batik ini.Perajin batik banyak terdapat di daerah pasar
ngasem dan sekitarnya.
Kata
“batik” berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: “amba”, yang bermakna “menulis” dan
“titik” yang bermakna “titik”.
Batik adalah
salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua
hal.Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk
mencegah pewarnaan sebagian dari kain.Dalam literatur internasional,
teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing.Pengertian kedua
adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan
motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai
keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait,
oleh UNESCO telah
ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and
Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 oktober 2009.
Jenis
Batik
Menurut
teknik:
- Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
- Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
- Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
Menurut
asal pembuatan:
- Batik Jawa
Batik
Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah
Jawa yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun.Batik Jawa mempunyai
motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan
motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan
tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka, yaitu penganut
agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik jawa banyak berkembang
di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo
Macam-macam
Batik
Batik
Tiga Negeri dikenal lewat warnanya yang terdiri dari tiga bagian.Ada biru,
coklat/sogan, dan merah.Batik ini kadang dikenal sebagai Batik Bang-Biru atau
Bang-Bangan untuk variasi warna yang lebih sederhana.Ada yang mengatakan kalau
pembuatan batik ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda. Biru di Pekalongan,
Merah di Lasem, dan Sogan di Solo. Sampai sekarang kerumitan detail Batik Tiga
Negeri sukar sekali dirproduksi.
batik
buketan asal pekalongan
batik jawa hokokai
batik lasem
ADAT ISTIADAT DAN BUDAYA
Bila kita
membahas ini, akan terpusat pada adat istiadat dan budaya yang ada di Kraton
Yogyakarta yang merupakan pusat budaya Yogyakarta khususnya.
Pada perjanjian Giyanti tahun 1755 yang secara politis terbelahnya kerajaan Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, juga menyangkut perjanjian budaya antara Sunan Paku Buwono III dengan Sultan Hamengku Buwono I, yaitu antara lain bahwa Kasultanan Yogyakarta tetap melestarikan budaya Mataram Islam , sedangkan Surakarta mengadakan modifikasi meski masih berpijak pada budaya Mataram Islam. Adapun yang akan kita bahas di sini adalah tentang upacara adat dan budaya di Kraton Yogyakarta, yang terdiri atas:
Pada perjanjian Giyanti tahun 1755 yang secara politis terbelahnya kerajaan Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, juga menyangkut perjanjian budaya antara Sunan Paku Buwono III dengan Sultan Hamengku Buwono I, yaitu antara lain bahwa Kasultanan Yogyakarta tetap melestarikan budaya Mataram Islam , sedangkan Surakarta mengadakan modifikasi meski masih berpijak pada budaya Mataram Islam. Adapun yang akan kita bahas di sini adalah tentang upacara adat dan budaya di Kraton Yogyakarta, yang terdiri atas:
1. Upacara
Inisiasi, yang terdiri atas:
a. Parasan
Yaitu upacara potong rambut yang pertama kali bagi seorang putera sultan. Dilakukan saat bayi berumur selapan (35) hari.
a. Parasan
Yaitu upacara potong rambut yang pertama kali bagi seorang putera sultan. Dilakukan saat bayi berumur selapan (35) hari.
b. Tedhak
Siten
Yaitu upacara menginjak tanah yang pertama kali. Dilakukan bila anak berusia 7,8, atau 9 bulan bila anak sudah mulai berdiri
c. Supitan
Yaitu upacara sunatan
d. Tetesan
Yaitu upacara sunatan bagi perempuan. Dilaksanakan setelah menempuh usia 8 tahun.
e. Tarapan
Yaitu upacara yang diadakan saat puteri menstruasi pertama.
Yaitu upacara menginjak tanah yang pertama kali. Dilakukan bila anak berusia 7,8, atau 9 bulan bila anak sudah mulai berdiri
c. Supitan
Yaitu upacara sunatan
d. Tetesan
Yaitu upacara sunatan bagi perempuan. Dilaksanakan setelah menempuh usia 8 tahun.
e. Tarapan
Yaitu upacara yang diadakan saat puteri menstruasi pertama.
f.
Perkawinan
Upacara yang berhubungan dengan perkawinan dilakukan selama beberapa hari.
Upacara yang berhubungan dengan perkawinan dilakukan selama beberapa hari.
2.
Siraman Pusaka
Yaitu Upacara membersihkan segala bentuk pusaka yang menjadi milik Kraton.Diadakan setiap bulan Suro pada hari Jum’at Kliwon atau Selasa Kliwon dari pagi hingga siang hari.Biasanya dilakukan selama dua hari. Adapun bentuk pusaka yang dibersihkan antara lain: tombak, keris, pedang, kereta, ampilan (banyak dhalang sawunggaling), dan lain-lain.
Pusaka yang dianggap paling penting yaitu: tombak K.K. Ageng Plered, keris K.K. Ageng Sengkelat, kereta K. Nyai Jimat. Khusus Sri Sultan membersihkan K.K. Ageng Plered dan Kyai Ageng Sengkelat, setelah itu selesai baru pusaka yang lain dibersihkan oleh para Pangeran, Wayah Dalem dan Bupati.
3. Ngabekten
Yaitu Upacara Sungkem dari para kerabat Kraton Yogyakarta.Upacara ini diadakan setiap bulan syawal bersamaan dengan perayaan Idul Fitri.Upacara ini dilaksnakan selama dua hari.Sri Sultan menerima permohonan ma’af dari para kerabat Kraton yakni para Bupati, Pangeran, Tentana Dalem (wayah, buyut, dan canggah) kaji, dan wedana.Upacara ini dilaksanakan di Bangsal Kencana dan di Emper Bangsal Prabayeksa.Untuk para pangeran, bupati, pengulu dan kaji serta wedana dilaksanakan di Bangsal Prabayeksa Kencana.Untuk para sentana dalem pria di Emper Bangsal Prabeyaksa.Untuk sentana dalem perempuan di Tratag Bangsal Prabeyaksa.
Yaitu Upacara membersihkan segala bentuk pusaka yang menjadi milik Kraton.Diadakan setiap bulan Suro pada hari Jum’at Kliwon atau Selasa Kliwon dari pagi hingga siang hari.Biasanya dilakukan selama dua hari. Adapun bentuk pusaka yang dibersihkan antara lain: tombak, keris, pedang, kereta, ampilan (banyak dhalang sawunggaling), dan lain-lain.
Pusaka yang dianggap paling penting yaitu: tombak K.K. Ageng Plered, keris K.K. Ageng Sengkelat, kereta K. Nyai Jimat. Khusus Sri Sultan membersihkan K.K. Ageng Plered dan Kyai Ageng Sengkelat, setelah itu selesai baru pusaka yang lain dibersihkan oleh para Pangeran, Wayah Dalem dan Bupati.
3. Ngabekten
Yaitu Upacara Sungkem dari para kerabat Kraton Yogyakarta.Upacara ini diadakan setiap bulan syawal bersamaan dengan perayaan Idul Fitri.Upacara ini dilaksnakan selama dua hari.Sri Sultan menerima permohonan ma’af dari para kerabat Kraton yakni para Bupati, Pangeran, Tentana Dalem (wayah, buyut, dan canggah) kaji, dan wedana.Upacara ini dilaksanakan di Bangsal Kencana dan di Emper Bangsal Prabayeksa.Untuk para pangeran, bupati, pengulu dan kaji serta wedana dilaksanakan di Bangsal Prabayeksa Kencana.Untuk para sentana dalem pria di Emper Bangsal Prabeyaksa.Untuk sentana dalem perempuan di Tratag Bangsal Prabeyaksa.
4.
Sekaten
Perayaan sekaten diadakan pada bulan Maulud atau bulan Robiul Awal, dalam rangka memperingati hari Maulid Nabi Muhammad SAW, dilangsungkan selama 6 hari berturut-turut, dimulai tanggal 6 s.d. 12 bulan Maulud. Dalam perayaan sekaten ini dimainkan dua perangkat gamelan pusaka yang dikenal dengan nama K.K. Gunturmadu dan K.K. Nagawilaga atau juga disebut K.K. Sekati.
Sementara itu di alun-alun utara diadakan keramaian dengan berbagai pertunjukkan hiburan dan pameran..
Pertama-tama gamelan sekaten dibunyikan di Bangsal Ponconiti, kira-kira jam 00.00 WIB kedua gamelan diusung ke Masjid Besar sebelah barat alun-alun dan diletakkan di Bangsal Pagengan sebelah utara dan selatan. Dan selanjutnya gamelan tersebut ditabuh setiap hari kecuali hari jum’at.
Perayaan sekaten diadakan pada bulan Maulud atau bulan Robiul Awal, dalam rangka memperingati hari Maulid Nabi Muhammad SAW, dilangsungkan selama 6 hari berturut-turut, dimulai tanggal 6 s.d. 12 bulan Maulud. Dalam perayaan sekaten ini dimainkan dua perangkat gamelan pusaka yang dikenal dengan nama K.K. Gunturmadu dan K.K. Nagawilaga atau juga disebut K.K. Sekati.
Sementara itu di alun-alun utara diadakan keramaian dengan berbagai pertunjukkan hiburan dan pameran..
Pertama-tama gamelan sekaten dibunyikan di Bangsal Ponconiti, kira-kira jam 00.00 WIB kedua gamelan diusung ke Masjid Besar sebelah barat alun-alun dan diletakkan di Bangsal Pagengan sebelah utara dan selatan. Dan selanjutnya gamelan tersebut ditabuh setiap hari kecuali hari jum’at.
Pada
tanggal 12 Rabiul Awal, Sri Sultan hadir di Masjid Besar langsung menuju ke
tempat gamelan dan menyebar udhik-udhik kearah gamelan dan masyarakat yang
hadir di situ. Kemudian Sri Sultan masuk ke Masjid Besar untuk mendengarkan
riwayat Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh K. Pengulu.Tepat pada pukul 00.00
Sri Sultan kembali ke Kraton.Sepulangnya beliau, gamelan sekaten juga
dikembalikan ke dalam Kraton.
Pada pagi harinya diadakan Upacara Grebeg.Pada upacara ini dikeluarkan Gunungan dari Keraton yang di bawa ke Masjid Besar dan ke Pakualaman.Gunungan ini terdiri dari Gunungan Jantan, Betina, Darat, Pawuhan, Gepak, dan Kutuk.Pada grebeg Maulud tahun Dal, semua gunungan itu dikeluarkan.
Pada pagi harinya diadakan Upacara Grebeg.Pada upacara ini dikeluarkan Gunungan dari Keraton yang di bawa ke Masjid Besar dan ke Pakualaman.Gunungan ini terdiri dari Gunungan Jantan, Betina, Darat, Pawuhan, Gepak, dan Kutuk.Pada grebeg Maulud tahun Dal, semua gunungan itu dikeluarkan.
Labuhan
Upacara ini diadakan setiap peringatan Jumenengan Dalem ke Parangkusumo.
6. Busana
Di dalam Keraton Yogyakarta berlaku suatu peraturan secara turun temurun apabila mereka masuk Kraton, yaitu:
Upacara ini diadakan setiap peringatan Jumenengan Dalem ke Parangkusumo.
6. Busana
Di dalam Keraton Yogyakarta berlaku suatu peraturan secara turun temurun apabila mereka masuk Kraton, yaitu:
Bagi
Perempuan
Berkain wiron, berangkin (kemben) yang dikenakan dengan cara ”ubet-ubet”, gelung tekuk, tanpa baju dan tanpa alas kaki
b. Bagi Laki-lakiBerkain wiron, berangkin (kemben) yang dikenakan dengan cara ”ubet-ubet”, gelung tekuk, tanpa baju dan tanpa alas kaki
Berblangkon, baju pranakan, kain batik dengan cara wiron engkol, berkeris (Bagi yang berpangkat bekel ke atas), dan tanpa alas kaki.
Pakaian tersebut di atas digunakan sehari-hari.Bila ada acara, mempunyai aturan tersendiri, berlaku bagi kerabat keraton, dan tidak berlaku bagi wisatawan.
7. Bahasa
Di dalam Kraton Yogyakarta bahasa sehari-hari yang digunakan disebut bahasa bagongan atau bahasa kedhatonan.
Bahasa ini mulai berlaku sejak pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo yang memerintah Kerajaan Mataram tahun 1612 -1645, dan dilanjutkan Sultan Hamengku Buwono I yang memerintahkan Kraton Yogyakarta tahun 1755.Bahasa ini berlaku bagi kerabat kraton bila di dalam Kraton. Mereka berbahasa Krama Inggil khusus hanya kepada Sultan saja, dan Sultan berbahasa Ngoko pada semua kerabat, kecuali pada saudara Sultan yang lebih tua digunakan bahasa Krama Inggil
sumber ( www.wikipedia.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar